NovelToon NovelToon
Angin Dari Gunung Kendan

Angin Dari Gunung Kendan

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Kelahiran kembali menjadi kuat / Budidaya dan Peningkatan / Ilmu Kanuragan / Kultivasi Modern / Toko Interdimensi
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Topannov

"Angin dari Gunung Kendan" adalah kisah epik tentang Rangga Wisesa, seorang pemuda yang hidup sederhana di Desa Ciwaruga tetapi menyimpan dendam atas kehancuran keluarganya. Sebuah prasasti kuno di Gunung Kendan mengubah hidupnya, mempertemukannya dengan rahasia ilmu silat legendaris bernama Tapak Angin Kendan. Dalam perjalanannya, Rangga menghadapi dilema moral: menggunakan kekuatan itu untuk balas dendam atau menjadi penjaga harmoni dunia persilatan. Dengan latar penuh keindahan budaya Sunda dan dunia persilatan yang keras, cerita ini mengisahkan pertarungan fisik, spiritual, dan batin di tengah konflik yang memperebutkan kekuasaan ilmu sejati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Topannov, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menembus Salju Abadi

Kelompok Rangga mendekati wilayah dataran tinggi bersalju yang menjadi tempat tinggal penjaga berikutnya. Cuaca ekstrem dan jebakan alami menjadi tantangan baru yang menguji ketahanan fisik dan mental mereka. Di tengah perjalanan, mereka menemukan petunjuk penting tentang peran penjaga terakhir yang akan menentukan nasib Tapak Angin Kendan.

---

Angin dingin berhembus kencang, membawa butiran salju yang menusuk wajah seperti ribuan jarum kecil. Langkah kaki Rangga terbenam di dalam salju tebal, membuat setiap langkah terasa seperti beban tambahan. Ia memeluk tubuhnya dengan kedua tangan, mencoba mengusir dingin yang merayap ke dalam lapisan bajunya.

“Ki, kau yakin tempat ini bisa dihuni?” tanya Larasati, yang wajahnya mulai memerah karena cuaca dingin.

Ki Jayeng Larang, yang berjalan di depan, menoleh sambil tersenyum samar. “Banyak hal yang tampak mustahil di dunia ini, Laras. Tapi ingat, para penjaga selalu memilih tempat yang tidak akan mudah ditemukan oleh siapa pun.”

“Tempat ini lebih dari sekadar sulit,” keluh Larasati. “Rasanya seperti kita sedang berjalan menuju ujung dunia.”

Ki Arya Wedana, yang tampak tenang meskipun angin terus menghempas, menunjuk ke arah pegunungan di kejauhan. “Di balik pegunungan itu, kau akan menemukan kebenaran. Tapi hanya jika kau sanggup melewatinya.”

---

Setelah berjam-jam berjalan tanpa henti, mereka tiba di sebuah celah sempit di antara tebing yang menjulang tinggi. Jalan itu terjal dan dipenuhi es licin, memaksa mereka bergerak perlahan.

“Kita harus berhati-hati,” kata Ki Arya sambil mengamati dinding tebing. “Ada banyak jebakan alami di tempat seperti ini. Satu kesalahan kecil saja bisa membuat kita terjatuh.”

Rangga mengangguk, menatap jalan setapak yang tampak seperti labirin beku. Namun, saat mereka melangkah lebih jauh, suara gemuruh pelan mulai terdengar.

“Apa itu?” tanya Larasati, matanya melebar.

Ki Jayeng menatap ke atas dengan serius. “Salju longsor. Kita harus cepat keluar dari sini.”

Mereka mempercepat langkah, tetapi gemuruh itu semakin keras. Salju dari puncak tebing mulai runtuh, mengalir turun dengan kecepatan yang mengerikan.

“Lari!” teriak Ki Arya, melompat ke depan dengan tongkatnya sebagai penyeimbang.

Rangga menggenggam tangan Larasati, menariknya untuk berlari secepat mungkin. Angin dingin dari longsoran salju menyapu punggung mereka, membuat napas terasa berat.

“Kita tidak akan sempat!” seru Larasati dengan nada panik.

Rangga berhenti sejenak, memejamkan mata untuk memfokuskan pikirannya. Ia merasakan aliran angin di sekitar, mencoba menyatukan energinya dengan kekuatan alam. Ketika ia membuka matanya, sebuah pusaran angin kecil terbentuk di depan mereka, menciptakan perisai yang cukup untuk menahan sebagian salju.

