Elyana Mireille Castella, seorang wanita berusia 24 tahun, menikah dengan Davin Alexander Griffith, CEO di perusahaan tempatnya bekerja. Namun, pernikahan mereka jauh dari kata bahagia. Sifat Davin yang dingin dan acuh tak acuh membuat Elyana merasa lelah dan kehilangan harapan, hingga akhirnya memutuskan untuk mengajukan perceraian.
Setelah berpisah, Elyana dikejutkan oleh kabar tragis tentang kematian Davin. Berita itu menghancurkan hatinya dan membuatnya dipenuhi penyesalan.
Namun, suatu hari, Elyana terbangun dan mendapati dirinya kembali ke masa lalu—ke saat sebelum perceraian terjadi. Kini, ia dihadapkan pada kesempatan kedua untuk memperbaiki hubungan mereka dan mengubah takdir.
Apakah ini hanya sebuah kebetulan, atau takdir yang memberi Elyana kesempatan untuk menebus kesalahannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Firaslfn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22: Mengubah Takdir
Malam itu, Elyana duduk di tepi tempat tidur sambil memandangi jam saku antik yang kini terasa lebih berarti dari sebelumnya. Ia tahu bahwa rahasia yang baru saja terungkap hanyalah awal dari masalah yang jauh lebih besar. Namun, hatinya sudah bulat. Ia tidak akan membiarkan takdir merenggut Davin darinya—tidak kali ini.
Jam itu, seolah menjadi pengingat, kembali berkilauan samar di bawah cahaya lampu kamar. Elyana menatapnya, mencoba memahami pesan tersembunyi yang seakan ingin disampaikan. Ia yakin benda itu memegang kunci untuk mengubah segalanya.
Pagi harinya, Elyana mulai menyusun rencana. Ia tahu bahwa Ryo Kasahara adalah ancaman utama, seseorang yang tidak hanya mengincar Davin, tetapi juga memengaruhi banyak aspek hidupnya selama ini. Elyana merasa perlu menghadapi Ryo, meskipun risiko yang dihadapinya besar.
Ia memutuskan untuk menemui Pak Henry terlebih dahulu, berharap mendapatkan lebih banyak informasi tentang hubungan Davin dengan Ryo.
“Pak Henry,” Elyana memulai ketika mereka bertemu di ruang kerja, “tolong katakan yang sebenarnya. Apa Anda tahu seberapa dalam pengaruh Ryo dalam hidup Davin?”
Pak Henry menatapnya dengan ekspresi penuh keraguan, tetapi akhirnya menghela napas. “Nyonya Elyana, Tuan Davin mungkin tidak akan suka jika saya memberitahu Anda ini. Tapi ya, Ryo Kasahara memiliki kendali yang cukup besar. Bahkan, ada beberapa ancaman langsung terhadap keselamatan Tuan Davin di masa lalu.”
“Ancaman?” Elyana merasa napasnya tertahan.
Pak Henry mengangguk. “Aku minta maaf tapi aku tidak bisa mengatakan lebih dari itu Nyonya Elyana.”
Setelah mendengar perkataan dari Pak Henry, Elyana menyadari bahwa menghadapi Ryo tidak bisa dilakukan sembarangan. Ia butuh strategi dan bantuan. Ia menghubungi temannya, Lina, yang bekerja di bidang hukum dan memiliki koneksi luas.
“Lina, aku butuh bantuanmu,” kata Elyana di telepon. “Ini soal Davin. Ada seseorang yang bernama Ryo Kasahara, dia mengancamnya, dan aku tidak tahu harus mulai dari mana.”
Lina mendengarkan dengan seksama. “Aku mengerti. Kita harus cari tahu lebih banyak tentang Ryo dan apa yang bisa digunakan untuk melawannya. Aku akan menghubungi beberapa kenalan untuk menyelidiki latar belakangnya.”
