Mencari Daddy Sugar? Oh no!
Vina Rijayani, mahasiswi 21 tahun, diperhadapkan pada ekonomi sulit, serba berkekurangan ini dan itu. Selain dirinya, ia harus menafkahi dua adiknya yang masih sangat tanggung.
Bimo, presdir kaya dan tampan, menawarkan segala kenyamanan hidup, asal bersedia menjadi seorang sugar baby baginya.
Akankah Vina menerima tawaran Bimo? Yuk, ikuti kisahnya di SUGAR DATING!
Kisah ini hanya fantasi author semata😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Payang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. Jaminan
"Silahkan diminum Tuan," Romlah menyuguhkan secangkir kopi didepan Bimo setelah pria itu ikut duduk bersamanya di meja makan.
"Maaf Bude, saya membatasi kafein masuk ke tubuh saya tidak lebih dari 400 miligram setiap harinya. Boleh saya minta air mineral saja," ucap Bimo sopan.
"Tentu saja, sebentar saya ambilkan," Romlah beranjak, mengambil sebotol air mineral pada lemari penyimpanan, dan satu gelas kosong dan membawanya pada Bimo.
"Terima kasih, maaf merepotkan." Bimo menuangkan air kedalam gelas lalu meneguknya.
Romlah memperhatikan pria besar itu.
Dilihat dari penampilannya, tentu bukan pria kebanyakan. Tubuhnya yang atletis, penuh otot, sangat jelas terlihat dari kemejanya yang menyembul pada bagian dada dan lengannya.
Walau sudah tidak muda lagi, pesona pria itu masih bisa memikat banyak gadis. Dan baru saja, dirinya melihat sendiri pria itu begitu menjaga asupan yang masuk ke tubuhnya. Mungkin pria seperti tuan Bimo ini memiliki dokter gizi pribadi yang mengatur pola makannnya, Romlah membatin.
"Apa yang ingin Bude obrolkan?" tanya Bimo, setelah selesai meneguk segelas air mineral.
"Ada hubungan apa tuan Bimo dengan Vina?" todong Romlah tanpa basa basi, memberi tatapan tegas pada pria itu.
"Dilihat dari penampilan Vina yang sangat glamour, juga tuan Bimo mengantarnya kemari diwaktu selarut ini, dan sejumlah uang yang dikirim ke rekening saya beberapa waktu lalu, tentu bukan hubungan biasa antara atasan dan bawahan saja," berondong Romlah.
Bimo mengeluarkan sesuatu dari dompetnya, lalu meletakan benda pipih logam berwarna kuning itu di depan Romlah.
Dengan cermat Romlah membaca didalam hati, tulisan yang terukir di permukaan kartu nama berbahan dasar emas itu.
Tercengang, itu yang terjadi padanya, selesai mengamati kartu nama itu.
Viktoria Hotel, bangunan hotel paling ternama, terletak di pusat kota, dengan segala fasilitas mewah dan pelayanannya yang menjadi buah bibir, siapa yang tidak tahu? Walau hidup dipemukiman pinggiran kota, dirinya juga tahu tentang ketenaran hotel itu.
Dan sekarang, direktur dari Viktoria Hotel sedang berkunjung di rumah sederhananya, bahkan sedang duduk dihadapannya, dan mengobrol dengannya.
Ini kali pertama dirinya melihat pria itu. Dan tidak dapat disangkal, hatinya hampir menciut menghadapi pria didepannya, sorot mata seorang pemimpin dapat ia temukan pada manik legam itu.
"Tuan Bimo Hardi Dinata, direktur dan pemilik Viktoria Hotel, suatu kehormatan Anda berkunjung ke rumah saya ini. Dan tetap saja, saya mempertanyakan ada hubungan apa Tuan dengan Vina?" Romlah kembali berucap, meniru apa yang ia baca pada kartu nama mahal itu.
"Vina bukan berasal dari keluarga konglomerat seperti tuan Bimo. Gadis itu yatim piatu, dan memiliki dua adik usia Sekolah Dasar yang masih sangat membutuhkan kakaknya."
"Bila menjadikannya sebagai wanita simpanan, tolong jangan lakukan itu, Tuan. Sepengetahuan saya, Vina adalah gadis baik-baik, tidak pernah berlaku hal yang aneh-aneh apalagi hal yang tidak senonoh."
