NovelToon NovelToon
Kucari Kebahagiaan Di Antara Luka

Kucari Kebahagiaan Di Antara Luka

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Selingkuh / Cinta Terlarang / Cerai / Keluarga / Tukar Pasangan
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Elfira Puspita

Karin, Sabrina, dan Widuri. Tiga perempuan yang berusaha mencari kebahagiaan dalam kisah percintaannya.
Dan tak disangka kisah mereka saling berkaitan dan bersenggolan. Membuat hubungan yang baik menjadi buruk, dan yang buruk menjadi baik.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elfira Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19. Sumpah Serapah

Rasa penasaran menggerogoti hati Widuri, hingga dia memutuskan untuk berbalik, dan mengikuti sosok laki-laki itu. Sosoknya tampak tak asing di matanya, tapi dia belum yakin 100%.

"Aku harus pastikan itu memang dia, atau bukan," gumam Widuri sambil mengendap-ngendap mengikutinya.

Sosok laki-laki berjas itu berbelok di lorong apartemen, dan langsung masuk ke dalam lift. Widuri tak mungkin ikut masuk ke dalam sana. Dia pun memutuskan menyusul melalui tangga.

Widuri berlari secepat mungkin menuruni anak tangga. Nafasnya sampai terengah-engah, karena empat lantai terasa begitu jauh.

Akhirnya, Widuri berhasil sampai di lantai dasar tempat mobil terparkir. Dia melihat punggung laki-laki itu di antara mobil yang terparkir.

Widuri segera mengeluarkan ponselnya. Dia bersiap memotret wajah laki-laki itu, agar ada bukti kuat. Namun, tiba-tiba seseorang berdiri di hadapannya, menghalangi langkahnya.

"Wah ... wah ... ternyata pekerjaan kamu sekarang jadi mata-mata ya? Kamu lagi mata-matain siapa kali ini?" tanya orang itu.

"Mas Cakra, dia kok bisa ngikutin aku sih?" batin Widuri kesal.

Cakra celingak-celinguk mencari orang yang Widuri buntuti, tapi sepertinya dia tak menyadari sosok laki-laki itu yang sudah masuk ke dalam mobilnya.

"Yang mana sih orangnya? Yang kamu buntuti?"

Widuri muak melihat senyum sok jago yang diperlihatkan Cakra. Widuri mencoba mendorong Cakra dari hadapannya. "Minggir! Ini bukan urusan kamu! Tolong minggir!"

Cakra malah terkekeh, dan tak menuruti ucapan Widuri. Laki-laki berkemeja hitam itu dengan sengaja menghalangi, dan tiba-tiba dia malah merebut ponsel yang ada di tangan Widuri. Gerakannya yang cepat membuat Widuri terkesiap.

"Mas Cak, kamu mau ngapain ponselku? Kembalikan!"

Widuri berusaha merebut ponselnya kembali, tapi Cakra malah membelakangi, dan mengangkat tinggi benda pipih itu hingga sulit digapai oleh Widuri.

"Aku cuma pinjam dulu sebentar, kamu jangan ribut ok," ucap Cakra sambil mengotak-atik ponsel Widuri.

"Enggak boleh! Plis, kembaliin ponselku, Mas!" ucap Widuri geram.

Cakra mengotak-atik sesuatu di ponselnya. Lalu tak lama dia tersenyum. "Hehe ketemu juga."

"Kamu nyari apa sih, Mas?"

Cakra melemparkan kembali ponsel itu kepada Widuri. "Nih, kukembalikan."

Merasa ada yang tak beres, Widuri pun langsung mengecek isi ponselnya.

Widuri menggeram, saat tahu apa yang sudah dilakukan oleh Cakra "Video yang kemarin kamu hapus?" tanya Widuri penuh amarah.

"Iya, saking asyiknya bermain, aku jadi lupa menghapus video itu kemarin. Untunglah kamu masih ada di sini, jadi aku bisa menghapusnya."

"Dengan begini kamu enggak mungkin bisa melapor sama calon istriku," tambah Cakra sambil tertawa mengejek.

"Kurang ajar! Mas Cak, pikir aku akan menyerah karena sudah tak punya bukti?"

"Enggak Mas! Walaupun enggak ada video. Aku akan tetap membeberkan semua kelakuan kamu sama calon istri kamu yang baru!" ucap Widuri tanpa rasa takut.

Cakra tersenyum smirk. "Silahkan Wi, laporin aja aku sama ibu, atau calon istriku ... tapi jangan salahkan aku kalau Ibu, atau kakak kamu tiba-tiba meninggal karena syok."

