Mohon bijak dalam membaca, jangan lompat Bab dan blom like ya ...😘
Qyana Selyana Putri, gadis cantik yang mengalami transmigrasi kedalam tubuh seorang gadis yang bernama Astara Kalyana Rayder, gadis cantik yang menjadi kesayangan kelima kakak laki-lakinya.
Meski begitu, Astara tidak merasa bahagia, apalagi sejak dia kehilangan kedua orangtuanya saat dia masih berusia sepuluh tahun, Astara merasakan kehampaan di dalam hidupnya, hingga membuatnya tidak lagi memiliki semangat untuk hidup.
Namun hal itu tidak pernah dia perlihatkan di hadapan kelima kakaknya, hingga suatu malam, setelah pembicaraan dia dengan seorang wanita, kekasih dari Sang kakak pertama. Setelahnya, Astara memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.
Hilangnya jiwa Astara, rupanya membuat raga itu di isi oleh jiwa Qyana yang pada saat yang sama telah di bunuh oleh sahabatnya sendiri.
Tak rela dengan takdir hidupnya yang seperti itu, Qyana memutuskan untuk menerima hidupnya yang kedua menjadi Astara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @Adiramanis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 18
@@@@@@
**Sore harinya**.
Setelah pertemuannya dengan Ravandra tadi siang, Astara merasa ada yang aneh dengan sikap kelima kakaknya. Mereka bahkan tidak marah pada Astara saat tahu Astara pergi keluar rumah sendiri.
Dan mereka juga terlihat biasa saja saat melihat Astara yang baru pulang setelah cukup lama pergi, hingga membuat Astara semakin heran dan juga penasaran akan sikap kelima kakaknya tersebut.
"Aku tahu ada yang aneh di sini, tapi apa ya ..." gumam Astara yang sekarang sedang duduk di tempat tidurnya.
Memikirkan apa yang sebenarnya terjadi dengan kelima kakaknya, hingga saat dia mendengar suara Vian memanggil namanya. Astara malah memutuskan untuk pura-pura tidur demi untuk mencaritahu apa yang sedang di sembunyikan oleh sang kakak darinya.
"Kaly sayang ... apa kamu ada di dalam?," ucap Vian sambil mengetuk pintu kamar Astara.
Merasa tidak ada sahutan dari dalam, Vian kemudian membuka pintu, dan tersenyum saat melihat Astara tidur sambil memeluk boneka kelinci yang cukup besar.
Vian kemudian berjalan mendekat, membenarkan selimut Astara, lalu mencium kening Astara yang sedang menahan diri untuk tidak terbangun.
"Tidur yang lama ya .. Princess, maafkan kakak karena harus meninggalkanmu sebentar,"
"Kakak harap kamu tidak akan bangun sebelum kami kembali,"
Ucap Vian yang setelahnya melangkah pergi meninggalkan kamar Astara, sedangkan Astara terlihat membuka matanya saat tahu jika Vian sudah keluar dari kamarnya.
"Aku tahu memang ada yang tidak beres di sini," ucap Astara sambil menyibak selimutnya.
Beranjak dari tempat tidur, dan sedikit membuka pintu kamarnya. Dan dari balik pintu, Astara bisa melihat Vian yang sudah mengenakan pakaian formalnya berjalan menuruni anak tangga.
Sadar akan situasinya, Astara kembali menutup pintu dengan perlahan, lalu menuju *walk in closet* untuk mencari pakaian yang pantas dia gunakan, agar nantinya dia bisa menyusul Vian yang Astara masih belum tahu kemana tujuannya.
"Sekarang mari kita cari, apa ada pakaian yang bisa kita pakai," ucap Astara sambil memilih pakaian yang pantas dia kenakan.
Menyibak beberapa pakaian di lemari Astara yang kebanyakan dari pakaian itu adalah dres, dan karena tak ingin membuang banyak waktu, Astara kemudian mengambil dres dibawah lutut yang berwarna biru malam.
![](contribute/fiction/9679342/markdown/47582453/1735728970362.jpeg)
Selesai dengan pakaian dan makeup naturalnya, Astara buru-buru turun ke garasi, mencari mobil yang akan dia gunakan. Tanpa banyak memilih, Astara menuju kesebuah mobil sport berwarna biru untuk dia gunakan.
![](contribute/fiction/9679342/markdown/47582453/1735731146256.jpeg)
Tanpa berlama-lama lagi, Astara kemudian mengemudikan mobil itu keluar dari kediamannya, sambil sesekali mengecek ponselnya, mencari tahu dimana kira-kira kakaknya berada.
Hingga tak berselang lama saat dia mengecek media sosial, Astara mendapatkan sebuah berita yang sedang menjadi pusat perbincangan hari ini.
