NovelToon NovelToon
Dosenku, Tamu Pertamaku

Dosenku, Tamu Pertamaku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Dosen
Popularitas:11.1k
Nilai: 5
Nama Author: By.dyy

Alysa seorang gadis muda, cantik serta penuh talenta yang kini tengah menempuh studynya di bangku kuliah. Namun, selama dua semester ia memutuskan untuk cuti, demi bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang tengah bangkrut.

Dalam perjalananya, Alysa harus mendapatkan uang sebanyak 300 juta dalam semalam untuk biaya operasi jantung orang tuanya. Dalam keadaan mendesak, Alysa memutuskan menjadi wanita panggilan. Mengikuti saran sahabatnya, Tika.

Sialnya, pelanggan pertamanya adalah dosen ia sendiri. Hal itu membuat Alysa malu, kesal sekaligus bingung bagaimana harus melayani sang Dosen. Lalu bagaimana kelanjutan ceritanya? serta bagaimana hubungan Alysa dengan kekasihnya, Rian. Akankah setelah mengetahui fakta sebenarnya ia akan tetap bersama Alysa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon By.dyy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kerjaan Baru

"Lo beneran mau ambil kerjaan itu?" Ana bertanya penuh kesungguhan.

"Iya, gw harus bilang berapa kali sih?"

Tika, mengangkat bahunya penuh gusar. "Kalau bokap nyokap lo tau gimana?"

"Ya, jangan sampe tau-lah."

Baju dengan warna merah maroon sudah terpasang sempurna ditubuh Alysa. Ia memutarkan tubuhnya beberapa kali didepan cermin, memastikan pakaian yang ia gunakan terpakai dengan cantik untuk membalut tubuhnya yang sintal, tidak lupa sedikit polesan makeup pada wajahnya membuat ia semakin terpancar cantik malam ini.

"Udah ah, gue berangkat. Lo jaga bokap gue sebentar. Paling lima belas menitan lagi nyokap gue datang, baru lo bisa balik, oke." Jempol tangan kanan Alysa ia angkat satu.

Sang sahabat, Tika mengangguk pelan sambil ikut menurunkan jempol tangan Alysa, kemudian berburu memeluknya. "Lo ati-ati yaa. Janji ini untuk pertama dan terakhir," seru Tika berkaca-kaca.

"Iyalah, gila aja kalau gue nagih mau lakuin lagi, udah ah gue berangkat." Alysa mundur dari pelukan Tika, ia membuang wajah sebelum pergi, tidak ingin melihat wajah Tika. Bukan karna marah, Alysa tidak ingin membuat Tika merasa bersalah karna telah memberikan jalan keluar pada dirinya, akan tetapi tidak sejalan dengan hati serta pikirannya.

Sebelum pergi, Alysa menyempatkan sebentar untuk melihat ruang rawat inap Ayahnya, Satria. Dari tempat Alysa berdiri, ia bisa melihat dengan jelas bagaimana selang-selang kecil itu terpasang dengan baik diatas tubuh sang Ayah. Alysa tidak bisa membayangkan kalau selang yang membantu sang Ayah hidup itu tidak bisa terpasang, hanya karna masalah biaya.

Perusahaan yang bangkrut, hutang perusahaan juga hutang pribadi yang membelit, serta kondisi kesehatan sang Ayah yang tidak kunjung membaik membuat Alysa terpaksa mengambil cuti kuliah sebanyak dua semester.

Alysa lebih memilih mengutamakan kesehatan Ayahnya, dibanding melanjutkan pendidikan. Terbukti, setelah mengambil cuti kuliah, Alysa memiliki waktu lebih panjang dalam kegiatan bekerja, waktunya tidak lagi terbagi. Ia bisa mengambil dua sampai tiga pekerjaan sampingan dalam satu hari, demi memenuhi kebutuhan biaya rumah sakit. Baginya itu tidak masalah, asal Ayahnya sehat kembali sehingga bisa kembali berkumpul keluarga seperti semula.

Sudah puas memandangi sang Ayah, kaki Alysa cepat-cepat berjalan. Ia menutup wajahnya menggunakan masker sedangkan gaun merah ketat yang ia pakai sejak tadi, ia balut oleh jaket jins milik kekasihnya.

"Semangat Alysa." Seru Alysa pada diri sendiri.

Mobil yang membawa Alysa terus melaju menuju tempat yang ia tuju. Dadanya tentu saja berdegup tiap detiknya semakin kencang, keringat dingin pada pelipis wajahnya semakin meningkatkan kegugupannya. Alysa benar-benar cemas atas keadaannya saat ini.

