Kinara yang baru menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi luar negeri segera pulang ke kampung halamannya untuk segera bertemu dengan kakak kandungnya yang sejak lama tinggal bersama sang nenek.
Namun hal tak terduga terjadi, kakaknya yang ditemukan tak bernyawa di belakang sekolah, menimbulkan berbagai spekulasi.
Mampukah Kinara menyibak rahasia kematian sang kakak ?.
Yuk baca cerita lengkapnya disini, dan jangan lupa like serta dukungannya agar Kinara bisa menyibak rahasia kematian sang kakak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qiana Lail, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 19. Fakta Baru
Boy mengatur nafasnya, ia sama sekali sudah tidak bisa untuk bangkit. Meskipun Kinara membiarkan dia selama satu hari, tapi ia tidak mendapatkan perawatan sama sekali.
Sementara luka-luka ditubuhnya membuat ia merasakan sakit yang luar biasa saat ini. Tapi yang membuat ia penasaran adalah mengapa nona mudanya begitu ingin membunuhnya.
"Nona maaf mengganggu, orang yang telah membocorkan informasi tentang Boy yang kita tahan sudah ditangkap." ucap Jay.
Kinara mengangguk-anggukkan kepalanya, dan meminta Jay untuk membereskan kekacauan yang ada digudang kosong ini.
Sekitar dua puluh menit, seluruh korban yang tewas ditumpuk menjadi satu dan dibawa untuk dikuburkan dengan layak di sebuah pemakaman yang dikhususkan untuk korban dari Dom Anggels.
"Bawa Boy ikut serta, tempatkan ia di tempat yang lain. Aku tidak mau ada kesalahan." ucap Kinara .
Jay menganggukkan kepalanya dan segera membawa tubuh Boy yang sangat lemah.
"Mengapa aku merasa nyaman saat aku berada di dekatmu. Dan mengapa aku merasa sangat sakit saat tubuhmu terluka ?."
"Apakah ini hanya sebuah kebetulan atau hanya sebuah rasa empati melihat kondisi seseorang yang sangat menderita ?."
"Tapi bukankah ini bukan untuk yang pertama kalinya aku melihat musuh menderita ?." tanya Jay hanya di dalam hati.
Jay menempatkan Boy diruangan yang lainnya. Meskipun tempat itu merupakan tahanan, tapi disini jauh lebih baik. Jay juga memberikan beberapa obat serta makanan dan juga minuman.
"Makanlah dan juga segera minum obat ini !." ucap Jay.
"Mengapa kau begitu baik ? Apakah kau tidak takut nona muda mu menghukum mu ?." tanya Boy.
" Nona adalah orang yang baik. Jika nona melihat mu dalam kondisi yang sekarat bagaimana mungkin nona bisa membalas dendam kepada orang yang sekarat." ucap Jay.
Jay meninggalkan Boy yang masih terkapar di lantai, ada air yang menggenang disudut matanya. Dengan cepat Jay mengusapnya agar tidak jatuh dan tentunya agar tidak ada yang melihatnya.
Di sisi lain, Kinara sedang duduk di hadapan seorang pria yang diikat kedua tangannya dengan posisi berlutut.
"Apa tujuanmu membocorkan informasi tentang aku ?." tanya Kinara sambil memainkan pistol di tangannya.
"Karena kau layak mati, kau tidak layak menjadi pemimpin Dom Anggels, Kau adalah anak seorang pembunuh yang licik ?." jawab Pria itu.
Kinara membeku mendengar ucapan pria yang ada dihadapannya. Setau dia kedua orang tuanya bukanlah seorang anggota mafia atau seorang pembunuh, tapi seorang pengusaha yang sangat disayangi oleh seluruh masyarakat kota J.
Lalu apa maksud dari perkataan orang didepannya ?. Bagaimana mungkin orang tuanya adalah seorang pembunuh yang licik ?."
"Dari mana kau bisa mengatakan hal itu ?." tanya Kinara.
"Karena aku tau siapa kau dan siapa kedua orang tuamu. Kau bisa berada di posisi saat ini karena orang tua mu yang sangat licik itu." jawab pria didepannya tanpa ada rasa takut sedikitpun.
"Bagaimana bisa kau berkata seperti itu kepada Nona."
"Ya bukankah kau juga tau selama ini nona ada diluar negeri dan baru kembali beberapa hari."
"Kau sebenarnya mendapatkan informasi dari mana sehingga kau bisa mengatakan hal tak masuk akal itu."