"Saya memang tidak ada hubungan darah, tapi saya tidak tega melihat gadis itu nantinya menderita, karena jadi bahan cemooh dan pergunjingan warga kampung sini."
"Saya memang sering mendengar, gadis-gadis cantik seperti Vina, sering dijadikan simpanan pria-pria kaya. Maaf, saya memang harus berterus terang Tuan. Tapi di negeri ini, hubungan seperti itu melanggar hukum, moral, dan norma yang ada, karena tidak sesuai dengan kepribadian bangsa kita yang menjunjung tinggi adat ketimuran."
"Kasihani dia Tuan, isteri Tuan pasti akan membunuhnya bila mengetahuinya," papar Romlah panjang lebar mengutarakan kekhawatiran hatinya.
"Saya mengerti kekhawatiran Bude, itu sebabnya malam ini saya meluangkan waktu supaya bisa bertemu dan berbicara langsung dengan Bude. Sepengetahuan saya, Bude lebih menyayangi mereka melebihi bibi Vina sendiri," Bimo menanggapi.
Pria itu berusaha memilih kata-kata yang sederhana, untuk bisa difahami wanita yang berusia lebih tua beberapa tahun diatasnya itu.
"Kami baru pulang dari resepsi pernikahan salah satu pegawai saya, itu sebabnya Vina berpakaian seperti yang dilihat Bude. Dan bukan tanpa alasan saya tetap memintanya berpakaian seperti itu saat kemari. Tanpa banyak penjelasan, Bude sudah dapat mengambil kesimpulan."
"Dan saya sengaja mengantarnya kemari selarut ini, agar para tetangganya tidak melihat kehadiran kami."
"Saya bukan pria beristeri, dan tidak akan melakukan sesuatu diluar batas bila belum menikahi gadis itu. Dan bila suatu hari nanti Vina memang tidak mau menerima saya, saya akan melepaskannya tanpa tuntutan apapun."
Romlah menatap Bimo lekat.
"Apa ucapan tuan Bimo bisa di pegang? Apa jaminannya?"
"Tentu Bude."
Romlah memperhatikan pergerakan Bimo. Pria itu membuka tas dokumen anti air dan anti api yang sedari tadi ia letakan diatas meja makannya saat membawa dua box terakhirnya.
"Apa ini?" Tanya Romlah, menyentuh berkas yang ia duga sebagai dokumen berharga, saat pria itu meletakan tepat dihadapannya.
"Itu bukti kepemilikan Viktoria Hotel, lengkap dengan penthouse kediaman saya yang berada di puncak hotel itu. Bude boleh menyimpannya sebagai jaminan."
Romlah merinding, mendadak tubuhnya panas dingin. Pria itu tidak berbohong, ia melihatnya sendiri semua dokumen-dokumen penting itu bukan isapan jempol belaka.
"Kartu nama itu juga bisa dijadikan jaminan dan bukti, karena saya tidak sembarang memberikannya pada seseorang. Bude boleh menuntut saya, bila suatu hari nanti tidak sesuai seperti yang saya ucapkan seperti malam ini."
"Untuk malam ini, saya titip Vina disini, supaya dia bisa melepas rindu pada kedua adiknya. Besok pagi, saya akan mengirim taxi online untuk menjemputnya ke kampus."
"Dan saya juga minta tolong, jika tidak keberatan, untuk sementara waktu menitipkan kedua adik Vina pada Bude, karena saya merasa mereka menyukai Bude."
"Kenapa tidak diajak saja sekalian, Tuan? Adik-adiknya adalah tanggung jawab Vina." Romlah kembali menatap Bimo.
"Bila berbicara masalah uang, itu mudah bagi saya Bude. Saya berfikir, apakah mental mereka siap berada di sekolah dan lingkungan yang baru. Jika Bude keberatan, saya terpaksa mencari orang yang bersedia menjaga mereka untuk sementara waktu. Selain kuliah, Vina juga berkerja," ungkap Bimo, memperjelas situasi sulitnya jika mengajak adik-adik Vina.
Bahkan ada alasan lain yang tidak bisa ia jelaskan.
Bersambung...✍️
dirimu mau berendam sambil minum atau gimana/Drowsy//Drowsy//Drowsy/
. Arvian.. bukan Alvian.. di atas ada beberapa alvian aku oleng benerann... 🙈🙈🙈