"Apa maksudnya?"

Cakra pun memperlihatkan sebuah gambar yang di layar ponselnya kepada Widuri. Widuri langsung mencelos melihat gambat tersebut.

"I-Itu ...!"

"Indah kan fotonya? Kamu begitu terlihat seksi." Cakra menyeringai. "Aku enggak tahu bagaimana reaksi ibu kamu nanti, kalau dia tahu kelakuan kamu seperti ini."

"Kurang ajar!?" geram Widuri

Widuri mengepalkan tangan. Widuri sungguh kesal dan marah terhadap Cakra, yang ternyata begitu brengsek, dan licik.

Ancaman Cakra sungguh mengena pada Widuri Walaupun Widuri selalu merasa dibedakan oleh ibunya, tapi dia tetap tak mau ibunya syok, dan menjadi sakit kembali.

"Jangan pernah berani kasih tahu ibu soal ini. Kalau itu terjadi aku enggak akan segan menghilangkan kamu dari dunia ini, Mas," ancam Widuri berbisik.

Cakra mengangguk, lalu mengulurkan tangannya. "Kalau begitu artinya kita sepakat kan saling menjaga rahasia? Kamu diam, aku juga pasti akan diam."

Widuri tak menjabat tangan Cakra, dan memilih diam. Lalu Cakra mendekati Widuri, dia memeluk Widuri sambil membisikkan sesuatu.

"Ingat! Jangan pernah ungkit masalah semalam kepada siapapun, dan jangan meminta pertanggungjawaban padaku jika terjadi sesuatu sama kamu!

Kamu harus ingat! Aku hanya mengikuti permainan kamu. Hal kemarin tidak akan terjadi kalau kamu tak menggodaku, Widuri!" peringat Cakra terakhir kali.

Widuri tak bisa berkata apapun, dan hanya mematung di tempatnya. Hingga Cakra pun mulai melenggang pergi sambil melambai, dan tersenyum tanpa dosa.

Setelah Cakra pergi barulah tubuh Widuri bergerak, seperti orang yang baru sadar dari pengaruh hipnotis.

Widuri memukuli dadanya yang terasa sesak. Perasaannya menjadi campur aduk. Rasa marah, kesal, sedih, dan penyesalan menjadi satu.

"Kenapa semalam aku sebodoh itu? Padahal aku cukup merekam kelakuannya saja. Kenapa aku harus menggodanya?"

"Kenapa aku sebodoh itu?" Widuri terus merutuki dirinya.

Sambil menyesali perbuatannya, Widuri berjalan meninggalkan gedung apartemen itu. Widuri berjalan tanpa arah tujuan, hingga akhirnya tiba di jembatan yang cukup panjang.

Widuri berhenti di jembatan itu, lalu melihat ke arah sungai yang kini sudah jernih. Tetiba sebuah ide muncul di kepalanya. Sebuah ide gila yang menurutnya bisa jadi jalan keluar dari semua masalahnya saat ini.

Jantungnya berdebar kencang memikirkan itu, dan dia mulai terisak. "Haruskah aku mengakhiri hidupku? Hidupku udah enggak berarti. Ibu enggak pernah sayang sama aku. Mas Bagas juga udah putusin aku ... lalu sekarang aku juga udah enggak punya harga diri."

Widuri terus terisak. "Buat apa aku hidup? Semuanya udah hancur!"

Widuri meraung, menangis, lalu mengeluarkan ponsel dari tas kecilnya. Dia hendak mengirim pesan terakhir untuk Ibunya, tapi fokusnya tertuju kepada foto di layar ponsel. Foto dirinya, dan Bagas yang sedang berpelukan. Widuri pun teringat kembali dengan momen bahagia dan romantis, saat menjalin kasih dengan Bagas.

"Ke-kenapa kamu harus putusin aku, Mas? Kenapa kamu lebih memilih perempuan seksi itu dibanding aku, Mas?" raung Widuri.

Hati Widuri semakin kacau, lalu disaat bersamaan sebuah panggilan masuk berbunyi. Panggilan dari orang yang sangat dia benci.

"Mbak Karin!" Membaca namanya saja sungguh membuat Widuri geram. "Ini semua gara-gara Mbak Karin! Pernikahan aku batal, dan hidupku hancur gara-gara dia!"

Widuri menolak panggilan tersebut, dan mematikan ponsel. Namun, mengingat Karin, membuat Widuri jadi teringat kembali dengan orang yang tadi dia buntuti di apartemen.

"Sial! Kalau saja tadi Mas Cakra enggak muncul dan mengganggu aku. Aku pasti bisa mastiin dia benar orang itu atau bukan."