Kepalanya dipenuhi banyak pertanyaan, dilema besar kini sungguh ia rasakan. Nyalinya benar-benar tengah diuji atas keputusan dirinya sendiri. Alysa tidak tahu bagaimana ia harus menjelaskan emosi yang tengah dirasa saat ini. Saking kalutnya, ia memilih terus menutup mata mencoba menenangkan diri hingga supir taksi yang membawanya pergi sampai ke tujuan.

Sampai ditempat, Alysa segera menuju resepsionis. Alysa masih menggunakan masker wajah, ia tidak ingin ada orang lain yang ia kenali tahu keberadaannya malam ini. Resepsionis sudah memberitahu nomor kamar Hotel yang akan ia datangi, Alysa segera menarik diri dari sana. Ia berjalan cepat menuju lift. Untungnya, tidak ada siapapun didalam sana, kecuali dirinya sendiri.

Tepat berada dilantai tujuan Alysa, kakinya cepat berjalan keluar. Alysa semakin menutupi wajahnya menggunakan rambut panjangnya, ia harus waspada agar setiap sudut cctv Hotel tidak bisa mengenali wajahnya.

Didepan pintu kamar, ia berdiri sebentar sambil membuka masker, membuka jaket yang ia kenakan kemudian memasukkannya kedalam tas yang ia bawa.

Degup jantungnya terus berpacu cepat, nafas Alysa pun semakin tersendat-sendat menjadi pendek-pendek, ia bak ikan dalam kolam yang kekurangan air.

"Mah, Pah ... Alysa mohon maafkan keputusan Alysa ini." Tepat setelah Alysa mengucapkan kalimat tersebut, pintu kamar Hotel terbuka dengan cepat kemudian sebuah telapak tangan yang berukuran lebih besar dari Alysa, menyeret pergelangan kecil milik Alysa, ia menarik agar Alysa cepat masuk kedalam kamar.

Mata Alysa melotot sempurna kala sang laki-laki yang menarik pergelangan tangannya, ditambah orang didepannya ini, ia tidak menggunakan atasan, ia hanya menggunakan handuk tepat di pinggang rampingnya.

"Saya sudah bilang di Aplikasi untuk segera masuk kedalam kalau sudah sampai, buat apa kamu berdiri disana dulu? kamu mau tutupi wajahmu dengan masker atau rambutpun saya akan lihat nantinya." Suara barito dari laki-laki yang tengah membawa tubuh Alysa tanpa beban ini terus berbicara atas kesalahan Alysa yang lamban datang.

Sedangkan Alysa, ia hanya mampu melihat punggung lebar laki-laki bertubuh tinggi itu dari belakang. Ketika pergelangan tangannya masih ditahannya agar tidak terlepas, Alysa seperti tidak asing dengan postur tubuh serta suara laki-laki yang masih mengoceh ini. Ia seperti sebelumnya sudah pernah melihat serta mendengar suara orang yang ada didepannya. Tapi dimana, Alysa lupa.

Dan, benar saja dugaan Alysa, kala orang yang sudah menarik pergelangan tangan Alysa melepaskan ikatannya, kemudian membalikkan badan menghadap Alysa, baru bisa ia dengan semudah itu bisa melihat siapa sosok yang sudah memesan dirinya dari Aplikasi hijau.

Sialnya, ia harus bertemu orang ia kenali, kalian tahu siapa? Laki-laki yang memesan Alysa pada aplikasi hijau itu, ia adalah seorang Dosen muda di Kampus Alysa, tepatnya di Jurusan Alysa, lebih jelasnya lagi ia bahkan pernah mengajari Alysa pada waktu semester satu.

Untuk beberapa saat, mata kami saling berpandangan tidak percaya, orang yang didepan Alysa terus menatap Alysa begitupun sebaliknya, Alysa mencoba meyakinkan diri agar orang yang ia lihat tidak sesuai dengan dugaannya. Sialnya, sedetail apapun Alysa mencari alasan agar orang di depannya bukan orang ia kenal. Hasilnya, justru semakin menujukkan Dosen yang akan tidur dengannya adalah Pak Reyhan Adiputra Sastradinata.

Alysa melepaskan genggaman tangannya dari Reyhan. Kaki Alysa mundur beberapa langkah, memberi jarak. Susah payah Alysa menelan ludah, bibirnya mendadak menjadi kering, bibirnya terkatup tidak percaya. Alysa harap dirinya hanya salah kamar.

"Kamu." Dosen muda itu menujuk Alysa dari tempat ia berdiri.

"Maaf pak, mungkin saya salah kamar," sela Alysa. Tubuh Alysa hendak berputar arah, mencoba keluar dari kamar sialan ini. Sayangnya, sebuah suara bariton itu kembali angkat suara.

