NovelToon NovelToon
Menikahi Gadis Badung

Menikahi Gadis Badung

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Pernikahan Kilat / Teen Angst / Cinta Seiring Waktu / Paksaan Terbalik / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:28.3k
Nilai: 5
Nama Author: Nana 17 Oktober

Akay, pemuda yang kadang bermulut pedas, terjebak dalam pernikahan dengan Aylin, gadis badung yang keras kepala, setelah menabrak neneknya. Itu adalah permintaan terakhir sang nenek—dan mereka harus menandatangani perjanjian gila. Jika Akay menceraikan Aylin, ia harus membayar denda seratus miliar. Tapi jika Aylin yang meminta cerai, seluruh harta warisan neneknya akan jatuh ke tangan Akay!

Trauma dengan pengkhianatan ayahnya, Aylin menolak mengakui Akay sebagai suaminya. Setelah neneknya tiada, ia kabur. Tapi takdir mempertemukan mereka kembali di kota. Aylin menawarkan kesepakatan: hidup masing-masing meski tetap menikah.

Tapi apakah Akay akan setuju begitu saja? Atau justru ia punya cara lain untuk mengendalikan istri bandelnya yang suka tawuran dan balapan liar ini?

Apa yang akan terjadi saat perasaan yang dulu tak dianggap mulai tumbuh? Apakah pernikahan mereka hanya sekadar perjanjian, atau akan berubah menjadi sesuatu yang tak pernah mereka duga?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

4. Amplop

Langkah kaki Aylin terhenti begitu matanya menangkap sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan akan melihatnya hari ini—bendera kuning berkibar pelan tertiup angin di depan rumahnya. Dada gadis itu terasa sesak seketika. Perasaannya bercampur aduk antara bingung dan takut.

Beberapa tetangga terlihat keluar masuk rumahnya. Ada yang berbicara dengan lirih, ada yang membawa nampan berisi makanan, dan beberapa ibu-ibu duduk di halaman dengan wajah sendu.

Jantung Aylin berdetak lebih kencang. Dengan langkah tergesa, ia melangkah menuju pagar. Namun, sebelum sempat bertanya, seorang warga yang baru saja keluar dari rumahnya menatapnya dengan penuh belas kasih.

“Ikut berduka cita ya, Nak. Semoga kamu tabah dan ikhlas.”

Dunia seakan berhenti berputar. Kata-kata itu menggema di kepala Aylin, tapi otaknya menolak untuk memahami.

Tidak. Tidak mungkin.

Tanpa menjawab, Aylin langsung berlari masuk ke dalam rumah. Napasnya tersengal saat melewati ruang tamu yang penuh dengan orang-orang yang duduk bersimpuh, berdoa dengan wajah sendu.

Sampai di ruang tengah, langkahnya melemah. Matanya langsung tertuju pada sosok yang terbujur kaku di atas kasur yang dialasi kain putih. Tubuh neneknya. Baru saja selesai dimandikan.

Aylin terhuyung. Dadanya terasa sesak, pandangannya mulai buram oleh air mata yang enggan jatuh.

“Nenek…”

Suara itu hanya keluar sebagai bisikan lirih.

Orang-orang di ruangan itu menoleh padanya, sebagian dari mereka menatapnya dengan penuh simpati. Tapi Aylin tidak peduli.

Ia berjalan mendekat, lututnya terasa lemas. Tangannya gemetar saat hendak menyentuh wajah neneknya.

“Bangun, Nek…” bisiknya lirih, hampir memohon. “Jangan bercanda seperti ini…”

Tapi tubuh itu tetap diam, kaku dan dingin.

Air mata yang sedari tadi tertahan akhirnya jatuh. Sesak di dadanya semakin menjadi.

“Nenek…!”

Sebuah tangis pecah, menggema di ruangan yang sunyi.

