NovelToon NovelToon
Menikahi Gadis Badung

Menikahi Gadis Badung

Status: tamat
Genre:Tamat / Nikahmuda / Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu / Roman-Angst Mafia / Paksaan Terbalik / Menyembunyikan Identitas / Gadis nakal
Popularitas:197.9k
Nilai: 5
Nama Author: Nana 17 Oktober

Menikah karena kecelakaan? Akay tak pernah membayangkan hidupnya berubah setelah menabrak nenek Aylin—dan menerima syarat gila: menikahi cucunya yang suka tawuran dan balapan liar.
Perjanjiannya jelas: jika Akay menceraikan Aylin, ia harus bayar seratus miliar. Tapi jika Aylin yang minta cerai, seluruh warisan neneknya jadi milik Akay.

Setelah sang nenek meninggal, Aylin kabur. Ia hidup bebas di jalanan, menantang maut di lintasan balap ilegal. Tapi takdir mempertemukan mereka lagi—dan Aylin menawar hidup masing-masing meski tetap menikah.

Namun Akay punya rencana lain. Saat bahaya mengintai dan perasaan mulai tumbuh, keduanya harus memilih: bertahan dalam pernikahan pura-pura, atau menghadapi kenyataan bahwa mungkin... cinta datang dari arah yang tak pernah mereka duga.

Akankah pernikahan ini tetap menjadi perjanjian konyol? Atau berubah menjadi cinta yang berani menerobos batas?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

4. Amplop

Langkah kaki Aylin terhenti begitu matanya menangkap sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan akan melihatnya hari ini—bendera kuning berkibar pelan tertiup angin di depan rumahnya. Dada gadis itu terasa sesak seketika. Perasaannya bercampur aduk antara bingung dan takut.

Beberapa tetangga terlihat keluar masuk rumahnya. Ada yang berbicara dengan lirih, ada yang membawa nampan berisi makanan, dan beberapa ibu-ibu duduk di halaman dengan wajah sendu.

Jantung Aylin berdetak lebih kencang. Dengan langkah tergesa, ia melangkah menuju pagar. Namun, sebelum sempat bertanya, seorang warga yang baru saja keluar dari rumahnya menatapnya dengan penuh belas kasih.

“Ikut berduka cita ya, Nak. Semoga kamu tabah dan ikhlas.”

Dunia seakan berhenti berputar. Kata-kata itu menggema di kepala Aylin, tapi otaknya menolak untuk memahami.

Tidak. Tidak mungkin.

Tanpa menjawab, Aylin langsung berlari masuk ke dalam rumah. Napasnya tersengal saat melewati ruang tamu yang penuh dengan orang-orang yang duduk bersimpuh, berdoa dengan wajah sendu.

Sampai di ruang tengah, langkahnya melemah. Matanya langsung tertuju pada sosok yang terbujur kaku di atas kasur yang dialasi kain putih. Tubuh neneknya. Baru saja selesai dimandikan.

Aylin terhuyung. Dadanya terasa sesak, pandangannya mulai buram oleh air mata yang enggan jatuh.

“Nenek…”

Suara itu hanya keluar sebagai bisikan lirih.

Orang-orang di ruangan itu menoleh padanya, sebagian dari mereka menatapnya dengan penuh simpati. Tapi Aylin tidak peduli.

Ia berjalan mendekat, lututnya terasa lemas. Tangannya gemetar saat hendak menyentuh wajah neneknya.

“Bangun, Nek…” bisiknya lirih, hampir memohon. “Jangan bercanda seperti ini…”

Tapi tubuh itu tetap diam, kaku dan dingin.

Air mata yang sedari tadi tertahan akhirnya jatuh. Sesak di dadanya semakin menjadi.

“Nenek…!”

Sebuah tangis pecah, menggema di ruangan yang sunyi.

***

Suasana di ruang tengah rumah Nenek Ros masih diselimuti kesedihan. Aroma dupa dan bunga masih tercium samar, mengingatkan semua orang bahwa seseorang baru saja pergi untuk selamanya.

