NovelToon NovelToon
THE REGRET OF MY SEVEN BROTHERS

THE REGRET OF MY SEVEN BROTHERS

Status: sedang berlangsung
Genre:BTS / Keluarga / Angst
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: BYNK

"The Regret of My Seven Older Brothers"

Di balik kehidupan mewah dan kebahagiaan yang tampak sempurna, delapan bersaudara hidup dalam kesejahteraan yang diidamkan banyak orang.

Namun, semuanya berubah ketika kecelakaan tragis merenggut nyawa sang ayah, sementara sang ibu menghilang tanpa jejak.

Si bungsu, Lee Yoora, menjadi sasaran kemarahan dan penilaian keliru ketujuh kakaknya, yang menyalahkannya atas kehilangan yang menghancurkan keluarga mereka.

Terjebak dalam perlakuan tidak adil dan kekejaman sehari-hari, Yoora menghadapi penderitaan yang mendalam, di mana harapan dan kesedihan bersaing.

Saat penyesalan akhirnya datang menghampiri ketujuh kakaknya, mereka terpaksa menghadapi kenyataan pahit tentang masa lalu mereka. Namun, apakah penyesalan itu cukup untuk memperbaiki kerusakan yang telah terjadi?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BYNK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 7: Pencurian dan Pembullyan

Di tengah kota yang berkilauan, sebuah bar malam memancarkan pesonanya, meski hari masih siang. Musik berdentum dengan ritme yang menggugah semangat, mengubah suasana menjadi lebih hidup. Lampu-lampu berwarna cerah berkelap-kelip, menciptakan permainan cahaya yang memikat. Aroma campuran minuman beralkohol dan parfum mahal menambah suasana glamor yang tak terbantahkan.

Di salah satu sudut bar, seorang pria dengan penampilan menawan duduk sendiri. Jas hitam yang dikenakannya tampak sempurna, menonjolkan bentuk tubuhnya yang atletis. Wajahnya tampak tenang, namun ada nuansa kerumitan di balik tatapan tajamnya. Rambutnya teratur, namun dengan sedikit kesan acak-acakan yang justru menambah daya tariknya.

Dia memegang gelas berisi minuman berwarna gelap, menikmati setiap tegukan sambil merenungkan hal-hal yang jauh dari bar ini. Meski banyak orang di sekelilingnya yang sedang sama -sama mengikuti irama musik, dia tampak terasing, seolah terjebak dalam pikirannya sendiri. Kenangan-kenangan lama melintas, menghadirkan perasaan nostalgia yang menyakitkan, mengingatkan pada momen-momen yang tak bisa kembali.

Namun, kedamaian itu terganggu saat seorang wanita mendekat. Dengan langkah percaya diri dan senyum yang hangat, dia menyapa pria itu, menghadirkan harapan akan percakapan yang bisa mengubah suasana hatinya.

"Seonho?" suara lembut itu memecah keheningan.

"Nee..." pria yang dipanggil Seonho itu menoleh pada sumber suara, merasa ada sesuatu yang akrab dalam nada tersebut.

"Ya Tuhan, ini benar dirimu ternyata?!" Ujar seorang wanita dengan ekspresi terkejut.

"Nuguya? Apa aku mengenalmu?" tanya Seonho, berusaha mengingat siapa wanita di depannya itu.

 (Catatan: Nuguya berarti "Siapa kamu?" dalam bahasa Korea. Tolong koreksi jika author salah )

"Aku Ji-Eun... Han Ji-Eun. Kau lupa padaku?" Tanya wanita tersebut, nada suaranya campur aduk antara rindu dan keraguan.

"Ji-Eun...? Han Ji-Eun?" Seonho bertanya kembali, ragu-ragu mengingat masa lalu yang samar.

"Iya... Ya Tuhan, aku tidak menyangka akan bertemu denganmu di sini!" ucap Ji-Eun, senyumnya mulai merekah.

"Aku juga. Ya Tuhan, aku benar-benar tidak bisa mengenali mu, ayo duduk di sini { ujar Seonho menunjuk tempat kosong di sebelah nya } Bagaimana kehidupanmu sekarang?" Tanya Seonho dengan rasa ingin tahu.