***

Suasana di ruang tengah rumah Nenek Ros masih diselimuti kesedihan. Aroma dupa dan bunga masih tercium samar, mengingatkan semua orang bahwa seseorang baru saja pergi untuk selamanya.

Aylin duduk dengan wajah tanpa ekspresi, matanya sembab tapi tatapannya kosong. Akay duduk di sebelahnya, tampak lebih tenang meski pikirannya dipenuhi berbagai hal. Di depan mereka, Pak Sastro menghela napas panjang, sementara seorang ART paruh baya berdiri tak jauh, menunduk hormat.

“Aylin,” suara Pak Sastro terdengar lembut namun tegas, “kamu sudah menikah, dan sekarang Nenek Ros sudah tiada. Jadi, kamu harus mulai belajar mendengarkan dan patuh pada suamimu.”

Aylin tidak menjawab. Ia hanya memalingkan wajah ke arah lain, jelas-jelas menunjukkan bahwa ia tidak setuju dengan perkataan itu.

Pak Sastro menatap Akay sebelum melanjutkan. “Kemarin Nenek Ros menghubungi saya. Beliau bilang, Aylin belum cukup mampu mengelola kekayaannya sendiri. Jika kamu tidak ingin mengambil alih pengelolaan hartanya, maka saya yang akan mengelolanya untuk sementara waktu sampai kamu berubah pikiran.”

Belum sempat Pak Sastro menyelesaikan kalimatnya, Aylin langsung menoleh dan berkata tegas, “Aku adalah pewaris tunggal harta keluargaku. Aku tidak setuju dia yang mengelola kekayaan keluargaku.”

Tatapan tajamnya tertuju pada Pak Sastro, penuh penolakan.

Akay yang sejak tadi diam, hanya tersenyum tipis. Ia menyandarkan tubuhnya ke sofa dan berkata santai, “Aku juga punya pekerjaan. Aku tak berminat menyentuh harta keluargamu.”

Aylin menyilangkan tangan di dada. “Bagus kalau begitu,” gumamnya, masih dengan nada ketus.

Pak Sastro kembali menghela napas. Sejak awal, ia sudah menduga interaksi antara dua orang ini akan seperti ini. Nenek Ros sering menceritakan betapa keras kepalanya cucunya, dan sekarang ia melihatnya langsung.

Alih-alih menanggapi pertengkaran kecil mereka, Pak Sastro beralih pada Akay. “Nenek Ros sudah menandatangani semua dokumen pelepasan tanah di tempat proyek yang akan kamu bangun. Jika ada kendala, jangan ragu untuk menghubungi saya.”

Ia merogoh tas kerjanya dan mengeluarkan sebuah map berisi dokumen-dokumen penting. Dengan tenang, ia menyerahkannya pada Akay.

Akay menerima dokumen itu dengan anggukan kecil. “Terima kasih, Pak Sastro.”

Pak Sastro hanya tersenyum tipis. “Semoga semua berjalan lancar.”

Sementara itu, Aylin hanya diam. Pikirannya berkecamuk, bukan hanya tentang harta, tetapi juga tentang kehidupan barunya yang terasa begitu menyesakkan.

ART yang sejak tadi diam di sudut ruangan akhirnya melangkah maju dengan ragu. Wajahnya masih menyisakan duka, namun tangannya terulur, membawa sebuah amplop putih yang tampak rapi dan tersegel.

"Tuan Akay," suaranya lembut, sedikit bergetar. "Nenek Ros meminta saya menyampaikan ini pada Anda."

Akay mengernyit sesaat sebelum menerima amplop itu. Kertasnya terasa sedikit tebal di tangannya, seolah berisi sesuatu yang lebih dari sekadar surat biasa. Ia menatap ART itu, mencoba membaca ekspresinya.

"Kapan beliau memberikan ini pada Bibi?" tanyanya, suaranya terdengar lebih pelan dari biasanya.

"Sehari sebelum beliau meninggal," jawab ART itu. "Beliau mengatakan, ini harus diberikan kepada Anda setelah beliau tiada."