Aylin duduk dengan wajah tanpa ekspresi, matanya sembab tapi tatapannya kosong. Akay duduk di sebelahnya, tampak lebih tenang meski pikirannya dipenuhi berbagai hal. Di depan mereka, Pak Sastro menghela napas panjang, sementara seorang ART paruh baya berdiri tak jauh, menunduk hormat.

“Aylin,” suara Pak Sastro terdengar lembut namun tegas, “kamu sudah menikah, dan sekarang Nenek Ros sudah tiada. Jadi, kamu harus mulai belajar mendengarkan dan patuh pada suamimu.”

Aylin tidak menjawab. Ia hanya memalingkan wajah ke arah lain, jelas-jelas menunjukkan bahwa ia tidak setuju dengan perkataan itu.

Pak Sastro menatap Akay sebelum melanjutkan. “Kemarin Nenek Ros menghubungi saya. Beliau bilang, Aylin belum cukup mampu mengelola kekayaannya sendiri. Jika kamu tidak ingin mengambil alih pengelolaan hartanya, maka saya yang akan mengelolanya untuk sementara waktu sampai kamu berubah pikiran.”

Belum sempat Pak Sastro menyelesaikan kalimatnya, Aylin langsung menoleh dan berkata tegas, “Aku adalah pewaris tunggal harta keluargaku. Aku tidak setuju dia yang mengelola kekayaan keluargaku.”

Tatapan tajamnya tertuju pada Pak Sastro, penuh penolakan.

Akay yang sejak tadi diam, hanya tersenyum tipis. Ia menyandarkan tubuhnya ke sofa dan berkata santai, “Aku juga punya pekerjaan. Aku tak berminat menyentuh harta keluargamu.”

Aylin menyilangkan tangan di dada. “Bagus kalau begitu,” gumamnya, masih dengan nada ketus.

Pak Sastro kembali menghela napas. Sejak awal, ia sudah menduga interaksi antara dua orang ini akan seperti ini. Nenek Ros sering menceritakan betapa keras kepalanya cucunya, dan sekarang ia melihatnya langsung.

Alih-alih menanggapi pertengkaran kecil mereka, Pak Sastro beralih pada Akay. “Nenek Ros sudah menandatangani semua dokumen pelepasan tanah di tempat proyek yang akan kamu bangun. Jika ada kendala, jangan ragu untuk menghubungi saya.”

Ia merogoh tas kerjanya dan mengeluarkan sebuah map berisi dokumen-dokumen penting. Dengan tenang, ia menyerahkannya pada Akay.

Akay menerima dokumen itu dengan anggukan kecil. “Terima kasih, Pak Sastro.”

Pak Sastro hanya tersenyum tipis. “Semoga semua berjalan lancar.”

Sementara itu, Aylin hanya diam. Pikirannya berkecamuk, bukan hanya tentang harta, tetapi juga tentang kehidupan barunya yang terasa begitu menyesakkan.

ART yang sejak tadi diam di sudut ruangan akhirnya melangkah maju dengan ragu. Wajahnya masih menyisakan duka, namun tangannya terulur, membawa sebuah amplop putih yang tampak rapi dan tersegel.

"Tuan Akay," suaranya lembut, sedikit bergetar. "Nenek Ros meminta saya menyampaikan ini pada Anda."

Akay mengernyit sesaat sebelum menerima amplop itu. Kertasnya terasa sedikit tebal di tangannya, seolah berisi sesuatu yang lebih dari sekadar surat biasa. Ia menatap ART itu, mencoba membaca ekspresinya.

"Kapan beliau memberikan ini pada Bibi?" tanyanya, suaranya terdengar lebih pelan dari biasanya.

"Sehari sebelum beliau meninggal," jawab ART itu. "Beliau mengatakan, ini harus diberikan kepada Anda setelah beliau tiada."

Ruangan menjadi hening. Aylin yang sedari tadi hanya diam, kini melirik amplop di tangan Akay dengan alis bertaut. Ia tidak tahu apa isi amplop itu, tetapi ada sesuatu dalam dadanya yang terasa tidak nyaman.

Akay menatap amplop itu beberapa detik sebelum akhirnya mengangguk kecil. "Terima kasih."