Ucap para anggota yang ada dibelakang pria yang sedang berlutut itu.
"Kalian bisa mengatakan hal itu karena kalian tidak pernah merasakan bagaimana kehilangan kedua orang tua yang dibunuh secara brutal di depan mata kalian."
Kinara memicingkan kedua matanya, ia sungguh tidak pernah menyangka bahwa ada seseorang yang begitu membenci keluarga Abimanya.
Tapi selama ini yang ia tau, keluarga Abimanya sangat disegani oleh seluruh masyarakat di kota J ini.
Bahkan saat sang kakek berjalan selalu disambut dengan antusias oleh orang yang ada disekitarnya.
Ia masih ingat saat berjalan-jalan sore hari dengan kakek Abimanya, mereka disambut oleh warga bahkan mereka memberikan hasil panen mereka dan ada yang memberikan makanan ringan dan juga minuman.
"Apakah anda diam karena anda sudah menyadari kesalahan anda Nona ?." tanya pria dihadapan Kinara.
"Aku diam karena aku tidak tau apa yang kau ucapkan. Jika ada keluarga ku yang melakukan hal itu maka kau bisa mengatakan yang sebenarnya." jawab Kinara dengan tulus.
"Apakah kau yakin nona ?." tanya sang pria.
"Tentu aku sangat yakin dengan apa yang aku ucapkan !." jawab Kinara dengan tegas.
Pria itu kemudian menceritakan dengan sejujurnya apa yang ia lihat beberapa tahun yang lalu. Bagaimana kedua orang tuanya dibunuh secara tragis oleh orang-orang dari keluarga Abimanya.
Bahkan ia harus terpisah dengan adiknya yang masih bayi karena bayi yang masih merah itu mereka bawa dan mereka buang entah kemana.
Bahkan ia hidup terlunta-lunta dijalanan, ia sama sekali tidak mempunyai tempat tinggal dan makanan yang layak sampai seseorang mengajaknya untuk tinggal di rumahnya.
Meskipun orang tersebut juga sedang dalam keadaan yang sangat kekurangan. Ia adalah orang tua tunggal yang membesarkan seorang bayi laki-laki.
"Siapa orang tua mu ? Dan siapa orang suruhan keluarga Abimanya yang tega melakukan hal semacam itu ?."
"Kau bisa mencari tau siapa dan bagaimana keluarga Abimanya sendiri. Seandainya kau dibesarkan oleh keluarga Abimanya maka aku akan membunuhmu saat pertama kali kau datang ke markas Dom Anggels ini."
"Tapi aku tau kau tidak terlibat dalam kejahatan keluarga Abimanya, kau datang kali ini untuk menuntut keadilan bagi saudara kembar mu."
"Asal kau tau, saudara kembar mu adalah korban dari kejahatan dan kekejaman keluarga Abimanya yang biadab itu." jelas pria yang ada dihadapannya.
Kinara tertegun melihat begitu besarnya rasa benci dan dendam yang tersirat dari mata pria dihadapannya.
"Lalu apa hubungannya kau dan Boy ?." tanya Kinara sambil meletakkan pistol di tangannya.
"Boy adalah bayi yang tumbuh bersamaku, dan orang tua kandungnya adalah orang yang telah merawat dan membesarkan aku." jawab pria itu dengan tegas.
Kinara langsung menatap tajam wajah pria dihadapannya. Bagaimana mungkin semua yang ia ceritakan berbanding terbalik.
Kinara menjadi korban orang-orang Naga Hitam, sedangkan Boy adalah pemimpin Naga Hitam. Mengapa pria itu mengatakan sebaliknya ?."
"Asal nona tau, Boy adalah anak pemimpin Naga Hitam yang asli, sedangkan Naga Hitam yang ada saat ini adalah hasil rampasan dan kekejaman pemimpin Naga Hitam saat ini."
"Bahkan Malaikat penolong ku dan juga orang tua kandung Boy mati dengan cara yang tragis di tangan pemimpin Naga Hitam yang baru." ucap pria itu dengan penuh dendam dan kebencian yang tersirat jelas dimatanya.
Tak ingin melakukan sebuah kesalahan. Kinara meminta agar Boy diberikan perawatan medis dan pria yang ada dihadapannya dikurung ditempat yang seharusnya.
Sementara Kinara kembali kerumah yang disewa oleh Bram. Untuk menguak fakta Baru yang ia terima hari ini.