"Hemm, seperti yang kau lihat," jawab Ji-Eun sambil melirik ke sekeliling.

"Jadi, apa kau sedang ada masalah hingga datang ketempat seperti ini?!, " tanya Seonho, mencoba memahami situasi Ji-Eun.

"Hemm, bisa dibilang seperti itu, aku ada sedikit masalah dengan sahabat ku, " jawab Ji-Eun dengan nada penuh penyesalan.

"Ouh masalah wanita , ada apa ? Aku sudah lama tidak bertemu dengan mu , jadi aku tidak bisa tahu apa yang terjadi pada dirimu, " tanya Seonho sambil terkekeh, berusaha membuat suasana lebih ringan meskipun nada kekehannya terdengar tidak sepenuhnya tulus.

"Suami nya temanku, meminjam uang pada ku , dengan alasan dia baru saja di berhenti kan dari pekerjaan nya, dan dia butuh untuk biaya istri nya itu yang sedang hamil , karena kasian pada istrinya yang tidak lain sahabat ku aku berikan saja uang nya , tapi ternyata uang itu dia gunakan untuk membayar wanita di tempat pelacuran! " ujar Ji-Eun, suara dan ekspresinya berubah serius.

" Lalu , sahabat mu itu tahu dari siapa? Dan apa hubungannya dengan mu , kan kamu hanya membantu dia , mana kamu tahu akan dia gunakan untuk apa uang itu !" kata Seonho lagi , dia sedikit terkekeh karena pengaruh alkohol yang di minum nya.

" Dia tahu dari aku , karena aku menagih uang itu karena memang sudah terlalu lama , tapi karena suaminya itu tidak pernah menggubris perkataan ku , akhirnya aku tanya pada sahabat ku, dan dari sanalah dia menyalahkan ku atas semua perbuatan suaminya yang tidak dia tahu , Akhhh aku kesal sekali . Bisa bisanya dia menyalahkan ku padahal suami nya saja tidak benar, " Ji-Eun mengungkapkan semua rasa frustrasinya, air mukanya kini sudah tak bersahabat lagi. Seonho terdiam sejenak, merasakan ketegangan di udara.

" Aku... aku tidak tahu harus berkata apa, Tapi menurut ku teman seperti itu sama sekali tidak berguna, sudahlah tinggal kan saja orang - orang seperti itu , kalau pun tidak punya sahabat kamu tidak akan mati . Daripada mereka terus menjadi beban mu ," Ujar seonho berusaha mengerti posisi wanita di samping nya ini.

"Kau tahu, Seonho, Aku tidak akan membiarkan diriku terjebak dalam situasi ini selamanya. Aku ingin bangkit dan membuktikan bahwa aku bisa lebih dari apa yang dia pikirkan tentangku, tapi tetap saja tidak mudah bagiku untuk melupakan dia , aku dan dia sudah berteman lama " Ji-Eun melanjutkan ucapan nya, matanya bersinar dengan semangat baru.

" Aku tidak tahu bagaimana cara wanita menjalin hubungan sesama wanita, tapi kembali pada pemahaman ku sebagai pria jika sudah tidak berguna tinggalkan saja, hilang satu tumbuh seribu, penjilat seperti teman mu itu berserakan di jalanan " dorong Seonho, meyakinkan wanita tersebut.

"Terima kasih, Seonho. Mendengar itu dari seseorang sepertimu memberi aku sedikit harapan, Bagaimana denganmu? Bagaimana kehidupan mu sekarang?"Ji-Eun tersenyum, meskipun ada kesedihan yang masih menyelimuti wajahnya. Seonho menghela napas, wajahnya sedikit melunak.

"Aku... aku masih di sini, berusaha melakukan yang terbaik. Hidup memang tidak selalu seperti yang kita rencanakan, kan? Terkadang apa yang sudah kita rencanakan malah berbanding terbalik dengan rencana tuhan dan kita tidak bisa menolak nya " ucap seonho lagi.

"Benar. Kita hanya perlu terus melangkah , menyerah pun bukan akhir dari segalanya " ujar Ji-Eun dengan senyuman khas nya.

"Kamu benar sekali, lalu kau belum menjawab pertanyaan ku bagaimana kau ada di tempat seperti ini? Apa hanya karena teman mu itu ?, " tanya Seonho, berusaha mengalihkan pembicaraan yang semakin berat.

