Menceritakan seorang laki-laki dingin yang jatuh cinta terhadap seorang wanita…….
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hotler Siagian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26
Mereka semua kembali ke desa, setelah kejadian di jalanan itu
Calvin mengantarkan Alika dan Dio pulang ke rumah Bu Cit dengan mobil offroadnya
Dio turun terlebih dulu. Namun, tidak dengan Alika
"Kamu tidak turun?" tanya Calvin
"Tangan kamu luka. Biar aku yang obatin" ujar Alika
"Ini hanya luka goresan kecil, Alika" jawab Calvin berusaha menolak karena ia tahu Phobia Alika dengan darah
"Kamu, luka karena nyelametin Aku! Udah sekarang kamu ikut aku turun sekarang!" paksa Alika sambil menarik Calvin masuk dengan paksa kerumah Bu Cit
Calvin tidak bisa menolak lagi, karena Alika menarik lengannya dengan keras
"Kamu duduk dulu disini sama Dio. Aku mau ambil tas P3K dikamar"
"Dio, jagain. Jangan sampe dia keluar rumah!" perintah Alika yang langsung diangguki Dio hormat. Dio dan Calvin hanya menatap satu sama lain. Dio sendiri tidak berani melawan Alika saat ia sudah marah, bisa-bisa dicincang habis-habisan nanti.
Tak lama, Alika kembali dengan membawa tas P3K yang dibawanya
Alika mulai mengeluarkan kasa perban, alkohol, kapas, dan obat merah dari dalam tas itu. Lalu, Alika menuangkan beberapa tetes Alkohol di kapas untuk membersihkan darah Calvin dulu.
Alika meraih tangan Calvin,
Namun, Calvin menolak lagi
"Kamu takut darah, Alika" ujar Calvin kembali mengingatkan Alika dan masih berusaha menyembunyikan tangannya yang berlumuran darah kebelakang punggungnya.
"Mana tangan kamu?" paksa Alika agar Calvin mau menyerahkan tangannya
Calvin menyerahkan tangannya, dengan ragu-ragu.
Darah di tangan Calvin mengalir begitu banyak, bagaimana mungkin luka gores membuat darah bercucuran banyak seperti ini
"Vin, Apa lo beneran cuma kegores waktu jatuh tadi? Darahnya banyak loh" tanya Dio khawatir
"Tidak apa-apa. Hanya, Tergores peluru preman tadi" jawab Calvin dengan santainya hingga membuat Alika dan Dio membelalakkan mata.
"HAH!?!?" Pekik Dio terkejut tak habis pikir dengan beruang kutub didepanya. Alika kembali meletakkan tangan Calvin, "Vin, sebelumnya aku belum pernah ngobatin luka orang dengan tangan aku sendiri. Tolong bilang ya? kalau kamu ngerasa sakit atau ada cara aku yang salah" pinta Alika.
"Al, hati-hati ngobatinnya, Al" ujar Dio yang ikut meringis membayangkan rasanya tergores peluru.
"Ssshhtt! diem, Dio" bentak Alika merasa terganggu
Alika mengambil nafas dalam, lalu ia membuka matanya
(Calvin hampir tertembak, karena kamu Alika) batin Alika mengingatkan dirinya sendiri tentang apa yang sudah dilakukan Calvin dengan mengorbankan nyawanya sendiri hanya untuk menyelamatkan dirinya.
Lalu, Alika mulai membersihkan darah ditangan Calvin dengan hati-hati
Calvin sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dari Alika sejak Alika mulai membersihkan luka ditangannya. Peluh keringat Alika bercucuran, karena dirinya sedang tidak hanya berusaha untuk menahan rasa takutnya. Tapi, juga menahan debaran jantungnya karena posisi Alika dan Calvin yang begitu dekat satu sama lain.
"Apa kamu baik-baik saja?" tanya Calvin memastikan kesekian kali
"Ssssshhuutttttt" jawab Alika yang tetap berusaha konsentrasi. Calvin terpaku melihat wajah Alika begitu cantik saat serius.
(Calvin, tolong kamu diem dulu, plis. Biarin aku fokus) batin Alika menggerutu karena Calvin yang tidak ada henti-hentinya bertanya apakah dirinya baik-baik saja selama membersihkan luka ditangan Calvin
30 Menit berlalu
Alika akhirnya selesai mengobati lengan Calvin
Waktu singkat yang terasa begitu mendebarkan bagi seorang Alika
"Alhamdulilah, Udah selesai" ujar Alika memberi tahu, sambil mengikat tali kasa menjadi bentuk pita diatas nya sehingga membuat balutan luka Calvin terlihat lucu.
"Terimakasih banyak, Alika" jawab Calvin sambil menyentuh lengannya yang sudah diobati Alika.
