Nona kedua Li Yue An dari keluarga pejabat merusak nama baiknya, Kehormatannya membuat semua orang membenci bahkan mengucilkannya. Namun siapa Sangka siasat jahatnya membuat dirinya menjadi seorang Permaisuri. Setiap langkah yang ia ambil akan membuatnya mengorbankan semua orang yang peduli dengannya.
Di tahun ke sepuluh setelah Li Yue An menjadi seorang Permaisuri. Dia di jatuhi hukuman mati oleh Kaisar yang merupakan suaminya karena berkolusi dengan pemberontak.
Semua kebetulan seperti sebuah mimpi semata. Dia justru terbangun kembali saat usianya tujuh belas tahun. Dimana dirinya masih di perlakukan tidak adil oleh keluarganya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hukuman yang layak
"Aaaa..." teriakan rasa sakit terdengar menggema di ruangan bawah tanah. Tempat para tanahan tingkat satu berada. Bau anyir, apek bercampur dengan bau kotoran dan kencing yang saling menyatu. Ruangan gelap serta pengap itu membaut semua orang yang ada di balik jeruji besi seperti kehilangan jiwa.
Dari arah pintu masuk Jenderal Lie Mingyu berjalan menyusuri setiap lorong gelap tahanan. Teriakan meminta tolong, pengampunan terus berulang tanpa henti. Saat langkah tegas pria muda itu masuk ke tempat penyiksaan. Semua prajurit menundukkan kepala mereka memberikan hormat.
Ada dua orang yang tengah menjalani penyiksaan di ruangan itu. Cahaya lilin di empat sudut berbeda menambah penerangan.
Di sudut kanan depan seorang pria berusia lima puluh tahunan terikat kuat di tembok. Rantai besi pada tangan juga kaki di kunci. Dia adalah mata-mata musuh yang di kirim untuk mencari informasi berkaitakan dengan pasukan Fengyin. Empat paku kayu tumpul menjadi penyangga pada bagian kedua telapak tangan juga di bagian telapak kaki. Darah segar menggantikan darah kering yang terus mengucur deras. Kulit wajahnya telah mengelupas sebagian karena besi panas di tekan pada bagian pipi kanan.
Di bagian ujung ruangan bagian kanan pria berusia tiga puluhan juga telah mengalami siksaan yang tidak kalah kejam. Sayatan halus membuat kulit bagian kaki mengelupas. Seperti kulit kaki ayam yang di lepaskan dari daging dan tulang.
"Bawa dia ke sini," ujar Jenderal Lie Mingyu duduk di kursi yang telah tersedia. Dia menatap dingin melihat tidak peduli dengan para tahanan. Semua hal yang ada di depannya telah ia lihat hampir setiap waktu.
Tidak berapa lama seorang pemuda di seret dengan rantai mengikat kedua kaki juga kedua tangannya. "Ah, tidak. Jangan," pemuda itu terkejut ketakutan melihat dua orang yang baru saja selesai di siksa. "Jangan," dia terus memberontak.
Pakkk...
"Aaaaa...."
"Diam," prajurit mematahkan kaki kirinya karena sulit di atur.
Dia Tuan muda ketiga Hong Fang. Wajah halusnya seakan telah berubah menjadi dua puluh tahun lebih tua hanya dalam waktu satu malam saja. Rasa takut akan siksaan membaut pemuda itu hampir saja mengigit lidahnya sendiri untuk bunuh diri. Untung saja prajurit dengan sigap menyumbat mulutnya agar tidak bertindak lebih jauh lagi.
Penyiksaan belum di jalankan bagiamana dia bisa mati.
Besi di kedua tangan juga kakinya di ikat kuat pada bagian dinding. Tubuhnya sudah tidak bisa bergerak lagi.
Tatapan dingin juga tajam dari Jenderal Lie Mingyu membuat Tuan muda ketiga Hong Fang menjadi menggila.
Jenderal Lie Mingyu mengambil pedang dari tangan salah satu prajurit.
Pranggg..
Hanya butuh satu tekanan ringan di kedua tangan mengakibatkan ujung pedang payah menjadi dua bagian.
Trenggg...
Membuang bagian lainya yang tidak ia butuhkan. Dia melangkah pelan dengan wajah mematikan. Pria muda itu berjongkok tepat di bawa Tuan muda ketiga Hong Fang. Perlahan,
"Aaaaaaa..." teriakan putus asa yang tertahan membaut kengerian semakin terasa di ruangan itu.
Setiap ukiran membentuk kelopak bunga teratai akan menghasilkan teriakan rasa sakit.
Jenderal Lie Mingyu bangkit setelah berhasil membuat mahakarya di bagian mata kaki Tuan muda ketiga Hong Fang. Dia arahkan bilahan pedang patah pada bagian dada. Enam sayatan menyilang membaut darah segar semakin menetas tanpa henti. Ia arahkan bilah tajam pedang pada bagian tengah sayatan.
Slepp...
