Setelah memergoki pacarnya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri, Kinara aurora tercebur ke sebuah danau setelah di dorong oleh selingkuhan kekasih nya, namun bukannya tenggelam jiwa kinara justru berpindah dimensi ruang dan waktu ke tubuh pemeran wanita di sebuah novel yang ia baca sebelumnya.
Masalahnya di sini jiwanya memasuki tubuh pemeran wanita yang lemah dan selalu di injak- injak, dan berakhir mati tragis karena menyelamatkan suami yang bahkan tak pernah melihat ke arahnya.
Bagaimana caranya kinara merubah takdir istri yang teraniaya itu? ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jeju Oranye, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 11 : Gengsi bilang pak
Brak!
Brak!
Brak!
"Tuan kenantra yang terhormat, buka pintunya! kau pikir aku burung apa yang di kurung seperti ini?! "Kinara sejak tadi sudah berteriak, mengumpat bahkan menendang pintu, namun tak ada sahutan apapun di luar membuat ia menahan kesal setengah matti.
" Dasar pria patung perunggu yang kaku! lihat saja aku akan memberikan pelajaran padanya! " umpat kinara jengkel.
Di luar, sebenarnya kenantra masih berdiri di depan pintu, ia masih bersikap tenang meski hatinya kini bergolak rasa bersalah karena ia mengambil langkah ekstrem yang sedemikian rupa. "Bukankah tadi kau terlihat sangat nyaman saat berbincang dengan teman pria mu itu. Apa kau tidak ingin meluangkan sedikit waktu untuk dirimu sendiri? " balasnya dengan nada yang datar, namun terselip rasa tidak suka di sana.
"Apasih kok jadi bawa- bawa Farel, gak jelas! " sungut kinara dari dalam yang sukses membuat kenantra terdiam.
"Benar.Kenapa juga aku jadi mengaitkannya dengan pria itu? ada apa dengan ku? " monolog kenantra pelan, bingung dengan dirinya sendiri. Ia mengapit batang hidungnya, merasa ada yang tidak beres dengan perasannya sekarang.
"Kenantra, ayolah ku mohon buka pintunya sekarang! " ucap kinara kembali, kali ini dengan nada memelas berharap pria itu akan luluh.
Tetapi pria dingin itu tetap pada pendiriannya. "Ku bilang ini hukuman untuk mu dan kau harus menjalaninya."
"Ck, lalu kapan aku akan keluar dari sini?! " tukas kinara merasa kekesalannya sudah sampai ke ubun- ubun.
Kenantra geleng-geleng kepala. "Aku tidak mengunci mu untuk selamanya. Setelah ku rasa hukumnya selesai aku akan membukanya. "
Kinara melotot tajam, sebelum ia bisa protes bisa ia dengar suara langkah kaki yang meninggalkan pintu, membuat nya jadi mencak- mencak sendiri.
"Dasar pria kaku, kejam, jelek, tidak berperasaan, akan ku pastikan aku akan membalasnya! " segala bentuk umpatan ia layangkan untuk suaminya itu, meski orang nya sudah tidak ada di tempat, kinara tetap berteriak meluapkan kekesalannya.
Sementara itu Austin dan maya baru tiba di mansion. Saat mereka melihat kenantra lewat, Austin hendak menghampiri namun pak dandi dengan cepat mencegah.
"Jangan Austin! "
"Ada apa memang nya? "
Pak dandi menggelengkan kepalanya sekilas. "Tuan muda tidak sepertinya tidak bisa di ganggu sekarang. Dia terlihat marah dan bingung. "
"Bingung? " alis Austin mengernyit. "bingung kenapa? "
"Bingung dengan perasaannya sendiri, pasti, " sahut maya yang sepertinya masih menduga-duga, Austin refleks menoleh ke arahnya.
"Lalu kenapa marah? "
Maya balas menatap Austin dengan jengkel lalu berdecak. "Kau tidak melihat kalau tuan sedang cemburu? memangnya apalagi selain itu yang menjadi penyebab kemarahannya. "
*Waw, wanita memang paling mengerti tentang perasaan. Aku saja tidak tahu itu. " Austin menggeleng salut.
"Ya, itu makannya kebanyakan lekaki terlahir tidak peka! " balas maya begitu telak lalu meninggalkan nya yang begitu saja.
Austin sampai melongo lalu menoleh ke arah pak dandi. "Pak, maya memang seperti itu ya orang nya, galak dan ketus? "
Pak dandi menggidikkan bahu. "Seperti nya hanya kepada mu saja Austin. "
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di sisi lain, kenantra kini berada di ruang kerjanya, ia menyibukkan isi kepalanya yang runyam dengan membaca dokumen dan memeriksa pekerjaan para karyawan nya kembali.