"Terimakasih, karena kamu tidak hanya sudah mengobati luka saya. Tapi, juga sudah berani mencoba melawan phobia kamu" lanjut Calvin tersenyum bangga
Alika tersenyum lebar
"Semua ini ngga ada bandingannya sama kamu, Vin. Kamu bahkan rela ngebahayain nyawa kamu sendiri untuk nyelametin aku sama Dio. Kami berdua yang seharusnya berterima kasih" jawab Alika
"Iya, Vin. Betul apa kata Alika. Lo, udah berbuat banyak buat kita. Terimakasih aja rasanya gabakal cukup" tambah Dio
"Tidak perlu merasa seperti itu. Kita teman, Dio. Disini kita sama-sama membantu. Jadi, Terimakasih kembali" jawab Calvin
"Besok saya pulang berencana pulang, apa kalian ingin berangkat bersama saya sekalian?" tawar Calvin
"Urusan kita disini sudah selesai juga sebenarnya, Vin. Jadi, kami bisa ikut pulang ke kota bareng kamu" setuju Alika
"Bagus. Kalau begitu, nanti malam kita ke balai desa. Kita pamit ke Bu Cit dan warga-warga semuanya"
"Oke, Vin. Nanti aku sama Dio juga bisa packing-packing mulai dari sekarang" jawab Alika menyetujui ide Calvin
"Betul, beres Al. Gue bakal cepet beresin packing-packingnya. Lo tinggal diem duduk manis aja" saut Dio girang yang langsung pergi kekamar
"SURABAYA, I'M COMING!!!!" Teriak Dio girang sambil berlari masuk ke dalam kamar
"Maaf ya, Vin. Dio keliatannya agak tertekan selama disini. Tolong dimaklumi" ujar Alika meringis melihat tingkah sahabat konyolnya itu
Calvin menggeleng-gelengkan kepalanya sambil ikut tersenyum
"Kalau begitu saya pulang dulu, Alika. Nanti, malam kita bertemu di balai desa ya. Terimakasih sekali lagi untuk pita lucunya" ujar Calvin berterimakasih sambil tersenyum lebar melihat ikatan perban pita Alika
Alika merasa dunianya berhenti sepersekian detik,
"Alika... Apa kamu ada hal lain?" tanya Calvin sambil membungkukkan tubuhnya untuk melihat wajah Alika dengan jelas
Alika terkejut dan lantas mengangguk,
"Eh? nggak ada kok, Vin hehehe... Bye byeee!!!" jawab Alika sambil melambaikan tangannya
Calvin kembali tersenyum lebar. Senyuman manis yang paling disukai Alika.
Calvin, didampingi Yasha dan seluruh body guardnya ke balai desa. Di sana juga sudah ada Alika dan Dio yang sudah siap untuk pulang dengan barang-barang bawaan mereka
"Kami pamit, Pak. Bu. Dan warga-warga semuanya. Terima kasih sudah berkenan menerima kami semua dengan sangat baik di sini" ujar Alika
"Saya juga berterima kasih kepada kalian semua, Nak. Karena sudah memberikan banyak bantuan untuk warga kami. Kami beruntung bisa mengenal anak-anak muda yang peduli seperti kalian" jawab Bu Cit yang matanya mulai berkaca-kaca
Melihat itu, Alika memeluk Bu Cit erat
"Kedepannya kami akan sering-sering berkunjung, Bu. Jadi, mungkin kami juga harus merepotkan kalian semua" tambah Calvin saat melihat Alika dan Bu Cit berpelukan
"Hahahaha, jangan khawatir, Nak. Kosarek akan selalu terbuka lebar untuk kalian semua. Kami tidak keberatan untuk direpotkan kalian. Betul Bapak-Bapak Ibu-ibu?" jawab Bu Cit
"BETULLL"
"BETULLL"
"BETULLL"
Jawab seluruh warga yang juga antusias mengantar mereka pulang
"Lihat? Kami sudah menganggap kalian sudah seperti putra-putri kami sendiri. Jadi, jangan pernah ragu untuk kembali kesini ya? " tambah Kepala Desa Kosarek
"Baik Pak" jawab Calvin, Dio, dan Alika bersamaan
"Untuk perihal preman kemarin, saya akan mencari akar masalahnya tanpa menggunakan kekerasan. Saya harap kalian bisa tenang, dan tidak perlu khawatir atas kejadian ini" ujar Calvin memberi tahu apa rencananya
(Sebenarnya apa yang sedang kamu rencanakan, Vin) batin Alika menatap khawatir ke arah Calvin yang ada disampingnya
"Baiklah, Nak. Kami tenang kalau kamu sudah mengerti. Akan kami tunggu informasi dari kamu selanjutnya" jawab Bu Cit
"Iya, Bu. Akan selalu saya kabari informasi terbarunya melalui anak buah saya yang tinggal disini" saut Calvin menyetujui
Setelah, mereka semua berpamitan. Alika, Dio, Calvin, dan Yasha menuju ke lapangan Kosarek menggunakan mobil offroad-nya untuk naik helikopter milik Calvin, yang sering digunakan untuk berpergian selama ia berada di Wamena.
Tapi, sepertinya Calvin tidak berencana langsung membawa Alika dan Dio pulang
Karena hari yang sudah mulai gelap, tidak ada yang memulai percakapan saat di mobil. Alika yang tidak tahan dengan situasi itu kembali membuka suara
"Calvin, tadi di depan warga desa kamu bilang kamu punya rencana untuk ngurus kelompok preman kemarin. Kamu mau ngapain?" tanya Alika penasaran sekaligus khawatir
Yasha yang sedang menyetir di depan tiba-tiba berdehem,
"Sebentar lagi, kamu dan Dio akan tau, Alika. Saya tidak pernah membiarkan siapapun bermain-main dengan orang terdekat saya" bisik Calvin lirih di telinga Alika, agar tidak terdengar oleh Yasha dan Dio
Alika terdiam,
Dari jalanan yang penuh lumpur, batu, dan kerikil itu mobil bergeronjal hebat. Membuat semua yang ada di dalam mobil berpegangan erat dengan pegangan tangan di atas mobil
"Hati-hati di depan licin, Yash" ujar Dio mengingatkan Yasha
"Santai, Bang. SIM-A punya ane udah tingkat 5" jawab Yasha bercanda
"Emang ada tingkatan-tingkatan begitu?" heran Dio
"Maksud gue tes nya buat kerja sama Calvin harus 5 kali, Bos. Harus bener-bener tinggi kriterianya. Apa daya gue yang awalnya cuman remahan rempeyek" jawab Yasha membodohi Dio