~ Dinar tak menyangka jika di usianya yang baru tujuh belas tahun harus di hadapkan dengan masalah rumit hidupnya. Masalah yang membuatnya masuk ke dalam sebuah keluarga berkuasa, dan menikahi pria arogan yang usianya jauh lebih dewasa darinya. Akankah dia bertahan? Atau menyerah pada takdirnya?
~ Baratha terpaksa menuruti permintaan sang kakek untuk menikahi gadis belia yang pernah menghabiskan satu malam bersama adiknya. Kebenciannya bertambah ketika mengetahui jika gadis itu adalah penyebab adik laki lakinya meregang nyawa. Akankah sang waktu akan merubah segalanya? Ataukah kebenciannya akan terus menguasai hatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lindra Ifana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19
TOKK...TOKKK
Wening akhirnya membuka kamar sang pengantin baru, ia berani membuka kamar karena tahu Bara sedang pergi....dan pintu juga ternyata tidak dikunci. Wanita itu menghela nafas ketika melihat Dinar tertidur di sofa kamar.
Wening tahu jika Dinar kelelahan secara fisik dan mental, tapi gadis itu tetap harus makan. Saat ini Dinar adalah anggota keluarganya yang artinya semua yang terjadi pada gadis itu juga menjadi tanggung jawabnya.
"Sayang, bangun..."
Wening mengelus lembut lengan menantunya, ia yakin gadis itu belum lama tertidur. Dan benar saja tak lama kemudian Dinar perlahan membuka matanya.
"Ehhh Nyonya, maaf..."
"Hei pelan pelan saja bangunnya sayang, kenapa kau selalu melupakan jika aku juga ibumu. Panggil aku ibu."
"Iya, itu maksud saya...ibu," sahut Dinar canggung sambil merapikan penampilannya yang pasti sangat acak acakan. Dia tak menyangka jika ibu mertuanya Ajan masuk ke kamarnya.
"Maaf jika ibu lancang masuk ke kamar dan membangunkanmu, tapi dari siang kau belum makan. Kakekmu meminta ibu mengajakmu turun untuk makan malam."
Dinar malah terpaku ketika mendengar ajakan malam itu, di satu sisi dia memang sangat lapar saat ini. Tapi disisi lain ia tak mau lagi membuat masalah dengan melanggar perintah suaminya.
Bagaimanapun ia tak akan menang melawan monster setinggi seratus sembilan puluh centimeter itu.
"Sayang? Apa kau melamun?" tanya Wening mencubit gemas pipi Dinar. Jauh di lubuk hatinya ia bersyukur karena Allah masih sangat mencintainya.
Ketika ia kehilangan satu satunya putra yang sangat ia cintai, Allah menghadirkan satu anak laki laki dan satu anak perempuan untuknya.
"Tidak Bu...tapi Dinar tidak lapar. Maksudnya Dinar menunggu Tu...ehhh Mas Bara pulang saja," jawab Dinar yang kemudian merutuki jawaban yang keluar dari mulutnya sendiri. Padahal yang ingin ia lakukan sekarang adalah berlari ke ruang makan dan segera mengisi perutnya.
"Ibu tahu kau adalah istri yang sangat menghargai suamimu, tapi ada kalanya kau juga harus memikirkan dirimu sendiri. Termasuk dalam hal makan. Ibu tahu dari siang atau bahkan dari pagi kau belum mengisi perutmu. Kau bisa sakit jika telat makan! Ibu yakin Baratha tidak akan marah hanya dengan mengetahui kau makan tanpanya."
"Apa suami ibu tidak pernah marah jika ibu melakukan kesalahan?"
Wening tersenyum getir ketika Dinar malah bertanya tentang pria yang selama ini masih ada di dalam hatinya....menguasai jiwanya. Pria yang sangat ia rindukan kehadirannya walau tidak mungkin ia bisa melihatnya kembali.
"Tidak, dia tak pernah marah padaku. Dia adalah pria terbaik yang pernah aku kenal."
"Jika dia adalah pria terbaik kenapa lbu menangis? Ehhmm maaf, jangan jawab pertanyaan saya jika itu membuat ibu tidak nyaman. Tidak seharusnya saya menanyakan hal ini. Saya rasa saya sudah berubah pikiran, ayo kita ke bawah...jangan biarkan kakek menunggu kita terlalu lama," ujar Dinar tak mau mertuanya larut dalam kisah masa lalu yang memang tak berhak ia ketahui.
Semua orang mempunyai hak untuk menyimpan masa lalu mereka.
Sebelum ia mereka mencapai ruang makan langkah Dinar terhenti ketika melihat sebuah foto keluarga dengan ukuran yang sangat besar terpajang di ruang tengah. Dinar baru menyadari jika tidak ada foto suaminya disana.
Disamping kakekmu itu adalah Whisnu Wirabumi, suamiku. Dan yang ada disampingku adalah Krisna Wirabumi. Dia adalah putraku yang malam itu ada di kamar hotel bersamamu."
"J-jadi dia...."
tidak pernah membuat tokoh wanitanya walaupun susah tp lemah malahan tegas dan berwibawa... 👍👍👍👍
💪💪