Zia harus menelan pahit, saat mendengar pembicaraan suami dan juga mertua nya, Zia tak percaya, suami dan mertua nya yang selalu bersikap baik padanya, ternyata hanya memanfaatkannya saja.
Zia tidak bisa diam saja, saat tahu sikap mereka yang sebenarnya.
"Awas kalian, ternyata kalian selama ini hanya ingin memanfaatkan aku!" gumam Zia, mencekal tangannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lukacoretan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu tidak sengaja
"Aku tidak mengira, efeknya akan seperti ini," ucap Roy.
"Kita semua tidak ada yang mengira, tapi mau bagaimana lagi, semua ini sudah menjadi takdir," ujar Rey.
"Aku benar-benar merasa bersalah, dulu tidak mencegah pernikahan mereka," ucap Roy, menyalahkan dirinya.
"Jangan menyalahkan diri kakak sendiri, semua ini terjadi dengan tiba-tiba," ucap Rey.
"Tapi tetap saja, aku merasa gagal menjadi seorang kakak," sahut Roy, menundukan kepalanya.
"Tidak, kakak tidak gagal, kakak sudah menjadi kakak kami dengan sangat baik," jawab Rey, menenangkan kakak kembarannya.
"Tapi, Zia..." ucap Roy.
"Kak, semua ini terjadi diluar kendali kita, setelah ini Zia akan baik-baik saja, tugas kita menguatkan Zia, memberi semangat dan juga dorongan, agar bisa sembuh, dan keluar dari situasi ini," jawab Rey, dengan bijaknya, Rey bisa menenangkan sang kakak yang sangat arogan.
"Kakak.." panggil Zia.
"Kamu kenapa bangun, kamu harus istirahat," ucap Roy, menatap Zia.
"Aku tidak apa-apa, kak," jawab Zia tersenyum.
"Kakak tahu, kamu baik-baik saja, tapi kamu harus istirahat," ucap Roy, menatap sang adiknya.
"Bosan, tiap hari dikamar terus," jawab Zia.
"Bosan, ya," ucap Roy.
"Mau jalan-jalan?" tanya Roy.
"Mau banget," jawab Zia.
"Yaudah, ayo," ajak Roy.
"Ikut," sahut Rey.
"Izin dulu sama bunda, biar gak nyariin," ucap Zia.
"Kalian mau kemana?" tanya bunda Ita.
"Eh bunda, kita tadinya mencari bunda," ucap Zia.
"Ada apa?" tanya bunda Ita, menatap anak-anaknya.
"Kami mau keluar dulu, bosan dikamar terus," ucap Zia, meminta izin.
"Bunda izinkan, tapi jangan pulang malam, ya," jawab bunda Ita.
"Iya bunda, kami pergi dulu," pamit Zia.
"Kami duluan, bun," ucap Roy.
"Jaga adik kalian baik-baik," ucap bunda Ita.
Roy dan Rey mengangguk, lalu mereka menyusul Zia.
"Ayo kak, cepat," teriak Zia.
"Iya sabar," jawab Roy.
Lalu mereka memasuki mobilnya.
"Akhirnya, aku keluar juga," ucap Zia, merasa senang.
"Happy?" tanya Roy.
"Happy banget, terima kasih, kak," ucap Zia.
"Iya, kakak senang melihat kamu bahagia," ucap Roy.
"Kita mau main, kemana?" tanya Rey.
"Enaknya, kemana kak?" tanya Zia.
"Eh, aku mau ice cream," lanjut Zia.
"Boleh, kita beli ice cream, ya," jawab Rey.
Sepanjang perjalanan, ketiga adik kakak itu, tertawa bahagia, membahas hal lucu selama perjalanan, menceritakan hal random.
Setelah beberapa menit, akhirnya mereka sampai ditempat tujuan.
"Mau rasa, apa?" tanya Rey.
"Coklat, sama vanila," jawab Zia.
"Tunggu sebentar, kakak pesankan dulu," ucap Roy.
Rey tertawa melihat kakak kembarnya.
"Kenapa kakak tertawa?" tanya Zia.
"Kakak kita, terkenal dengan arogan, angkuh, cuek, dia pesan ice cream," jawab Rey, tertawa.
"Aku baru sadar, ya," sahut Zia.
"Kalian menertawakan, apa?" tanya Roy.
"Ah tidak," jawab Rey.
"Menertawakan aku?" tanya Roy, menatap kedua adiknya.
Keduanya menggeleng.
"Ayo kita kesana, kita nikmati ice cream, ini," ajak Roy.
Lalu mereka memilih duduk ditaman, ditempat sepi, karena mereka ingin menghabiskan waktu bersama.
Dengan iseng, Zia mencolek-kan, ice cream kewajah kedua kakaknya.
"Ah, lucu sekali," ucap Zia.
"Iseng amat, nanti kakak tambah manis," ucap Rey.