Sebagai seorang anak yang terlahir dengan sendok emas, sejak kecil kenantra biasa di layani, hidupnya sudah di susun sedemikian rupa, ia juga di keliling oleh orang-orang yang patuh padanya jadi ketika ia di hadapi oleh orang yang berani menentang dan membangkang seperti kinara, jiwa penasaran nya seperti di pancing, seperti kepalanya kini di setting untuk memikirkan gadis itu terus.
"Apakah sejak dulu kinara memang seperti ini? " lirih nya, mengingat kembali kenangan nya bertemu dengan kinara pertama kali di sebuah pesta.
Flashback on:
Kala itu di tengah kemegahan pesta ulang tahun salah satu sepupu kenantra, kinara hadir bersama keluarga nya sebagai tamu undangan. Kinara kecil berdiri di sudut ruangan dengan gaun berwarna merah dan aksesoris pita hitam, kontras sempurna dengan rambutnya yang tergerai. dia menjauhkan dari kerumunan, seolah asing dengan kehidupan glamor yang mengelilingi nya.
Kenantra remaja yang saat itu sedang berbincang dengan teman- temannya, melirik gadis kecil itu dari jauh, di situlah rasa penasaran nya pada kinara di mulai.
Namun gengsinya yang setinggi gunung Everest membuat kenantra hanya mengawasi dari jauh. sesekali matanya akan tertangkap basah oleh kinara saat sedang mengamati gadis itu dan yang masih dia ingat sampai sekarang adalah senyum kinara yang dia tunjukkan saat mereka tak sengaja bersi tatap.
"Aduh! "
Saat berjalan habis dari toilet, kenantra melihat kinara yang terjatuh, insting melindungi nya seketika hadir membuat ia dengan sigap mendekat.
"Kau tidak apa- apa? "
Kinara kecil mendongak, matanya nampak berbinar saat melihat kenantra meski wajahnya meringis kesakitan.
Kenantra melihat luka kecil di lutut nya. Tanpa ragu ia mengenggam tangan kinara dan membantu nya berdiri.
"Ayo aku akan menggendong mu hingga ke dalam. "
"...,.. "
Kenantra menghela nafas saat melihat kinara yang diam saja. "Lutut mu terluka jadi pasti tidak bisa berjalan." sedikit gemas, dia pun menarik tangan kinara dan membawa gadis kecil itu ke dalam gendongan punggung nya.
Flashback off.
Kenangan dari pertemuan pertama yang tak mungkin kenantra lupakan. Ia kemudian mengambil sebuah file dokumen di meja kerjanya, di sana terselip sebuah foto yang sudah usang, ia menatap gadis kecil yang berpose di samping nya, senyum merekah tampak terlihat dari gadis kecil itu, foto mereka yang tak sengaja bersebelahan kenantra simpan sampai sekarang dan kini sudah tujuh belas tahun lebih semenjak foto itu di ambil.
Kenantra mengusap wajah kinara kecil dalam foto itu lalu mendengkus geli. "Sejak kapan gadis yang polos dan lugu, berubah menjadi wanita yang tangguh dan pemberani seperti sekarang? "
Sementara Kinara yang masih terkurung di dalam kamarnya tidak membuat nya diam begitu saja. Dia berusaha kabur melalui balkon kamarnya dengan menggunakan bedcover yang ia jadikan satu sebagai tali.
Saat turun kinara langsung menuju dapur, menemui maya di sana.
"Nyonya anda dari mana saja? "
"Haish, aku berada di kamarku. Ceritanya panjang, di mana tasku? "
"Ini nyonya. " Maya memberikan tas sang nyonya pada pemiliknya.
"Maya jujur aku lupa di mana menaruh black card nya, apa kau menyimpan nya? "
"Tentu nyonya, ada di dalam tastas nyonya. "
Kinara mengubek- ngubek isi tasnya dan menemukan kartu itu. "Huftt syukur lah masih ada. "
"Apa sejak tadi nyonya mengkhawatirkan kartu ini? "
"Tentu saja maya. Jika kartu ini hilang, hilang juga kehidupan ku. Terimakasih ya sudah merawat nya dengan baik. "
Maya mengangguk. "Sama-sama nyonya. Sekarang anda akan kemana? "
"Aku akan kembali ke kamar ku. Oh ya jangan bilang pada kenantra jika aku kesini untuk menemui mu. "
"Baik nyonya. "
Kinara segera berlari untuk kembali ke kamarnya sebelum ada yang melihat dia ada di sini.
Sebenarnya dia juga bodoamat jika ketahuan kabur dari kamarnya tapi malas saja jika harus berurusan dengan kenantra lagi, sekalian dia ingin membuat pelajaran untuk pria itu nanti.
"Kau lihat saja kenantra! akan ku buat kau panik setengah matti lagi! "
*
*
*
Bersambung