"Akh, tidak ada. Aku hanya mampir untuk sedikit minum, aku pusing memikirkan masalah ini " jawab Ji-Eun, dengan nada yang terdengar canggung.

"Kebiasaanmu masih seperti dulu," ujar Seonho, tersenyum tipis. Dia sangat paham dengan kebiasaan wanita di sampingnya itu.

"Kau sendiri kenapa ada di tempat seperti ini? Bukankah kau tidak suka minum-minum alkohol?" tanya Ji-Eun, matanya menyelidik.

"Akh, tidak ada. Aku hanya punya sedikit masalah dengan keluargaku," jawab Seonho, suaranya mengisyaratkan keengganan untuk membahasnya lebih jauh.

"Seperti bukan sedikit, aku tahu sifatmu ini, Seon. Kau tidak akan minum sebanyak itu jika tidak sedang banyak masalah," ucap Ji-Eun, tepat sasaran.

"Kau ini sok tahu," balas Seonho.

"Ouh ya... Bagaimana kabar adik-adikmu? Sudah lama aku tidak bertemu dengan mereka," ujar Ji-Eun, berusaha mengalihkan pembicaraan lagi.

"Hemm... semuanya baik-baik saja, kecuali adik terakhirku," jawab Seonho sambil meneguk segelas minuman yang kini terasa pahit di tenggorokannya.

"Jungsoo... Ada apa dengan dia?" tanya Ji-Eun, rasa ingin tahunya terbangkit.

"Dia bertengkar dengan Namjin, dan aku tidak bisa melerai keduanya. Entahlah, beban ini terasa semakin berat. Kau paham kan apa yang sudah aku lakukan untuk mereka selama ini?" ujar Seonho, matanya terlihat kosong, seolah berusaha mencari jawaban di balik setiap kata yang terucap.

"Akh, sangat paham. Pasti berat kan ketika kita harus terus hidup untuk orang lain? Kau sudah melakukan ini sejak remaja, Seon," ujar Ji-Eun, mengusap lembut bahu pria di sampingnya, mencoba memberikan sedikit kenyamanan.

Seonho menatap bahunya sendiri, bingung kenapa Ji-Eun mengusap bahunya seperti itu.

"Aku selalu melakukan apapun yang mereka inginkan hingga aku banyak mengorbankan kebahagiaanku sendiri. Aku selalu memikirkan tentang kebahagiaan mereka, tapi mereka sepertinya tidak menganggap hal itu sebagai hal penting. Harga diriku terluka mendengar ucapan mereka," ucap Seonho lagi.

"Apa yang sebenarnya terjadi? Semenjak kepergian samchon?" tanya Ji-Eun, terlihat bingung.

(Catatan: Samchon adalah istilah dalam bahasa Korea yang berarti 'paman' dan sering digunakan untuk merujuk pada sosok yang lebih tua dalam keluarga, bisa juga sebagai ungkapan kasih sayang. Tolong koreksi jika author salah ).

Ji-Eun tidak mengetahui tentang hal tersebut. Seonho memang sangat tertutup pada siapa pun, termasuk dirinya sendiri. Mereka berdua telah bersahabat sejak duduk di bangku sekolah menengah atas, dan ikatan mereka bertahan hingga lulus dari perguruan tinggi. Namun, setelah bekerja Ji-Eun memutuskan untuk bekerja di luar negeri, mereka jarang bertemu, kecuali hari ini.

   Ji-Eun memiliki kulit halus dengan rona pucat alami yang menunjukkan keanggunan khas wanita Korea Selatan. Rambutnya lurus dan panjang sebahu, dengan warna coklat tua yang terkesan lembut dan sederhana. Wajahnya berbentuk oval, dengan mata yang sedikit sipit namun penuh kehangatan, dilengkapi bulu mata yang tidak terlalu tebal namun lentik. Hidungnya kecil dan runcing, tidak terlalu menonjol tapi selaras dengan fitur wajahnya. Bibirnya tipis dan berwarna merah muda alami, memberikan senyuman yang sederhana namun manis.

