Suami Misterius Ku

Berbekal dengan video call tadi sebelum sampai rumah nya Sela, Ervan pun sekarang nekat mendatangi rumah Sela seorang diri saja karena dia ingin ngobrol santai bersama gadis itu. memang dia tau nya Sela masih gadis dan sama sekali tidak ada seorang pun yang tau bahwa Sela sudah janda kala itu.

Bahkan sekarang pun sudah jadi istri orang lagi di sini, Ervan pun tidak tau akan masalah pernikahan Sela. yang ada di otak nya malah ngobrol berdua dengan Sela di rumah yang sangat nyaman, sebab tadi Amara juga ada memberikan beberapa gambar sudut rumah yang mantap sehingga Ervan langsung gas kesini.

Pasti rasa nya sangat nyaman sehingga Sela betah saja di sana, memang untuk orang seperti dia akan sangat betah tinggal di tempat sepi begini. namun tidak semua orang bisa tahan tinggal di hutan walau tidak lebat juga hutan ini, tapi yang pasti rasa nya sangat nyaman untuk tinggal di sini.

"Nyaman juga memang hutan nya, mungkin karena ini hutan terawat kali ya." gumam Ervan di sepanjang jalan.

Hingga tiba lah Ervan di depan rumah yang sangat estetik sekali di pandang mata, ada kolam kecil di depan rumah nya dan bayangan di otak Ervan adalah saat dia dan Sela bisa berenang di sini berdua maka pasti rasa nya akan sangat seru sekali.

"Siapa ya? kok ada suara motor lagi." gumam Sela heran.

Ketika pintu rumah ia buka dan jalan nya Sela juga masih agak pincang, dia sangat kaget sekali karena Ervan lah yang datang. bagai mana bisa pria ini sekarang ada di hadapan nya, bukan main kesal dan juga kaget nya Sela karena dia menduga bahwa ini bisa saja ulah Amara.

"Pergilah, Ervan! aku tidak menerima tamu." Sela berkata dingin.

"Aku baru datang loh, Sel! masa sudah kamu suruh pulang saja." Ervan malah naik kerumah tanpa merasa Sela yang tidak ramah.

"Dari mana kau tau rumah ku?" Sela menatap Ervan tidak suka.

"Kamu kenapa sih kok sewot sekali cuma masalah rumah, lagi pula kan kita juga sudah lama kenal." Ervan agak bingung juga sekarang.

"Aku punya privasi dan aku tidak suka apa bila ada yang mengusik privasi ku, kau tidak ada hak untuk memaksa agar tau rumah ku!" sentak Sela sangat marah.

"Maaf bila kamu memang tidak suka aku datang, tapi niat ku baik kok sama kamu." Ervan menurunkan suara nya.

"Enggak ada guna nya juga kamu minta maaf, toh kamu juga sudah sampai sini dengan menghalal kan segala cara!" sentak Sela tak bisa meredam amarah nya.

Ervan menarik nafas panjang karena kini baru ia sadari bahwa Sela memang sangat tidak suka apa bila rumah nya di ketahui banyak orang, sekali pun itu adalah teman dekat nya sekalipun. sebab kala itu Celin sudah bersumpah bahwa dia memang asli tidak tau di mana rumah Sela.

Kecuali Amara saja yang tau dan dia pernah menginap di sana beberapa kali, jadi Amara yang terus di paksa oleh Ervan dan pada akhir nya dia luluh sehingga mau tak mau menujukan rumah Sela. sekarang pasti Sela marah pada Amara karena membocorkan rahasia nya, dengan Ervan saja sudah menunjukan raut tidak suka.

"Aku minta maaf karena lancang kerumah mu, tapi aku memang cuma cemas akan keadaan mu saja." jelas Ervan meraih tangan Sela.

"Jangan sentuh aku!" Sela menyentak tangan nya kasar.

"Katakan aku harus bagai mana agar kamu tidak marah lagi, aku sungguh cemas sama kamu." Ervan tetap membujuk pelan.

"Pulang sekarang dan jangan pernah kembali lagi." tegas Sela sudah mengusir Ervan.

"Aku baru saja datang tapi sudah kamu usir begini, tolong lah jangan marah marah terus." Ervan tidak putus asa membujuk nya.

"Suamiku sebentar lagi akan pulang, jadi tolong kau pulang lah." Sela ingin menutup pintu.

"Sel tunggu, Sel!" Ervan menahan nya susah payah.

"Pergi, aku tidak mau melihat wajah mu!" Sela membanting pintu kasar dan menutup gorden nya juga.

Ervan menarik nafas berat karena Sela sangat keras menyuruh nya pulang, jadi mau tak mau dia pun pulang dulu agar Sela bisa tenang. tapi dalam hati nya dia bertekad bahwa akan datang lagi untuk melihat kemari, untuk sekarang biar lah mengalah saja dan segera pulang.

Sela juga mengusap wajah kasar karena dia agak heran dengan emosi nya yang meledak ledak, memang dia tidak suka apa bila ada orang yang datang kerumah nya. namun dia tidak pernah sampai marah marah begini, beberapa hari terakhir ini saja dia menjadi tidak terkendali.

"Astagfirullah, aku ini kenapa kok mudah sekali marah marah." batin Sela mengusap dada nya pelan.

Dok, Dok.

"Apa lagi sih, kenapa kau sangat keras kepala?!" Sela kaget lagi karena pintu rumah ada yang mengetuk.

Dok, Dok.

"Ervan gila juga ya lama lama, jangan salahkan aku ya kalau aku akan marah marah!" kesal Sela karena sekarang pintu samping juga di gedor.

Bahkan cara menggedor nya bukan dengan cara yang lembut seperti ketukan, malah seperti gedoran yang sangat keras sehingga pintu nya bergoyang. padahal Sela baru mau berusaha meredan emosi nya, tapi melihat hal begini jadi naik lagi darah nya.

"Kau itu tuli atau bagai mana sih, Van?!" Sela membentak keras saat membuka pintu.

Wuuusssh.

Tidak ada sama sekali orang di depan pintu yang di buka ini, hanya ada hembusan angin yang sangat kencang hingga menerbangkan rambut Sela yang sepundak. di depan pintu sama sekali tidak ada orang, Sela menahan tubuh yang terasa dingin seolah di masukan kedalam kulkas.

"Van! jangan main main ya, Van." teriak Sela menatap kesana kemari.

"ERVAAAAN!" Sela berteriak keras memanggil Ervan agar segera keluar dari persembunyian nya.

"Keluar kamu, Van! aku tidak suka main main ya." Sela berteriak kesal sekali.

Tapi memang tidak ada satu orang pun yang ada di samping rumah dan juga depan, Sela berjalan pelan pelan untuk melihat apa kah ada orang di depan rumah. namun ternyata memang tidak ada sama sekali, Sela merasa tubuh nya menimbulkan reaksi lain sekarang.

"Apa lagi ini, aku sudah lama tidak merasakan getaran seperti ini." batin Sela mulai resah.

Tubuh manusia pasti akan menunjukan gelagat aneh apa bila sudah ada yang tidak beres, ada sesuatu dan Sela terakhir merasakan ketakutan seperti ini adalah delapan tahun yang lalu, di mana Aryo masih gencar mengincar nya mati matian.