"Atas nama Ica, dengan tarif per/malam 400jt, aturan pesanan harus ada mawar dan memilih Hotel bintang lima, ada yang tidak benar informasinya?"

Alysa ingin sekali membantah bahwa itu bukan dirinya. Tapi, hanya dengan sedikit pemberitahuan singkat saja, Alysa sudah tidak bisa mengelak bahwa itu bukan dirinya. Walaupun dengan nama samaran, Alysa tahu betul permintaan itu, Alysa yang inginkan itu semua.

"Maaf Pak, tapi sepertinya saya salah kamar," ulang Alysa.

Reyhan menggangguk kecil, ia berjalan mendekati Alysa. Ia berdiri sebentar untuk menghela nafas kecil, lalu berucap. "Saya antar keluar, mari."

Reyhan berjalan mendahului Alysa, ia membuka pintu. "Saya tidak bisa mencarikan kamar yang kamu cari."

"Gak masalah pak. Maaf sudah menganggu, saya permisi." Alysa segera berjalan keluar pintu kamar Hotel menuju pintu lift.

Tepat di depan pintu lift, ia sadar esok pagi harus sudah ada uang sebanyak 300 juta untuk biaya Ayahnya, Satria. Biaya operasi jantung tidaklah murah. Kalau Alysa tidak melakukannya malam ini, mau cari kemana Alysa uang sebanyak itu. Ia sudah tidak punya banyak waktu.

Pintu lift terbuka, Alysa tidak kunjung melangkahkan kaki-nya. Hills yang ia kenakan terus bergerak perlahan memutar arah, mengarah menuju kebelakang, kembali ke kamar Hotel yang ada Pak Reyhan.

"Gue harus gimana sekarang?" seru Alysa bingung.

Beberapa saat ia menutup mata, menenangkan diri, mencoba menjernihkan pikirannya yang tengah kacau. Alysa mencoba mencari jalan keluar, mencari orang yang dapat membantunya memberikan uang sebanyak 300 juta.

Nihil, tidak seorangpun yang bisa ia hubungi, teman lamanya satu persatu menjauh, keluarga besarnya banyak beralasan yang tidak masuk akal, padahal Alysa mengetahui kalau omongan mereka hanyalah akal-akalan mereka yang sudah tidak percaya pada keuangan keluarga Alysa takut tidak mampu bayar, setelah mengetahui kondisi hidup keluarga Alysa sekarang, termasuk kekasihnya, Rian. Ia bahkan seperti bukan kekasihnya meski statusnya adalah seorang pacar. Dari keduanya tidak ada yang berani mengucap kata putus atau lanjut. Entah karna Rian belum memiliki waktu untuk memutuskan dirinya atau Alysa yang selalu menghindar kala melihat gelagat Rian seperti akan memutus hubungan dengannya. Jujur saja Alysa tidak akan terima sama sekali kalau sampai Rian meminta putus, ia begitu mencintainya. Sedangkan Rian, ia sepertinya memiliki perasaan yang semakin memudar padanya, karna kurangnya waktu bertemu diantara keduanya.

"Bangsatt..." seru Alysa.

Pada akhirnya, kaki jenjang yang menggunakan hills senada dengan warna baju yang ia kenakan itu kembali berbalik badan menuju kamar Hotel sebelumnya Alysa masuki. Alysa sudah tidak berpikir apapun lagi, kecuali kesehatan sang Ayah.

Tangan Alysa memutar knop pintu, ia segera masuk kamar, yang dengan cepat ditemui oleh Reyhan. "Ada yang tertinggal?"

"Nama samaran saya Ica, saya yang memiliki tarif 300juta/ malam, saya yang menginginkan mawar, dan saya juga yang ingin di Hotel mewah ini."

...Akan dilanjut jika komentarnya minimal 10-20 komentar, tolong sekali jangan lupa di like, di share, dan ramaikan cerita ini yaa...

...Terima kasih sudah membaca sampai selesai, sampai ketemu dichapter selanjutnya yaa....

1
Muhamad Ezar raditya
lanjut thor
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up thor
Reni Anjarwani
lanjut thor
By.dyy: siappp, stayyy yaaa
total 1 replies
Maira_ThePuppetWolf
ceritanya jagat banget thor, author harus lanjutin!
By.dyy: Ditunggu yaa. Terima kasih sudah membaca
total 1 replies
Blue Persona
Thor, saya ingin tahu apa yang terjadi selanjutnya!
By.dyy: Hai ka, saya sudah up ya. Selamat membaca:)
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!