Gaya berpakaiannya sederhana namun elegan. Dia sering terlihat mengenakan pakaian bernuansa pastel atau warna-warna netral, seperti kemeja oversized dan rok midi, atau cardigan lembut yang memberikan kesan bersahaja. Penampilannya bersih dan rapi, mencerminkan kepribadian yang tenang dan anggun, namun juga menyimpan sisi yang ramah dan penuh perhatian.

 Ji-Eun tipe wanita yang tidak banyak tingkah di mata seonho, oleh sebab itu juga mereka sempat dekat dan menjalin hubungan asmara . Namun hubungan keduanya tidak berjalan seberapa lama karena ketidakcocokan di antara kedua nya saat itu , akhirnya ke-dua nya memilih untuk berpisah secara baik - baik.

"Banyak sekali yang terjadi setelah Daddy pergi. Aku menanggung semuanya sendiri agar semua adikku tidak merasa kesulitan seperti yang aku rasakan saat itu. Itulah sebabnya aku begitu terluka ketika adikku berani meninggikan suaranya di hadapanku. Aku merasa seperti orang yang gagal karena tidak bisa melakukan yang terbaik untuk mereka," ujar Seonho, wajahnya dipenuhi rasa sakit saat mengingat ucapan Namjin waktu itu.

"Lalu, kau ada di sini? Kenapa? Aku tahu kau bukanlah orang yang suka bermain-main di bar seperti ini , apalagi ini siang hari? " tanya Ji-Eun lagi, matanya mencari jawaban di wajah Seonho.

" Orang pergi ke bar tidak harus malam dan tidak harus karena sedang ada masalah kan ? " Tanya seonho lagi.

" Tidak harus itu memang benar , tapi kebanyakan orang pergi ke bar untuk menenangkan pikiran nya di malam hari , bukan siang hari seperti ini apalagi kau bukan pengangguran " ujar ji -eun lagi.

"Aku pergi dari rumah," jawab Seonho dengan nada datar.

" Dan tinggal di apartemen kan? " Tanya ji -eun.

" Di mana lagi, aku tidak mungkin membeli rumah baru yang ada saja tidak pernah aku huni " Jawab nya sedikit acuh , seolah ingin menghentikan pembasahan ini.

" Are you kidding me? Kau sekarang pergi dari rumah dan tinggal di apartemen mu hanya karena tidak bisa melerai pertengkaran Namjin dan Jungsoo ? " Tanya Ji-Eun sembari terkekeh.

" Aku hanya butuh waktu sendiri, lagipula mereka sudah dewasa dan aku tidak harus selalu mengawasi nya " Tutur seonho yang tidak mengatakan semuanya pada ji- Eun.

"Apa? Kau pergi dari rumah dan menghabiskan waktumu di bar hanya karena masalah seperti ini?, meninggalkan pekerjaan mu ," tanya Ji-Eun, nada suaranya mengisyaratkan kekhawatiran sekaligus rasa tidak percaya terhadap pria yang kini ada di samping nya . Seonho tidak menjawab, tampak tenggelam dalam pikirannya sendiri, hingga akhirnya ji -eun melanjutkan ucapannya.

"Aku tahu kau kesal pada Namjin, tapi kau tidak bisa terus bertingkah seperti anak remaja puber, Seon. Selesaikan masalahnya. Kau ini pemimpin perusahaan dan satu-satunya orang yang harus bisa mengatur adik-adikmu, untuk apa kabur-kaburan seperti ini " ujar Ji-Eun, memberikan nasihat yang tulus.

Seonho masih terdiam, mengabaikan kata-kata Ji-Eun. Ia kembali minum alkohol, tetapi Ji-Eun segera mengambil gelas di tangannya.

"Seon, cukup. Jangan minum lagi. Kau akan mabuk. Pulanglah. Adik-adikmu pasti membutuhkanmu dan mungkin mereka mengkhawatirkan keberadaan mu sekarang!" ucapnya, berusaha tersenyum meski khawatir.

"Kenapa sedari tadi kamu memanggilku 'Seon'?" tanya Seonho, menyadari bahwa 'Seon' adalah panggilan masa kecilnya. Hanya keluarganya dan Ji-Eun yang tahu tentang itu. Mereka pernah menjalin kasih saat masih di kampus, namun hubungan mereka harus berakhir karena berbagai alasan.