"Biarin, biar ada perempuan yang mau dengan kalian," ujar Zia, tertawa melihat kedua kakaknya.
"Kan sudah punya, kamu," ucap Rey.
"Beda, aku adik kalian, tapi perempuan lain, akan menjadi istri kalian," ujar Zia.
"Belum kepikiran, kami masih muda," sahut Roy.
"Kak.." ucap Zia, menggelengkan kepala, tak percaya dengan ucapan sang kakak.
"Kakak sudah tua, kakak sudah 30tahun," sambung Zia lagi.
"Umur 30tahun, masih muda, belum cocok memiliki istri," jawab Roy.
Zia menggelengkan kepala.
"Jangan sampai, kakak jomblo seumur hidup kakak," ujar Zia.
"Terserah tuhan sih, dikasih jodoh diterima, gak dikasih jodoh, ya tidak apa-apa," jawab Roy.
"Ucapan adalah doa, hati-hati dalam berucap," ucap Zia.
"Iya adik manis," jawab Roy.
"Semoga kakak mendapatkan jodoh seorang janda, membawa satu anak, biar kakak langsung memiliki anak," ucap Zia.
Rey tertawa mendengar adiknya, mendoakan Roy harus menikah dengan seorang janda membawa anak.
"Jangan menertawakan, aku," ucap Roy, menyenggol tangan Rey.
Sontak saja, Rey terdiam seketika, karena baru menyadari sang adik, seorang janda.
"Eh, kalian besok ada waktu, gak?" tanya Zia.
"Kan mau menemani kamu, besok kan sidang perpisahan, kamu," jawab Roy.
"Ternyata kalian ingat," ujar Zia.
"Kami pasti ingat," jawab Rey.
"Kamu serius, mau datang besok?" tanya Roy.
"Iya kak, aku harus datang," jawab Zia.
"Sepertinya, bajingan itu, akan datang, karena surat undangan untuk sidang besok sudah diantar," ucap Roy.
"Aku yakin, aku akan membuat dia tidak bisa mengatakan apapun," jawab Zia.
Roy pasrah dengan kemauan adiknya, karena Roy dengan Rey, tidak bisa memaksa adiknya supaya tidak datang esok hari, karena itu sudah kemauannya.
"Baiklah kalo kamu sudah kekeh ingin datang, tapi kakak akan selalu menemani kamu," ucap Roy.
"Iya kak, aku yakin," jawab Zia tersenyum manis.
Saat mereka sedang membicarakan tentang sidang esok, tak sengaja seorang laki-laki datang menghampiri mereka.
"Eh kaliam disini," sahut Arka, tiba-tiba.
"Arka, sedang apa kamu disini?" tanya Roy.
"Kamu ngikutin kita, ya?" ucap Rey.
"Tidak, aku tidak mengukuti kalian, buang-buang waktu saja," jawab Arka.
"Lalu, sedang apa kamu disini?" tanya Roy.
"Hanya jalan-jalan, mencari angin segar," jawab Arka.
"Tidak mungkin, rumahmu dengan taman ini cukup jauh," ujar Roy.
"Terserah kalian, mau percaya atau tidak," ucap Arka.
"Kami memang tidak percaya, mau apa?" jawab Roy.
Arka menatap kesal, kepada kedua sahabatnya.
"Benar-benar tidak bisa diajak kerja sama," gumam Arka, kesal.
Rey dengan Roy hanya tersenyum mengejek, melihat raut wajah Arka.
"Ayo jujur dengan kami," ucap Roy.
"Diam, kalian," bisik Arka, menatap tajam.
Rey dengan Roy hanya tersenyum mengejek.
"Yasudah, kami pergi dulu," ucap Roy, yang sudah faham, maksud kedatangan Arka.
Lalu keduanya meninggalkan Arka dengan Zia.
"Hai, apa kabar?" tanya Arka gugup.
"Baik, kenapa sangat gugup?" ucap Zia.
"Ah, t-tidak," jawab Arka, padahal dirinya memang sangat gugup saat dekat dengan Zia.
"Kakak kemana saja, kenapa baru menemui aku?" tanya Zia.
"Aku sibuk Kia, baru pulang dari luar negri," jawab Arka.
"Pekerjaan?" tanya Zia.
"Iya, kamu tau sendirilah," jawab Arka.
"Semangat ya, namanya juga pewaris," ujar Zia tertawa.
"Kenapa, mengejek?" ucap Arka.
"Ah, tidak," jawab Zia.
Arka tersenyum.
"Bagaimana, sudah sembuh?" tanya Arka.
"Sudah kak," jawab Zia.
"Syukurlah, aku senang mendengarnya," ujar Arka.
Zia tersenyum, menatap Arka.
"Kakak tahu, aku disini?" tanya Zia.
"Kebetulan tadi, aku melihat mobil Roy, jadi aku mengikuti kalian," jawab Arka tersenyum.
***
bakal berusaha trs mengganggu hdp zia trs
cepat sembuh zia