Dengan tersenyum senang, Astara menuju tempat itu tanpa kesulitan, tanpa perduli jika sang kakak mungkin akan marah padanya setelah semua ini berakhir.
\*\*\*
**Di Gedung Galeri Seni**.
![](contribute/fiction/9679342/markdown/47582453/1735731146350.jpeg)
Suasana di Galeri terlihat ramai akan para pengunjung, tamu undangan dan para awak media yang akan menyaksikan peresmian Galeri Seni malam ini.
Dan, di dalam aula. Arya terlihat sibuk menyapa para tamu undangan yang hadir di acara itu, begitupula dengan Ashlan dan Tristan yang membantu Arya untuk menyapa para tamu undangan.
Sedangkan Adrian dan Vian bertugas untuk menyiapkan dan memantau barang-barang yang akan di lelang malam ini.
"Selamat atas peresmian Galeri Seni ini Arya," ucap seorang pria paruh baya yang datang menghampiri Arya sambil tersenyum pada Arya.
"Terimakasih Paman Hanry," jawab sopan Arya sambil menjabat tangan orang yang dia panggil sebagai Paman.
Dia adalah Hanry Juan Rayder, adik dari mendiang Ayah keenam bersaudara Rayder, yang tanpa di ketahui oleh banyak orang, dia sebenarnya ingin sekali mengambil apa yang di miliki oleh keenam keponakannya.
Lebih tepatnya, dia selalu berambisi ingin merampas seluruh harta yang di tinggalkan oleh mendiang kakaknya, hingga segala macam carapun dia lakukan untuk mendapatkan hal itu, terutama menghasut Ashlan agar membenci salah satu keluarga yang kemungkinan besar akan mengagalkan rencananya.
"Dimana saudaramu yang lain?," tanya Hanry sambil melihat sekitar aula.
"Kak Ashlan dan kak Tristan sedang membantuku untuk menyambut para tamu undangan yang lain, kalau Adrian dan Vian mungkin ada di ruang penyimpanan," jelas singkat Arya.
"Lalu dimana keponakan ku yang cantik itu,"
"Astara tidak ikut Paman, dia bilang jika dia tidak enak badan, karena itu dia memilih untuk di rumah saja," jawab Arya memberi alasan.
"Sayang sekali, padahal Paman ingin bertemu dengannya,"
Mendengar perkataan itu, Arya hanya tersenyum. Sebab, di bisa menebak jika Hanry pasti akan membuat Astara merasa tidak nyaman saat berada di tempat ramai seperti sekarang.
Hal yang sama, yang pernah Hanry lakukan saat pertemuan keluarga satu tahun yang lalu, dan akibat dari pertemuan itu, Astara mengurung diri selama beberapa hari di dalam kamar. Hingga hal itu membuat kelima kakaknya khawatir akan kondisi mental Astara kala itu.
"Mungkin lain kali Paman,"
"Kalau begitu aku menyapa para tamu yang lain dulu Paman, dan sepertinya sebentar lagi acara akan di mulai," ucap Arya yang setelah memberi hormat pada Hanry, dia langsung berjalan menjauh.
Meninggalkan Hanry yang merasa tidak suka dengan sikap dari Arya barusan, namun sayangnya dia tidak bisa bertindak ceroboh di tempat itu. Sebab, dia tidak ingin reputasi baik yang dia miliki hancur karena kecerobohannya.
Sedangkan di luar gedung Galeri Seni, Astara terlihat berbaur dengan para pengunjung agar dia bisa di perbolehkan masuk kedalam gedung.
Namun dia merasa bingung saat akan menuju ke aula, tempat dimana diadakannya acara peresmian itu. Sebab yang bisa masuk ke tempat acara, rupanya hanya orang-orang yang memiliki undangan.
Sedangkan Astara tidak memiliki undangan tersebut, dan dia juga tidak bisa menghubungi Arya atau kakaknya yang lain untuk datang menjemputnya, karena jika hal itu dia lakukan, maka akan percuma saja apa yang sudah dia lakukan sekarang.
"Bagaimana caranya aku bisa masuk kedalam," gumam Astara yang saat ini berdiri di belakang pilar, yang berhadapan langsung dengan lorong yang akan menuju ke tempat berlangsungnya acara malam ini.
"Jika seperti ini maka akan percuma saja aku ada di sini,"
Ucap Astara lagi sambil berpikir bagaimana caranya agar dia bisa masuk kedalam aula, hingga tak lama kemudian dia mendengar sebuah suara di belakangnya yang membuat Astara terkejut saat melihat orang itu.
"Butuh bantuan,"
**TBC**
/Hey//Hey//Hey/