"Apa salahnya? Seon kan namamu, " jawab Ji-Eun, bingung. Alisnya terangkat, menunjukkan ketidakpahamannya atas pertanyaan Seonho.

"Bukan apa-apa, hanya saja..." Seonho mulai menjelaskan, tetapi tiba-tiba...

Drrtt... drrtt... drrtt...

Suara dering telepon milik Seonho memotong percakapan mereka. Ia melirik layar ponselnya dan langsung mengernyit bingung.

"Siapa ini?" gumamnya pelan, seonho menjauh sedikit dari ji- Eun.

"Aku angkat telepon dahulu," ujar Seonho sambil menjauh dari tempatnya semula.

"Hallo..." ucap Seonho saat teleponnya tersambung.

"Dengan Tuan Seonho?" tanya seseorang dari seberang telepon.

"Ya, saya," jawab Seonho dengan heran.

"Saya ingin mengabari Anda tentang Lee Yoora, Tuan!" ucap orang tersebut lagi.

"Ada apa dengan dia?" tanya Seonho, masih dengan wajah datar.

"Dia melakukan pencurian dan membully teman nya di sekolah, Tuan. Kami sebagai pihak sekolah meminta Anda sebagai wali beliau untuk datang segera ke sekolah dan membahas bagaimana baiknya," ujar seseorang yang mengaku sebagai perwakilan dari sekolah.

Seonho terdiam, merasa emosi membara di dalam hatinya. Tangan kanannya terkepal kuat, menandakan seberapa besar kemarahan yang sedang ditahannya. Ia menatap Ji-Eun yang sedang memandang ke arah lain, tidak menyadari gelombang perasaannya.

"Saya akan segera ke sana," ujarnya sambil mematikan sambungan telepon.

Seonho kembali berjalan mendekat ke arah Ji-Eun, berniat berpamitan karena ia memiliki urusan mendesak.

"Apa yang terjadi?" tanya Ji-Eun dengan penasaran.

"Bukan apa-apa, hanya ada sedikit masalah di kantor," jawab Seonho, berusaha menyembunyikan kepanikan yang mulai menghinggapi dirinya.

"Kan aku bilang apa? Sekarang bagaimana, kau terlihat mabuk," ujar Ji-Eun lagi, nada suaranya menunjukkan keprihatinan.

"Aku masih bisa menyetir, dan aku tidak selemah itu, kau tahu," balas Seonho, berusaha meyakinkan dirinya sendiri.

"Ini bukan urusan lemah atau tidak, Seon. Kau tidak boleh berkendara dalam kondisi setelah minum alkohol seperti ini," ujar Ji-Eun, memberikan peringatan yang tegas.

"Kau cerewet sekali. Aku paham. Oleh sebab itu, aku akan memanggil orang untuk menyetir mobilku," jawab Seonho.

"Aku hanya mengingatkanmu. Aku tidak mau terjadi apa-apa padamu," ucap Ji-Eun dengan tulus, wajahnya penuh kekhawatiran.

"Baiklah, saya paham, nyonya," ujar Seonho, nada suaranya terdengar lebih santai.

"Apalah kamu ini, cepat pergi," balas Ji-Eun, tersipu malu ketika mendengar Seonho memanggilnya seperti itu.

"Aku sedang menunggu orangnya," tutur Seonho lagi.

Seonho menunggu dengan sabar orang yang akan mengemudikan mobilnya. Di dalam hatinya, dia merasa kesal dan perasaan nya bercampur aduk terutama setelah menerima telepon tentang Lee Yoora. Dalam benaknya dia berpikir kenapa Yoora tidak ada hentinya melakukan kesalahan terus menerus. Ji-Eun yang melihat Seonho terdiam merasakan ada yang tidak beres.

"Seon, kau kenapa? Apa yang terjadi sebenarnya, kau terlihat gelisah . Yakin Hanya masalah kantor?" tanya Ji-Eun, penasaran.

Seonho mengalihkan pandangannya, tidak ingin berbagi detail tentang masalah yang dihadapinya.

"Hanya ada sedikit masalah di kantor," jawabnya singkat.

"Tapi kau terlihat sangat khawatir. Apa ini tentang masalah yang tidak bisa diselesaikan?" Ji-Eun terus bertanya, berusaha memahami situasi.