"Kalau benar dia orangnya, dan aku mengantongi bukti. Aku pasti bisa dengan mudah menghancurkan kebahagiaan Mbak Karin," ucap Widuri penuh obsesi.

Widuri lantas menyeka air matanya, lalu menyingkirkan niatku untuk melompat. Karena kini muncul sesuatu yang berapi-api dalam hatinya.

"Enggak! Aku enggak boleh mati begitu aja!"

"Aku enggak boleh mati sebelum menghancurkan mereka! Pokoknya aku bersumpah enggak akan membiarkan Mbak Karin, atau Mas Cakra hidup bahagia. Mereka harus sama-sama menderita seperti aku!"

Widuri memanjatkan semua sumpah serapahnya dengan penuh emosi, sambil mengangkat-angkat tangannya. Hingga tak sengaja membuat ponselnya terlempar ke udara.

"Aaaaa ... Hp-ku!"

Widuri melompat untuk menangkap ponsel miliknya. Namun, alih-alih bisa menangkapnya, tubuhnya malah terjatuh dari jembatan.

"Aaaaaaaaaa!"

Widuri berteriak, dan untunglah satu tangannya berhasil berpegangan dan menahan pada besi di sisi jembatan.

"Tolong! Tolong!" teriak Widuri ketakutan tak berani melihat ke bawah.

"Siapa saja tolong aku!"

"Aku belum mau mati! Tolong!" ucap Widuri tercekat dengan hati yang begitu ketakutan.

Widuri terus berteriak minta tolong, hingga datanglah seorang laki-laki yang memakai kemeja polo menghampirinya. Laki-laki itu mengulurkan tangannya ke arah Widuri.

"Ayo ulurkan tangan kamu yang sebelah lagi!" teriaknya terlihat begitu khawatir.

Widuri menatap laki-laki berumur itu, dan dia merasa takut. Widuri takut laki-laki itu tak bisa menangkap tangannya, dan tak kuat mengangkat tubuhnya.

Namun, sepertinya laki-laki itu mengerti apa yang Widuri pikirkan. "Jangan takut! Saya kuat kok ngangkat kamu!" bujuknya

Sempat ragu, tapi karena sudah tak kuat beregangan kepada besi. Widuri memejamkan mata lalu memberanikan diri mengayunkan lengannya yang lain.

"Aaaaaa ...." Widuri berteriak.

Widuri pikir dirinya terjatuh, tapi ternyata laki-laki itu berhasil menangkap tangannya.

"Ayo naik pelan-pelan," ucapnya dengan wajah memerah dan keringat mengucur.

"A-aku takut ... tolong jangan dilepas...," lirih Widuri.

"Tenang ... kamu harus tenang. Saya pasti akan menyelematkan kamu ... ayo naik secara perlahan."

Widuri mengangguk, dan berusaha tenang. Laki-laki itu mulai menarik Widuri secara perlahan. Hingga Widuri bisa naik dengan selamat.

Widuri pun syok dan lemas, hingga tak sengaja bersandar di tubuh laki-laki yang menolongnya.

"Kamu enggak apa-apa?"

Widuri hanya menggeleng lemah.

"Kalau kamu ada masalah, jangan mencoba berbuat nekat dan mengakhiri hidup seperti barusan! Barusan kamu bisa saja mati, jika saya tak lewat jalan ini," ucapnya.

"Saya bukan ...." Widuri menatap wajah laki-laki itu yang begitu dekat dengannya.

Widuri hendak menjelaskan alasanya, tapi karena begitu banyak yang terjadi sepertinya tenaganya sudah terkuras habis. Penglihatan Widuri mulai berbayang dan berubah warna, hingga dia kembali jatuh ke dalam pelukan orang yang sudah menolongnya.

"Eh! Eh! Eh! Kamu kenapa?"

"Bangun hei! Bangun hei!" Laki-laki itu mengguncang tubuh Widuri.

Karena tak ada respon, dia pun memeriksa pergelangan tangan Widuri, lalu wajahnya semakin terlihat panik. "Gawat nadinya lemah sekali! Saya harus segera bawa dia ke Rumah sakit!"

1
Star Sky
mampir kak
Elfira Puspita
Jangan lupa tinggalkan komentar dan like ya, biar aku semangat updatenya /Determined//Kiss/
Abi Nawa
orang tua penyakitan merepotkan anak aja bagi i ni yg bikin anak ga bs jujur dg keadaan
Elfira Puspita: makasih udah mampir /Smile//Cry/ boleh cek karyaku yang lain ya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!