novel ini adlaah adaptasi dari kelanjutan novel waiting for you 1
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uppa24, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
tidak muda menjadi seorang ibu bukan?
"Apa pun yang datang, kita hadapi bersama. Ingat itu, Vio. Sekarang bukan saatnya untuk ragu. Kita harus tetap kuat, untuk masa depan kita, dan untuk keluarga ini." Elena menutup percakapan dengan satu keputusan tegas, hatinya lebih mantap dari sebelumnya.
Sambil saling menatap penuh keyakinan, mereka tahu bahwa kedamaian yang mereka miliki saat ini tak akan mudah dirusak. Sebuah tantangan baru dimulai, namun ikatan mereka yang lebih kuat akan memastikan mereka selalu bersama, bertahan apapun yang terjadi.
Di tengah sunyi yang semakin mendalam, Elena merasa lebih siap. Bahwa jalan yang akan mereka hadapi tidak hanya tentang persaingan keluarga atau kekuasaan, tetapi tentang melindungi cinta dan kebersamaan yang mereka miliki. Itulah yang akan memberi mereka kekuatan untuk terus maju.
Dan dalam malam itu, mereka tahu bahwa keluarga mereka tidak akan pernah retak.
...~||~...
Setelah keheningan itu, Alvio dan Elena kembali duduk berdampingan di balkon, meresapi malam yang semakin larut. Lampu-lampu kota di bawah mereka berkelip seperti bintang, namun tidak ada keindahan yang bisa menghapus rasa berat yang mengendap di hati keduanya. Suasana di sekeliling mereka begitu tenang, namun di dalam hati mereka masih terperangkap dalam kecemasan yang saling bertabrakan.
Elena menatap langit malam yang terhampar luas di depan mereka, memikirkan masa lalu yang begitu rumit, yang kadang terasa seperti kenangan yang ingin dilupakan namun tak bisa terhapus. Di balik senyuman yang ia tampilkan untuk Alvio, ada bagian dari dirinya yang masih terperangkap dalam bayang-bayang Aidan dan semua yang mereka hadapi di masa lalu. Bukan hanya soal Aidan, tapi tentang keluarga, tentang warisan yang tak mudah, dan tekanan untuk menjadi seorang pemimpin yang tak boleh runtuh.
"Tidak mudah menjadi seorang ibu, bukan?" Elena akhirnya membuka pembicaraan setelah beberapa saat merenung.
Alvio memandang ibunya, merasa ada kedalaman yang ingin ia pahami. "Kau tak pernah bilang begitu, Bu. Kenapa kau tak pernah memberitahuku tentang perasaanmu?"
Elena memaksakan senyum, meskipun hati ini terasa berat. "Karena aku tidak ingin membuatmu terbebani, Vio. Dunia kita sudah cukup rumit, aku tak ingin menambah bebanmu lagi. Itu sebabnya, aku lebih memilih untuk tetap tampak kuat di depanmu."
Alvio menggenggam tangan ibunya lebih erat, matanya yang lembut dan bijaksana menatap mata Elena. "Aku lebih suka kau jujur. Kalau kita mau terus bersama, harus ada kejujuran di antara kita, Bu."
Elena terdiam sejenak, merasa sangat terharu. Alvio—meskipun baru berusia tiga tahun—memiliki pemahaman yang jauh melampaui usianya. Dalam dirinya tersimpan kedewasaan dan empati yang jarang dimiliki anak-anak seusianya. Terkadang, Elena merasa seperti dia yang harus belajar dari putranya.
Malam itu, di tengah rasa kesendirian yang masih menyelubungi, Elena merasakan sebuah kenyamanan yang hanya bisa didapat saat berada dekat dengan keluarga. Di sisi lain, rasa khawatirnya tidak hilang, apalagi dengan ketidakpastian yang semakin mendekat—terutama setelah pertemuan dengan Aidan yang tidak terduga.
"Vio…" Elena melanjutkan perlahan, matanya tetap tertuju pada kota di bawah, "Kita semua sedang berada di persimpangan jalan. Apapun yang terjadi, kamu harus selalu siap untuk menghadapi apa yang datang. Aku ingin kamu tumbuh menjadi orang yang kuat, tetapi juga penuh kasih. Dunia ini akan terus menguji kita."
Alvio memandang ibunya dengan penuh pengertian, untuk sesaat membiarkan keheningan kembali mengisi ruang di antara mereka. Tidak ada kata-kata yang bisa mengubah kenyataan saat ini. Namun, ada sebuah pemahaman yang tak terucap; bahwa hubungan mereka lebih dari sekadar darah dan hubungan keluarga. Mereka saling membutuhkan, dan dalam dunia yang penuh dengan ancaman, mereka adalah satu-satunya pertahanan yang mereka miliki.
"Aku akan selalu melindungimu, Bu. Itu janji Vio," katanya dengan penuh tekad, suaranya yang rendah tapi penuh makna.
Elena hanya bisa mengangguk, merasakan kedalaman kata-kata putranya. Ia menoleh dan memeluk Alvio sekali lagi, seolah memindahkan seluruh kekuatan dan keberanian yang ia miliki kepada anaknya. “Aku tahu, Vio. Aku sangat tahu… dan aku juga berjanji untuk selalu ada untukmu.”
Hari-hari ke depan akan membawa banyak ujian, baik untuk Elena maupun untuk Alvio. Keputusan-keputusan penting sedang menanti, dan mereka akan dihadapkan pada kenyataan bahwa dunia mereka tidak selamanya aman. Namun, Elena tahu satu hal yang pasti. Mereka akan selalu bisa bergantung pada satu sama lain.
Saat malam semakin dalam, mereka kembali ke dalam kamar hotel, berjalan bersama menuju tempat tidur. Elena dengan penuh perhatian menatap Alvio yang terlihat lelah, namun matanya penuh dengan keyakinan. Sebelum tidur, ia mengelus kepala putranya dengan lembut, merasakan kedamaian yang singkat, meskipun kekhawatiran tetap terpendam di dalam dirinya.
"Saat kita bangun pagi nanti, apa pun yang terjadi, kita akan mulai hari ini dengan semangat baru," ujar Elena dengan suara lembut, meskipun hatinya tak sekuat itu.
Alvio tersenyum, menanggapi dengan tatapan yang mengerti lebih dari apa yang bisa dikatakan. Tanpa banyak bicara, dia menutup mata dan tertidur, namun bagi Elena, malam ini terasa sangat panjang.
Beberapa hari kemudian, sebuah keputusan besar akan datang—dan perubahan itu akan menguji mereka lebih dari yang mereka bayangkan. Tetapi untuk saat ini, mereka masih bersama, membangun kekuatan dari satu sama lain, meskipun dunia di luar mereka seakan berubah begitu cepat. Yang terpenting, mereka tahu bahwa dengan saling mendukung, mereka bisa melalui segala hal.
Dan ketika pagi menjelang, harapan itu kembali muncul—bahwa mungkin saja kebahagiaan yang selama ini mereka dambakan masih mungkin tercapai, asalkan mereka tidak menyerah.