Ruangan menjadi hening. Aylin yang sedari tadi hanya diam, kini melirik amplop di tangan Akay dengan alis bertaut. Ia tidak tahu apa isi amplop itu, tetapi ada sesuatu dalam dadanya yang terasa tidak nyaman.

Akay menatap amplop itu beberapa detik sebelum akhirnya mengangguk kecil. "Terima kasih."

ART itu menunduk sopan, lalu kembali mundur ke tempatnya semula.

Pak Sastro memerhatikan semuanya dalam diam. Ia tahu, apa pun isi amplop itu, pasti adalah sesuatu yang telah lama dipikirkan oleh Nenek Ros sebelum meninggalkan dunia ini.

Pak Sastro akhirnya berpamitan setelah memastikan semua urusan selesai. Akay mengantar pria itu sampai ke teras, lalu kembali ke dalam rumah. Matanya mengikuti langkah Aylin yang diam-diam masuk ke kamar Nenek Ros dan menutup pintunya rapat-rapat. Tak butuh waktu lama sebelum suara kunci berderak, mengisyaratkan gadis itu mengunci diri di dalam.

Aylin berdiri di ambang pintu kamar neneknya, menatap ruangan yang kini terasa lebih sunyi dari sebelumnya. Aroma samar minyak kayu putih yang biasa digunakan nenek masih tercium di udara, seolah wanita itu baru saja pergi dan akan kembali kapan saja. Tapi kenyataannya, kamar ini sekarang kosong—dan akan tetap begitu selamanya.

Matanya jatuh pada meja kecil di samping ranjang. Ada sebuah bingkai foto di sana. Jemarinya terulur, mengambilnya perlahan. Gambar dirinya, neneknya, dan ibunya yang sudah tiada terpampang di balik kaca bening. Mereka bertiga tersenyum, seakan dunia ini selalu baik-baik saja.

Aylin mengusap permukaan foto itu dengan ibu jarinya, menyadari betapa jauh dirinya dari gadis kecil yang dulu bahagia dalam pelukan nenek dan ibunya. Dulu, ia tidak perlu bersikap keras, tidak perlu menyembunyikan ketakutannya di balik kata-kata tajam dan sikap pemberontak. Tapi sekarang? Tidak ada yang tersisa untuk melindunginya. Tidak ada yang bisa ia andalkan lagi.

Matanya terasa panas, tapi ia menolak menangis. Air mata tidak akan membawa neneknya kembali. Tidak akan membuat hidupnya lebih mudah.

"Aku nggak butuh siapa-siapa," gumamnya pelan, meyakinkan dirinya sendiri.

Namun, kebohongan itu terdengar terlalu hampa bahkan bagi dirinya sendiri.

Akay hanya menghela napas menatap pintu kamar mendiang Nenek Ros. Dia tahu Aylin butuh waktu untuk sendiri, untuk meratapi kepergian neneknya. Dia memilih untuk tidak mengganggunya dan melangkah menuju kamar mereka.

Begitu masuk, ia duduk di tepi tempat tidur, membuka amplop yang tadi diberikan oleh art. Di dalamnya ada selembar surat bertuliskan tangan Nenek Ros. Dengan hati-hati, Akay membuka dan mulai membaca.

> Akay,

Terima kasih karena bersedia menikahi cucu Nenek, meskipun Nenek tahu pernikahan ini jauh dari kata sempurna. Nenek memaksamu, dan Nenek sadar itu salah, tapi hanya padamu Nenek bisa menitipkan Aylin.

Aylin tumbuh dalam kehilangan. Ayahnya pergi meninggalkan ibunya demi wanita lain. Tidak lama setelahnya, ibunya jatuh sakit dan meninggal. Sejak saat itu, Aylin kehilangan kepercayaannya pada laki-laki, pada cinta, dan pada pernikahan. Dia menjadi keras kepala, selalu berusaha menunjukkan bahwa dia tidak butuh siapa pun. Itu cara dia bertahan.