ART itu menunduk sopan, lalu kembali mundur ke tempatnya semula.

Pak Sastro memerhatikan semuanya dalam diam. Ia tahu, apa pun isi amplop itu, pasti adalah sesuatu yang telah lama dipikirkan oleh Nenek Ros sebelum meninggalkan dunia ini.

Pak Sastro akhirnya berpamitan setelah memastikan semua urusan selesai. Akay mengantar pria itu sampai ke teras, lalu kembali ke dalam rumah. Matanya mengikuti langkah Aylin yang diam-diam masuk ke kamar Nenek Ros dan menutup pintunya rapat-rapat. Tak butuh waktu lama sebelum suara kunci berderak, mengisyaratkan gadis itu mengunci diri di dalam.

Aylin berdiri di ambang pintu kamar neneknya, menatap ruangan yang kini terasa lebih sunyi dari sebelumnya. Aroma samar minyak kayu putih yang biasa digunakan nenek masih tercium di udara, seolah wanita itu baru saja pergi dan akan kembali kapan saja. Tapi kenyataannya, kamar ini sekarang kosong—dan akan tetap begitu selamanya.

Matanya jatuh pada meja kecil di samping ranjang. Ada sebuah bingkai foto di sana. Jemarinya terulur, mengambilnya perlahan. Gambar dirinya, neneknya, dan ibunya yang sudah tiada terpampang di balik kaca bening. Mereka bertiga tersenyum, seakan dunia ini selalu baik-baik saja.

Aylin mengusap permukaan foto itu dengan ibu jarinya, menyadari betapa jauh dirinya dari gadis kecil yang dulu bahagia dalam pelukan nenek dan ibunya. Dulu, ia tidak perlu bersikap keras, tidak perlu menyembunyikan ketakutannya di balik kata-kata tajam dan sikap pemberontak. Tapi sekarang? Tidak ada yang tersisa untuk melindunginya. Tidak ada yang bisa ia andalkan lagi.

Matanya terasa panas, tapi ia menolak menangis. Air mata tidak akan membawa neneknya kembali. Tidak akan membuat hidupnya lebih mudah.

"Aku nggak butuh siapa-siapa," gumamnya pelan, meyakinkan dirinya sendiri.

Namun, kebohongan itu terdengar terlalu hampa bahkan bagi dirinya sendiri.

Akay hanya menghela napas menatap pintu kamar mendiang Nenek Ros. Dia tahu Aylin butuh waktu untuk sendiri, untuk meratapi kepergian neneknya. Dia memilih untuk tidak mengganggunya dan melangkah menuju kamar mereka.

Begitu masuk, ia duduk di tepi tempat tidur, membuka amplop yang tadi diberikan oleh art. Di dalamnya ada selembar surat bertuliskan tangan Nenek Ros. Dengan hati-hati, Akay membuka dan mulai membaca.

> Akay,

Terima kasih karena bersedia menikahi cucu Nenek, meskipun Nenek tahu pernikahan ini jauh dari kata sempurna. Nenek memaksamu, dan Nenek sadar itu salah, tapi hanya padamu Nenek bisa menitipkan Aylin.

Aylin tumbuh dalam kehilangan. Ayahnya pergi meninggalkan ibunya demi wanita lain. Tidak lama setelahnya, ibunya jatuh sakit dan meninggal. Sejak saat itu, Aylin kehilangan kepercayaannya pada laki-laki, pada cinta, dan pada pernikahan. Dia menjadi keras kepala, selalu berusaha menunjukkan bahwa dia tidak butuh siapa pun. Itu cara dia bertahan.

Nenek tahu dia tidak mudah diatur, dia bisa menyebalkan, dan mungkin dia akan membuatmu frustrasi. Tapi, Akay, dia juga gadis yang baik. Jika kau bersabar dan mencoba mengenalnya lebih dalam, kau akan melihat hatinya yang sebenarnya.

Nenek tidak meminta banyak darimu. Nenek hanya ingin kau menjaga Aylin. Jangan meninggalkannya seperti ayahnya dulu. Jangan biarkan dia semakin percaya bahwa semua pria akan menghancurkan hidupnya. Jika suatu hari kau ingin berpisah dengannya, pastikan itu bukan karena keegoisan atau ketidaksabaran.