“Cepat! Lewati celah itu!” teriak Rangga, menunjuk ke sebuah gua kecil di sisi tebing.

Mereka berlari ke dalam gua tepat sebelum longsoran salju menutup jalan di belakang mereka.

---

Di dalam gua, suasana berubah menjadi sunyi. Hanya suara napas terengah-engah mereka yang terdengar, bercampur dengan detak jantung yang masih berdetak kencang karena adrenalin.

“Kau melakukannya lagi,” kata Larasati, menatap Rangga dengan kekaguman. “Kau menyelamatkan kita.”

Rangga hanya tersenyum kecil, meskipun tubuhnya masih gemetar karena kelelahan. “Aku hanya mencoba yang terbaik.”

Ki Arya menepuk bahunya dengan lembut. “Itulah yang dibutuhkan dari seorang penjaga. Kau menggunakan kekuatanmu untuk melindungi, bukan untuk menghancurkan.”

“Tapi ini baru permulaan,” kata Ki Jayeng, yang sudah berdiri di mulut gua, mengamati jalan yang baru saja tertutup salju. “Kita harus menemukan jalan keluar lain jika ingin melanjutkan perjalanan.”

---

Mereka beristirahat sejenak di dalam gua, memanfaatkan kehangatan alami dari dinding batu untuk mengusir dingin. Larasati mengeluarkan bekal kecil yang mereka bawa, membagi roti kering dan air untuk semua orang.

“Ki,” tanya Rangga setelah menelan sepotong roti. “Apa yang kita cari dari penjaga berikutnya? Apa yang membuatnya berbeda dari yang lain?”

Ki Arya terdiam sejenak, menatap jauh ke dalam api kecil yang mereka buat. “Penjaga berikutnya adalah kunci,” katanya akhirnya. “Ia tidak hanya memiliki bagian dari Tapak Angin Kendan. Ia juga memiliki pengetahuan tentang asal-usul ilmu ini. Tanpa dia, perjalananmu tidak akan pernah lengkap.”

“Jadi, dia yang paling penting?” tanya Larasati.

“Bisa dikatakan begitu,” jawab Ki Arya. “Tapi itu juga berarti dia adalah yang paling sulit ditemukan. Dan mungkin yang paling keras kepala.”

---

Setelah beberapa jam, mereka menemukan jalan keluar dari gua dan melanjutkan perjalanan. Pegunungan di depan mereka tampak semakin dekat, tetapi udara semakin dingin dan sulit untuk dihirup.

“Kita hampir sampai,” kata Ki Jayeng, meskipun suaranya terdengar lemah.

Namun, sebelum mereka bisa melangkah lebih jauh, suara langkah kaki terdengar dari belakang. Rangga berbalik dengan cepat, tongkatnya terangkat. Dari balik bayangan, muncul sekelompok orang berpakaian tebal dengan senjata terhunus.

“Sepertinya kita bukan satu-satunya yang ingin sampai ke sana,” gumam Larasati, merapat ke belakang Rangga.

“Bersiaplah,” kata Ki Arya dengan nada serius. “Mereka tidak datang untuk berteman.”

Rangga mengambil posisi bertahan, matanya fokus pada musuh di depan. Ia tahu bahwa ini hanya salah satu dari banyak ujian yang menunggunya di perjalanan ini.

“Kalau begitu,” kata Rangga dengan suara tegas, “kita hadapi mereka.”

---

Kelompok Rangga berhasil menembus salju abadi dan mendekati tempat penjaga berikutnya. Namun, ancaman baru dari musuh tak dikenal memaksa mereka untuk terus berjuang.

1
Pangkalan 2405
up
Sri Wulandari Buamonabot
tolong gunakan bhs Indonesia...
tdk semua ngerti bahasa daerah lainnya
Pannov: baik kak, terimakasih masukannya
total 1 replies
Pannov
"Wow, novelnya bener-bener seru dan bikin penasaran! Ceritanya ngalir banget, karakternya juga terasa hidup. Salut buat penulisnya, sukses banget bikin pembaca susah lepas dari halaman ke halaman!"
Feri Fernando
menarik cerita ini
Pannov: terimakasi banyak kk, saya akan buat lebih seru lagi deh
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!