Bilahan pedang masuk ke dalam kulit secara perlahan menembus lebih jauh dari bagian jantung. Hal ini memang di sengaja agar Tuan muda ketiga Hong Fang tidak meninggal terlebih dulu. Masih ada banyak siksaan yang harus di jalankan. Bilahan tajam pedang tidak di ambil justru di biarkan bersarang dalam tubuhnya.
Suara jeritan perlahan meredam.
Jenderal Lie Mingyu mengambil besi panas yang hampir meleleh. Percikan api berterbangan kesegala arah. Saat dia melangkah maju, pemuda dengan ikatan di tubuhnya itu membelalakkan kedua matanya penuh rasa takut.
Cceeesss...
"Aaaaaaa..." teriakan semakin kuat saat sumbatan di mulut terlepas.
Besi panas menempel kuat di pipi kiri Tuan muda ketiga Hong Fang. Perlahan besi di gosokkan membuat kulit dan daging terbakar habis hingga sampai ketulang. Rasa sakit itu yang pada akhirnya membaut Tuan muda ketiga Hong Fang tidak sadarkan diri.
Setelah puas Jenderal Lie Mingyu membiarkan prajuritnya untuk melanjutkan siksaan. Sedangankan pria muda itu mulai mencuci tangannya hingga bersih lalu pergi keluar.
Di hari yang sama, berita telah di sebarkan keseluruhan kota Changpu. Tuan muda ketiga Hong Fang pelaku utama pembunuhan berantai telah di adili. Setelah di siksa pemuda itu langsung di eksekusi mati dengan hukuman penggal. Eksekusi di saksikan semua masyarakat di alun-alun kota. Pada awalnya semua orang terkejut juga merasa takut melihat bekas siksaan di tubuh Tuan muda ketiga Hong Fang. Namun perasaan puas dan lega membuat semua orang merasa senang karena keadilan telah di berikan.
Untuk keluarga walikota juga di berikan hukuman penggal di alun-alun kota setelah Tuan muda ketiga selesai di eksekusi mati. Seluruh aset di sita menjadi milik negara. Semua wanita di keluarga Hong di jadikan budak dan di dikirim ke bagian ujung Utara tempat orang-orang berdosa di buang.
Kekejaman dan ketegasan dari Jenderal Lie Mingyu siapa yang tidak tahu. Pria muda itu terkenal dengan penyiksaan yang sangat mengerikan. Dan kini semua orang di kota Changpu bisa melihatnya sendiri.
Setelah di penggal semua tubuh di pisahkan dan di buang di jurang pinggiran kota. Kepala ketiga tersangka di gantung pada pintu masuk gerbang utama kota. Hal ini untuk menegaskan jika hukum masih berlaku. Dan siapa saja yang melanggar akan mendapatkan hukuman yang sama.
Ketua Chen di angkat menjadi ketua utama tingkat satu balai utama. Karena telah berhasil mengungkap kasus besar di kotanya. Dan semua bawahnya juga di angkat menjadi sipir tingkat satu mengikuti Ketua Chen.
Setelah semua masalah beres Li Yue An memutuskan untuk kembali ke ibu kota bersama dengan Adik ketiganya Li Xiao An yang telah ia temukan. Kedua orang tua angkat mereka juga ikut serta dalam perjalanan.
Jenderal Lie Mingyu hanya bisa mengantar sampai ujung perbatasan selatan bagian dalam. Dia masih memiliki tugas resmi tidak bisa meninggalkan perbatasan selatan tanpa keputusan Kaisar. Agar dia merasa lebih tenang Jenderal Lie Mingyu meminta Wakil Jenderal Wang sebagai perantara menjaga Tuan Putri Yun Qixia dan keluarganya. Seribu pasukan di kerahkan mengikuti kepulangan dari Tuan Putri Yun Qixia.
Di perjalanan, Li Yue An membuka jendela kereta melihat suasana yang ada di luar. Perkebunan warga membentang di sepanjang perjalanan. Gadis itu mengingat di malam sebelum dia memutuskan untuk kembali lebih awal.
Di malam itu, di bawah cahaya rembulan malam. Dirinya juga Jenderal Lie Mingyu duduk santai menikmati waktu bersama. Tanpa ia sadari pria muda di sampingnya berkata dengan sangat santai. "Jika kamu bersedia. Maukah kamu menikah dengan ku?"
Ucapan tiba-tiba itu membaut Li Yue An terdiam cukup lama. Hingga dirinya berkata, "Aku tidak bisa," rasa sakit menyebar langsung menekan hatinya. Dia tidak memiliki keberanian untuk memulai kehidupan baru lagi. Semua ingatan di masa lalu masih sangat kental dan selalu menghantuinya.
"Nona kedua," suara pelayan Cui menyadarkan lamunan Li Yue An. "Ada apa?"
"Tidak ada," saut Li Yue An berusaha tersenyum tenang.
Kereta terus melaju dan sesekali beristirahat di penginapan yang dapat mereka temukan. Hingga tidak terasa rombongan sampai di ibu kota.
Jika tidak ada kendala cerita akan selalu di update setiap hari dengan jam yang tidak menentu. Di pastikan tamat sampai akhir dalam jangka waktu kurang dari satu bulan☺️