Sekali lagi, Nenek titipkan dia padamu. Jaga dia, bukan sebagai kewajiban, tapi karena dia pantas mendapatkan seseorang yang bisa melindunginya.

Rosalia

...🌟🌟🌟...

..."Hati yang terluka membutuhkan kesabaran dan pengertian untuk sembuh. Jangan menyerah sebelum kau melihat keindahannya." "...

...Jangan pernah meninggalkan dia yang rapuh, karena mungkin kaulah satu-satunya harapan yang mereka miliki."...

..."Nana 17 Oktober"...

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

1
Riaaimutt
uwauuuu emejink
Riaaimutt
seriusan bang
apa cuma halu ?
Riaaimutt
k nana kalo nulis kek gini pake praktek gak..
Riaaimutt
saya pecinta motoGP menjerit membayangkan situasi ini
Anitha Ramto
Alhamdulillah akhirnya happy ending..lanjut di kariya baru kak nana kisahnya kakek Aylin
Anitha Ramto
Dikira ini bab terakhir karena panjang banget di bab ini..ternyata masih bersambung...lanjut
Anitha Ramto
insyaAlloh kalo ada waktunya saya mampiir,,,
Siti Jumiati
lanjut lintasan kedua
Riaaimutt
sangat pantas untuk seorang penerus Andi
Syavira Vira
❤️❤️❤️🙏🙏🙏👍🏻👍🏻👍🏻
syisya
emang berbeda ya thor ceritanya bikin spot jantung, dari semua yg biasanya berisi tentang dunia bisnis, percintaan yg berakhir romantis tapi aku gak pernah kepikiran kali ini kamu bikin yg benar" berbeda jauuuuuh dari sebelum"nya
🌠Naπa Kiarra🍁: Ikut aliran otak aja, Kak. Dan saat aku nulis rasanya semangat banget, meski g tahu udah berapa kali aku edit biar feel-nya kerasa banget. 😂

Padahal cuma dapat reward sampai 40 bab, tapi aku tulis sampai 122 bab😀

Tapi jujur aku puas bisa menyelesaikan season 1 ini meski di bab 80 dst g dapat apa-apa. 😂
total 1 replies
Sri Hendrayani
akhirnya and juga
Mrs.Riozelino Fernandez
makasih buat Novel Aylin nya kk Thor...
bener2 menguji jantung bacanya..
balap nya dapet,skill mafia nya TOP👍👍👍👍
sukses terus untuk Aylin dan Akay ke 2 ya kk💗💗💗💗💗
🌠Naπa Kiarra🍁: Aamiin. Makasih Kak 🤗🙏🙏🙏
total 1 replies
Fadillah Ahmad
Luar Biasa.
🌠Naπa Kiarra🍁: Terima kasih KK 🤗🤗🙏🙏🙏🙏🙏
total 1 replies
mery harwati
Terimakasih thor karyanya 🙏
Dan ditunggu kisah masa lalu kakek Aylin yang bergelar intel legendaris 💪❤️
🌠Naπa Kiarra🍁: Aamiin.Makasih, Kak🤗🙏🙏🙏
mery harwati: Siap thor, sehat selalu untuk author sekeluarga & lancar rejekinya juga ya ❤️
total 3 replies
asih
lanjut kamar sebelah
Puji Hastuti
Kok end? Beneran ini thor?
Puji Hastuti
Alhamdulillah masih berlanjut, mksh thor
Bhadra Pelangi
love love love ma ceritanya ❤️❤️❤️❤️🔥🔥🔥
🌠Naπa Kiarra🍁: Terima kasih KK 🤗🤗🙏🙏🙏🙏🙏
total 1 replies
sum mia
hhhhhh.... dah tamat beneran ini kak. gak ada bonus bab gitu .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
sum mia: oke kak....in syaa Allah akan ngikutin terus
🌠Naπa Kiarra🍁: G ada, Kak. Kan langsung dilanjutkan di novel "LINTASAN KEDUA" 😀🙏
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!