"Ini hanya masalah kecil, satu atau dua masalah yang harus segera aku urus." jawab Seonho, nada suaranya mengandung frustrasi, dia benar - benar di buat kesal dengan tingkah yoora.

"Seharusnya kau tidak terlalu terbebani, Seon aku tahu kau bisa menyelesaikan semuanya " Ji-Eun berusaha menenangkan.

Seonho terdiam, tidak ingin berdebat lebih jauh. Dia merasa beban di hatinya semakin berat, tetapi tidak bisa membagikan semuanya pada Ji-Eun. Di saat itu, dia tahu bahwa dia harus segera pergi untuk mengurus masalah ini.

Setelah beberapa menit, sopirnya datang.

"Selamat siang, Tuan Seonho. Saya di sini untuk menjemput Anda " Seonho mengangguk dan menoleh ke arah Ji-Eun.

"Aku harus pergi. Terima kasih sudah menemani ku di sini , kamu bisa menelepon ku jika butuh sesuatu , nomor ku masih sama "ujar seonho meninggalkan Ji-Eun sendiri di tengah ramai nya orang - orang yang berlalu lalang keluar masuk tempat itu

"Jaga dirimu, Seon. Hubungi aku jika kau butuh bantuan," kata Ji-Eun sembari melambaikan tangan nya.

Seonho melangkah pergi, masih terbayang masalah yang dihadapinya. Dia merasa kesal dan marah pada Yoora, bagaimana bisa anak itu membuat kesalahan dalam waktu dekat secara berturut -turut. Pikir seonho yang kini sedang dalam perjalanan menuju ke sekolah di mana sang adik menempuh pendidikan nya .

1
Nunu Izshmahary ula
akhir nya ada satu saudara Yoora yang tobat 🥹 wahhh
Nunu Izshmahary ula
ouh jadi Min-ho ya yang waktu itu baik sama Yoora, jangan jangan Mereka jodoh lagi☺️🤣
Nunu Izshmahary ula
semoga Yoora gapapa, saudara nya ada aja yang bikin dia celaka
Nunu Izshmahary ula
yang ini bener banget, walaupun Seonho kaya gitu tapi gimana ya . kata kata ini bener juga
Nunu Izshmahary ula
astaga Seonho 😩minta ginjal orang udah kaya minta krupuk
winterbear95
"kemarahan kakak tertuanya"😭kenapa dibayanganku malah muncul Jin hyung ngerap sih astaga
winterbear95
aku baca, imajinasi visualku nongol 7 bujang kesayanganku🥺
Nengsih
sedih banget, dari pertama baca udah mewek 😭
Nunu Izshmahary ula
pengen punya sahabat macam rea , wah ... senengnya kalau punya temen kaya gitu ya , di saat dunia membenci kita habis - habisan ada satu tempat yang bisa kita jadikan tempat pulang untuk bersandar, susah banget nyari temen yang kaya gini di dunia nyata . kebanyakan orang cuma bermuka dua dan datang kalau lagi ada butuh nya aja🥺
BYNK: Kamu pasti akan menemukannya suatu hari nanti, atau mungkin malah kamu yang jadi sahabat seperti Rea untuk orang lain. Dunia ini memang keras, tapi kebaikan kita nggak pernah sia-sia. jangan lelah jadi orang baik , semangat 💪🏻
total 1 replies
Wayan Indrawati
yoora yg malang
Nunu Izshmahary ula
best quotes...
Nunu Izshmahary ula
jahat banget, yaampun Seonho..
Nunu Izshmahary ula
Lah, emang di sekolah dia di kantin nya gaada cctv kah? masa langsung percaya gitu aja , Seonho 😑
Nunu Izshmahary ula
wah kok keliatannya mereka egois banget ya, kira kira Namjin bakal milih Yoora atau Jungsoo..🤔
Nunu Izshmahary ula
jan males males up nya Thor , yang baca keburu kabur
winterbear95: naikin jumblah up episodenya🙄
BYNK: siap -siap , trimakasih banyak dukungan nya
total 5 replies
Nunu Izshmahary ula
baru baca bab pertama udah sedih aja .. wah ..
winterbear95: aku datang🤸
exited banget walaupun masih 4 bab
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!