Elyana merasa sedikit lega. Dengan bantuan Lina, ia yakin bisa menemukan cara untuk melemahkan kendali Ryo atas Davin.
Beberapa hari kemudian, Elyana menerima panggilan tak terduga dari nomor asing.
“Elyana Mireille?” Suara di seberang terdengar dingin dan tajam.
“Ya, ini saya. Siapa ini?” tanyanya, meskipun firasatnya sudah memberitahu siapa yang berbicara.
“Ryo Kasahara,” jawab pria itu tanpa basa-basi. “Saya dengar Anda sedang mencari-cari tentang saya. Seharusnya Anda tahu, bermain api bisa berbahaya.”
Elyana merasa tengkuknya meremang, tetapi ia tidak menunjukkan rasa takut. “Saya hanya ingin memastikan Davin aman dari Anda.”
Terdengar tawa dingin di ujung telepon. “Davin berutang banyak kepada saya. Anda tidak akan bisa melindunginya, Nona Elyana. Jika saya ingin, saya bisa menghancurkan semuanya dalam sekejap.”
Telepon itu terputus begitu saja, meninggalkan Elyana dalam kekhawatiran. Namun, alih-alih merasa gentar, ancaman itu justru memperkuat tekadnya.
Malam harinya, Elyana memutuskan untuk memberi tahu Davin tentang apa yang ia alami.
“Davin,” katanya sambil menatap suaminya dengan serius, “Ryo meneleponku.”
Davin terkejut, tetapi ia tidak marah. Sebaliknya, ia justru merasakan kekaguman terhadap keberanian Elyana.
“Kamu tidak seharusnya melibatkan dirimu dalam hal ini,” kata Davin, suaranya penuh kekhawatiran. “Terlalu berbahaya.”
“Dan kamu tidak seharusnya menanggung semuanya sendirian,” balas Elyana tegas. “Kita bisa melewati ini bersama. Tapi aku butuh kamu untuk percaya padaku.”
Davin terdiam beberapa saat sebelum akhirnya mengangguk. “Tapi, aku tidak yakin Elyana.”
Malam itu, Elyana kembali memegang jam saku antik yang seolah memanggilnya. Ketika ia membukanya, jarum jam bergerak sendiri, berhenti pada angka tertentu yang tidak biasa.
Ia merasakan sensasi aneh, seolah-olah waktu berhenti sesaat. Kilasan bayangan dari masa depan kembali muncul—Davin tergeletak di jalanan, sirene ambulans terdengar samar, dan tangisan Elyana memenuhi udara.
Tidak, aku tidak akan membiarkan ini terjadi lagi.
Dengan napas dalam, Elyana memandang Davin yang sedang tertidur. Di dalam hatinya, ia bersumpah bahwa kali ini, ia akan melakukan apa pun untuk mengubah takdir.
Pagi harinya, Elyana terbangun dengan semangat baru. Ia tahu, waktunya semakin terbatas. Bayangan tragedi di masa depan terus menghantuinya, membuat tekadnya semakin bulat. Sambil menggenggam jam saku, Elyana memutuskan untuk berbicara lebih dalam dengan Lina.
Di sebuah kafe kecil di pusat kota, Elyana duduk berhadapan dengan Lina. Temannya itu membawa dokumen-dokumen yang berhasil ia kumpulkan.
“Ryo Kasahara bukan sekadar pebisnis,” kata Lina sambil membuka salah satu dokumen. “Dia memiliki hubungan dengan kelompok kriminal yang kuat. Itu sebabnya ia begitu percaya diri mengancam siapa pun.”
Elyana membaca laporan itu dengan saksama. “Jadi, kita tidak hanya berhadapan dengan Ryo, tapi juga kekuatan di belakangnya?”
Lina mengangguk. “Benar. Tapi ada satu hal yang menarik. Salah satu anak buahnya tampaknya tidak puas dengan Ryo. Jika kita bisa mendekati orang ini, mungkin kita bisa menemukan cara untuk menjatuhkannya.”
