Kematian kakak Debora, Riska, sungguh membuat semua keluarga sangat berduka.
Riska, meninggal saat melahirkan anak pertamanya. Tubuhnya yang lemah, membuat dia tidak bisa bertahan.
Karena keadaan, semua keluarga menginginkan Debora, menggantikan
posisi kakaknya yang sudah meninggal, menjadi istri kakak iparnya.
Debora terpaksa menerima pernikahan itu, karena keponakannya yang masih bayi, perlu seorang Ibu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10.
Melihat Victor tadi berdiri di pintu, sepertinya kakak iparnya itu, ingin melihat anaknya.
Tapi karena dia bersama dengan Arthur, lelaki itu jadi tidak ingin lagi untuk melihat putranya.
Debora merenung beberapa detik, lalu perlahan bangkit dari sofa, kemudian berjalan menuju pintu, sembari masih menggendong Arthur.
"Kak!" panggil Debora kepada Victor, yang sudah meninggalkan pintu kamar Arthur beberapa langkah.
Victor menghentikan langkahnya, mendengar Debora memanggilnya, lalu membalikkan tubuhnya.
Debora berjalan menuju ke arahnya, lalu setelah dekat, Debora mengulurkan tangannya, ia memberikan Arthur kepada Victor.
"Kakak ingin melihat Arthur kan? nah, ambil!" kata Debora menyerahkan Arthur kepada Victor.
Victor mematung di tempatnya, dia merasa, Debora sejak siang tadi begitu memusuhinya.
Tangannya terulur menerima putranya tersebut, tapi kemudian dia menarik tangan Debora.
Dan menariknya dengan langkah cepat menuju kamar Debora, dia harus bicara empat mata dengan Ibu pengganti putranya tersebut.
"Eh! mau apa? lepaskan aku!" teriak Debora terkejut bukan main, Victor dengan paksa menarik tangannya.
Victor mendorong pintu kamar utama, yang menjadi kamar Debora.
Brak!
Victor menutup pintu dengan kasar, dan kemudian menarik Debora ke sofa.
Lalu mendorong Debora untuk duduk ke sofa, lalu kemudian memandang Debora dengan tatapan marah.
"Kenapa kamu begitu kasar padaku, kamu mau mengajak bertengkar ya! aku sekarang sudah menjadi suamimu, kamu harus jaga nada bicaramu padaku!" sahut Victor dengan nada tinggi menatap Debora dengan tajam.
"Apa? siapa memangnya yang mengajak bertengkar, aku melakukannya karena aku memang suka menang sendiri, aku gadis yang tidak perduli dengan siapapun! apa kakak tidak tahu, aku ini gadis egois, jadi kamu siap-siaplah menghadapi tempramen ku!" sahut Debora dengan nada tinggi, dia tidak mau di tindas oleh kakak iparnya itu.
"Jadi, ternyata benar rupanya, seperti begitu ya!" sahut Victor dengan tajam.
"Iya, benar! tidak salah lagi! aku ini keras kepala, aku gadis ingusan yang suka menang sendiri, jadi...cepatlah katakan kepada Papaku untuk mencampakanku, lebih cepat, lebih baik, agar kakak tidak menderita nantinya!" teriak Debora dengan tatapan tajam memandang Victor.
Kamu sudah mengatakan hal yang buruk tentangku, aku akan memainkan peran yang kamu katakan itu padaku! bisik hati Debora dengan geram, menatap Victor dengan tajam.
Victor tidak bisa berkata-kata mendengar teriakan Debora tersebut, dia merasa begitu kesal sekali.
"Kenapa? apa kakak baru tahu, kalau aku ini keterlaluan? bukankah kakak tidak menginginkan pernikahan ini, jadi sebelum kita lebih parah lagi, setiap hari bertengkar, malam ini aku akan pergi dari rumah kakak ipar!" sahut Debora, lalu bergegas berjalan menuju walk in closet.
"Mau apa kamu?" teriak Victor dengan lantang.
"Oee...!" tiba-tiba Arthur menangis di dalam gendongan Victor, karena teriakan Victor yang begitu kencang.
Victor sontak terkejut melihat Arthur menangis, karena teriakannya.
Pria itu kemudian menggoyangkan tubuhnya, agar Arthur berhenti menangis.
"Cup..cup, putra Papa, diam ya nak..cup.. cup!" Victor sibuk mendiamkan Arthur yang menangis.
Sementara Debora di dalam walk in closet, sedang memasukkan beberapa helai pakaiannya ke dalam koper kecil.
Kemudian dia pun menarik koper kecil itu, keluar dari walk in closet.
"Debora!!" teriak Victor melihat Debora ternyata serius dengan apa yang di ucapkannya.
Victor dengan cepat menarik koper yang di seret Debora, dan melemparkannya ke tempat tidur dengan kasar.
Sementara Arthur semakin menangis mendengar teriakan Victor, bayi itu terlihat begitu ketakutan.
"Kamu sungguh kekanak-kanakan, apa kamu tidak memikirkan Arthur sedikitpun?" sahut Victor masih dengan nada marahnya.
Mendengar suara tangis Arthur yang semakin melengking, Debora sungguh tidak tega, dia pun menghampiri Victor.
Debora meraih Arthur dari tangan Victor, dan Victor pun menyerahkan Arthur kepada Debora.
Bagitu tangan Debora meraih Arthur dari gendongan Victor, bayi itu seketika berhenti menangis.
Dan terlihat begitu tenang dalam gendongan Debora. Jemari Debora dengan lembut mengelus pipi Arthur.
Ponakannya itu terlihat semakin tenang, dan terlihat, kemudian menggerakkan tangannya dengan cepat.
Bersambung......
Apa debora aslinya anak orang kaya yg hartanya do rebut orang tua riska 🤔
Riska tau makanya dia memanipulasi keadaan supaya dia yg di jodohin sama viktor
Pdhl tak kenal maka tak sayang 😁