Nenek tahu dia tidak mudah diatur, dia bisa menyebalkan, dan mungkin dia akan membuatmu frustrasi. Tapi, Akay, dia juga gadis yang baik. Jika kau bersabar dan mencoba mengenalnya lebih dalam, kau akan melihat hatinya yang sebenarnya.

Nenek tidak meminta banyak darimu. Nenek hanya ingin kau menjaga Aylin. Jangan meninggalkannya seperti ayahnya dulu. Jangan biarkan dia semakin percaya bahwa semua pria akan menghancurkan hidupnya. Jika suatu hari kau ingin berpisah dengannya, pastikan itu bukan karena keegoisan atau ketidaksabaran.

Sekali lagi, Nenek titipkan dia padamu. Jaga dia, bukan sebagai kewajiban, tapi karena dia pantas mendapatkan seseorang yang bisa melindunginya.

Rosalia

...🌟🌟🌟...

..."Hati yang terluka membutuhkan kesabaran dan pengertian untuk sembuh. Jangan menyerah sebelum kau melihat keindahannya." "...

...Jangan pernah meninggalkan dia yang rapuh, karena mungkin kaulah satu-satunya harapan yang mereka miliki."...

..."Nana 17 Oktober"...

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

1
Far~ hidayu❤️😘🇵🇸
wah ganti cover 📔
Far~ hidayu❤️😘🇵🇸
lanjut seru banget....jika yg panas 🔥 selepas jam buka puasa ajar🤭🤣🤣
Esin naufal
bau bau ceembokur ning babang akay
Far~ hidayu❤️😘🇵🇸
marathon /Facepalm/ seru banget kisah Aylin dan anak Andi ini... eh namanya Akay
Far~ hidayu❤️😘🇵🇸
gatel si Mira...tapi bagus bikin si isteri kmkepanasan /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
abimasta
tanpa mereka sadari akay dan alyn saling ketergantungan
Syavira Vira
👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
Syavira Vira
👍👍🙏❤️
sum mia
mereka udah sama-sama suka dan sama-sama saling merindukan tapi masih saja mengelak .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
Far~ hidayu❤️😘🇵🇸
mau marah atau mau lepas rindu /Facepalm/
Hanima
👍👍
Far~ hidayu❤️😘🇵🇸
bersyukur lah bukan Timurah si janda genit /Facepalm/
Hanima
lanjut kk
Far~ hidayu❤️😘🇵🇸
sebenarnya tugas isteri itu melayani suaminya di.🤔🤭🤭🤭., aku baca bulan puasa...malam aja kau jalan kan tugas mubAylin🤣🤣jika beres2 masak2 itu ihsan seorang isteri 🤭
Far~ hidayu❤️😘🇵🇸
seru ni
Anitha Ramto
Rahang Akay langsung mengeras setelah baca chat di grup teman² Aylin..

ada ketidak sukaan yang Akay rasakan..secara terang²an si Jordi suka sm Aylin
Anitha Ramto
Akay yang senang bngt kl menggoda Aylin..biar tambah kesel si Aylin trs²an di goda Akay...kesel sama Akay tapi hati kamu juga merindu jika jauh dgn Akay karena sdh terbiasa dekat dgn Akay
Far~ hidayu❤️😘🇵🇸
lucu ya isterinya Akay ternyata wanita yg brutal...
Dek Sri
lanjut
Fadillah Ahmad
Jadohkan Saja Sinta dengan Yoga Kak Nana,kasihan Yoga Kak,terlalu Bangga Sekali dia dengan Ke Jombloannya Itu Kak Nana,apalagi,Yoga Seperti Itu Kan Sejak Zayn dan Khaira Pacaran Waktu SMA kak. Bahkan Sampai Berdebat Segala sama Cempaka Waktu Di Kafe Waktu Yoga Masih SMA Bareng Sama Zayn Kak Nana.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!