Elyana berpikir sejenak. “Siapa orang itu?”
“Namanya Armand. Dia sering berada di gudang di pinggir kota, tempat Ryo menjalankan operasinya secara diam-diam,” jawab Lina.
Malam itu, Elyana memutuskan untuk pergi ke tempat yang dimaksud Lina. Ia tahu, ini berisiko, tetapi ia tidak bisa hanya menunggu tanpa melakukan apa-apa. Ia menyamar, mengenakan jaket panjang dan topi untuk menyembunyikan identitasnya.
Setelah tiba di lokasi, ia melihat seorang pria bertubuh besar dengan ekspresi tegang sedang merokok di dekat pintu gudang. Itu pasti Armand. Elyana mengumpulkan keberanian dan mendekatinya.
“Armand?” tanyanya pelan.
Pria itu menoleh dengan waspada. “Siapa kamu?”
“Aku hanya ingin bicara. Aku tahu kamu tidak sepenuhnya setuju dengan Ryo,” jawab Elyana dengan nada tenang.
Armand terdiam, ekspresinya berubah menjadi curiga. “Kamu siapa, dan kenapa aku harus percaya sama kamu?”
“Aku istri Davin Griffith. Aku tahu Ryo mencoba menghancurkannya, dan aku yakin kamu tahu lebih banyak tentang apa yang sebenarnya terjadi,” kata Elyana tegas.
Armand tampak terkejut mendengar nama Davin disebut. Ia membuang rokoknya dan menatap Elyana tajam. “Kamu tidak tahu apa yang kamu hadapi. Kalau Ryo tahu aku bicara, aku bisa mati.”
“Tapi kalau kita tidak melakukan apa-apa, lebih banyak orang yang akan terluka,” balas Elyana. “Tolong, beri aku informasi. Aku hanya ingin melindungi suamiku.”
Armand terdiam cukup lama sebelum akhirnya menghela napas. “Baik. Aku akan memberitahu kamu, tapi hanya sekali ini saja.”
Armand mengungkapkan bahwa Ryo memiliki rencana besar untuk menjatuhkan Davin. Salah satu proyek besar Davin telah dijadikan target untuk sabotase, yang akan membuat perusahaan Davin runtuh. Namun, itu bukan yang terburuk.
“Ryo juga punya dendam pribadi,” kata Armand. “Aku tidak bisa menceritakan nya lebih lanjut."
Elyana terdiam. Ia tidak tau dendam apa yang dimiliki Ryo sampai sejauh ini daripada yang ia bayangkan.
“Tapi, apa ada cara untuk menghentikannya?” tanya Elyana.
Armand memandang Elyana ragu. “Aku tidak tau."
"Baiklah, terima kasih atas informasinya."
Ketika Elyana kembali ke rumah, Davin sedang menunggunya di ruang kerja. Wajahnya penuh kekhawatiran.
“Kamu pergi kemana?” tanya Davin.
Elyana menghela napas, mendekatinya. “Aku menemui seseorang yang bisa membantu kita melawan Ryo.”
“Apa? Elyana, itu terlalu berbahaya! Aku tidak ingin kamu terlibat dalam semua ini,” kata Davin, suaranya meninggi.
“Tapi aku tidak bisa diam saja, Davin,” Elyana balas dengan tegas. “Aku tidak bisa kehilangan kamu. Aku tahu ini berbahaya, tapi aku lebih takut pada kemungkinan kehilanganku terhadapmu.”
Davin terdiam, melihat keberanian Elyana yang tidak pernah ia sangka sebelumnya. Setelah beberapa saat, ia mengangguk pelan.
“Baik,” katanya akhirnya. “Tapi kita harus melakukannya bersama. Aku tidak akan membiarkanmu menghadapi ini sendirian.”
Elyana tersenyum kecil. “Terima kasih, Davin. Aku tahu bersama, kita bisa mengubah segalanya.”
...****************...