Tiga sekolah besar dibangun pemerintah untuk menampung anak-anak yang memiliki talenta. Salah satu dari tiga sekolah itu, membuat sebuah kelas khusus untuk mereka yang mempunyai potensi terpendam dan dapat membantu negara, dan dengan berbagai cara mereka mencari dan memasukan anak-anak yang memiliki bakat khusus untuk masuk kesekolah mereka.
Seorang programer yang merahasiakan identitasnya, tiba-tiba didatangi tiga orang kepala sekolah ternama, agar bergabung dengan mereka. Setelah bergabung, dia juga dimasukan ke kelas zero dengan kode name 'RAVEN', sebagai seorang programer dengan rekannya Mius, agar bisa dilatih menjadi agen rahasia pemerintahan.
Satu per satu identitasnya mulai bermunculan, bersamaan dengan kebenaran akan dirinya yang ada di sekolah itu.
.
.
.
.
semua itu terjadi di-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rheanzha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Night 19: Moirae dan Aria
Jun POV-
'Wah, dia terlihat terlalu santai, dasar wanita tua.' batinku saat melihat orang yang ingin aku temui itu tengah duduk santai sambil tersenyum kearah kami dibalik dinding kaca yang menghalangi kami.
Dia terlihat akan berdiri dan pria tadi mulai membukakan pintu dinding kaca itu untuk kami.
"Maaf atas kelancangan saya, bisa kah kalian berdua untuk tetap menunggu disini." tutur pria itu saat Presiden dan ajudannya juga ingin ikut masuk.
Aku terus melangkah masuk kedalam ruangan itu dengan menaikan lengan bajuku serta menatap lurus ke arah dia sambil memasang senyuman yang ku paksakan.
'Persiapkan dirimu, Dewi Moirae.' batinku yang masih terus melangkah ke arah wanita itu.
Aku merasakan kalau ada perubahan terhadap diriku, persis saat aku memasuki perpustakaan dunia. 'Ah, ternyata ruangan ini terhubung dengan alam para dewa, apa ini alasan dia membuat kami jalan memutari bangunan dalam rumah ini. Tapi, itu tidak berlaku lagi, hal itu telah membuatku kesal.' batinku
Aku terus melangkah, dan jarak kami semakin dekat, dan semakin lekat pula aku memandanginya.
Semakin dekat aku melangkah, penampilanku juga semakin berubah, begitu pun dengannya.
'Ini benaran terhubung dengan alam dewa, wajar jika dua orang itu dilarang untuk ikut.' batinku sambil tersenyum, jika dilihat persis senyuman bocah nakal yang licik penuh perhitungan.
Jarak kami tinggal beberapa meter dan penampilanku serta penampilannya sudah berubah ke wujud asli kami sebagai seorang Dewi.
Jarak kami tinggal 5 meter lagi, aku lihat tangan dia mulai bergerak kesamping dan aku pun juga melakukan hal yang tak jauh berbeda. Ku gerakan tangan kananku ke belakang dengan selembut mungkin.
Dia masih melebarkan tangannya selebar senyuman yang sedari tadi dia berikan, seolah dia ingin memeluk dan mendekap ku.
Jarak kami tinggal ...
3 meter
2 meter
1 meter, dan ...
"Bugh... " suara keras benturan tanganku dengan tubuhnya
"Wuish ...." suara tekanan angin sesaat tubuhnya terpental.
"Brak ...."
"Wau, keras sekali bunyinya." bisik ku.
Kepulan debu setelah dia membenturkan dinding masih menutupi wujudnya.
"Aww ...." dia mengeluh kesakitan dan terlihat siluet dari dalam kepulan itu.
"ARIA ...." Teriaknya dan disaat itu jugaa kepulan debu itu menghilang serta ruangan itu berganti menjadi alam terbuka dengan sebuah pohon besar didekatnya. "Apa yang kamu lakukan, hah ... apa kamu tidak rindu dengan Bibi mu ini? Aku sudah siap untuk menyambut dan memelukmu, tapi kamu malah memukulku." keluh nya sambil terus melangkah kearah ku dengan ekspresi kesal.
"Hah ... Apa aku tidak salah dengar, rindu kau bilang? Dengar ya Nenek reyot, karena siapa aku mengalami hidup seperti ini, kalau bukan karena kamu dan juga tua Bangka mesum itu. Apa yang aku lakukan tadi karena aku lagi kesal, siap suruh buat mutarin rumah reyot mu itu, sudah tahu keponakannya yang datang malah dibuat mutar-mutar ngak jelas, apa mau ngerasain sekali lagi?" Ujar ku sambil memutar genggaman tanganku di tangan kiriku
"A... RI... A..." Moirea mulai geram dengan ucapanku. "Coba kau ulangi lagi, Nenek reyot kau bilang." ucapnya sambil mengeluarkan aura nya yang kental, "Aku akan menghukum mu, dasar keponakan kurang ajar ...." Moirea siap berlari ke arahku, tapi--
Bugh... Seorang pria tiba-tiba berdiri tepat diantara ku dan Moirea, membuat pose seperti orang yang sedang berpikir dengan tangan kanan yang memegang dagunya.
"Loki!" Ujarku dan Moirea bersama-sama terkejut dengan kehadirannya.
"Hei, kenapa kalian tidak mengundangku jika ingin bertarung. Ayo, aku juga ingin bertarung Moirea, lagi bosan ni." ujarnya ke arah Moirea lalu memandang kearah ku. "Hmm... Hah ...." Teriaknya saat mengingat wajah ku. "Aria, putri Dewi Minerva ... saudariku, bagaimana kehidupanmu? Menyenangkan kan." ujarnya sambil tersenyum licik kearah ku.
"Diamlah kau Loki ...."
"Hahaha, ada apa ini, kenapa kau kesal, bukankah itu kebenarannya kan, A-RI-A, si seribu nama." ujar Loki yang merubah pandangannya menjadi tajam ke arahku. "Eh, oh ...." Dia langsung bersemangat lagi saat pandangannya tertuju kearah belakangku. "VINNA ...." Teriaknya, "sang maestro ku, aku rindu dengan lantunan indah suaramu."
"Heh ...." Ujar Mius/VINNA dengan ekspresi anehnya.
"Eh kenapa, apa kamu tidak bisa bernyanyi lagi setelah menghilang ribuan tahun yang lalu? Ternyata ... setelah menghilang kamu semakin tumpul, ckckck." tutur Loki sambil berkacak pinggang dan menggelengkan kepalanya.
"LO ... KI ... Kamu ...."
"Alah, ada apa ini, kenapa mereka bertiga juga ada disini." ujarnya kearah ku dan Moirea. "Syadim sang Assassin Magician, Harmz, pelayan setia Aria, atau harus ku sebut tangan kanan dewa? Dan juga petarung terkuat suku Goliath, Rhondy sang bencana berjalan." tutur Loki lalu dia tertawa terbahak-bahak "Hahaha ... Hei, Moirea, apa yang akan kau rencanakan mengumpulkan mereka diwaktu yang sama?" Ujarnya lagi dengan tatapan yang sangat tajam.
"Tunggu dulu Loki ...." Celah ku, "bukan karena kamu akan berulah lagi."
"Hah ... apa maksudmu itu, aku berulah lagi? Hahaha ... Kamu pikir aku seperti itu, eh, tunggu, aku memang sering berulah sih." lagi-lagi Loki tertawa sendiri "Hahaha ...."
......................