Ka Rani hiks,tolong aku suamiku dipecat dari pekerjaannya dan dia pergi meninggalkan aku dengan wanita lain padahal aku sedang mengandung darah dagingnya.Aku tak punya siapapun lagi selain Kaka." Ucap Rena adik satu-satunya Rani
" Bagaimana bisa jadi seperti ini Rena,Lantas bagaimana kondisimu saat ini?"
" Aku luntang Lantung dijalan ka,rumahku baru saja disita pihak bank karena sertifikat rumahnya dijaminkan mas Reno untuk pinjaman di bank dan ternyata mas Reno ditak membayar cicilannya selama berbulan-bulan.
" Ya Tuhan malang sekali kamu Ren,sebentar Kaka diskusi dulu dengan mas Langit,Kaka mau minta izin untuk kamu tinggal bersama Kaka."
" baik ka terimakasih.
Beberapa saat kemudian.....
" hallo Ren!"
" Iya ka bagaimana?
" sekarang posisi kamu ada dimana,mas Langit setuju dan Kaka akan menjemputmu saat ini juga!"
" Allhmdulillah,baik ka terimakasih.Aku ditaman sakura jalan kenangan blok d.Kaka beneran mau kesini ka?"
" Iya dek,kamu jangan kemana-mana sebelum Kaka datang ya!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atha Diyuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 19 kenyataan pahit
Setelah makan malam Sarifah dan Rani masuk kedalam kamar,mereka benar-benar tidur bersama dikamar sementara Langit tidur disofa ruang tengah.
" Ran apa gak papa ya suamimu tidur diluar,apa mamah saja tidur disana.Mamah gak papa ko,mamah hawatir kalau tengah malam nanti.."
Sarifah tak melanjutkan ucapannya,ia berusaha membuang fikiran buruk tentang anaknya.
" Nanti apa mah,hayo mamah mikir apa coba? Udah mas langit biar tidur diluar aja,kan aku emang kangen pengen tidur bareng mamah." Ucap Rani yang kemudian memeluk sarifah dan tak selang beberapa lama terdengar dengkuran halus dari Rani sementara Sarifah masih belum bisa memejamkan matanya.
" Ya Tuhan kenapa aku begini,semakin ingin tidak memikirkan Rena dan langit justru aku semakin tidak tenang." Sarifah lantas berusaha memejamkan matanya namun tetap saja,fikirannya terus tertuju pada Rena dan Andre.Hantinya semakin gelisah dan matanya tak bisa terpejam.
Ditengah kegelisahannya ibu kandung langit merasa haus kemudian dja melepas tangan Rani yang melingkari tubuhnya.Perlahan sarifah bangun dari tidurnya.Ia berniat untuk mengambil air minum karena selain karena haus biasanya saat minum air putih saat gelisah bisa membuat Sarifah lebih tenang.
Sarifah membuka pintu tanpa mengeluarkan suara,entah mengapa wanita paruh baya itu ingin keluar tapi tidak ingin ada orang lain tau jika dia tengah terjaga.Entah kegelisahan macam apa yang tengah ia rasakan.
Deg
Sarifah mematung sejenak saat dia melewati ruang tamu namun tidak menemukan keberadaan langit diatas sofa.Kaki dan matanya langsung tertuju pada pintu kamar Rena yang masih menyala padahal waktu sudah menunjukkan pukul 01.00 yang biasanya semua orang sudah terlelap dan sudah berada didalam mimpi.
" Tidak ini tidak mungkin,anakku tidak mungkin ada didalam sana." Gumam Sarifah, dugaan-dugaan langsung memenuhi isi kepalanya.Sekuat ia berusaha untuk menahan namun tetap saja dia tidak bisa diam begitu saja.
Awalnya Sarifah berusaha untuk tidak terpengaruh dengan lampu kamar Rena yang masih menyala.
Sarifah berjalan menuju ke dapur untuk mengambil air minum dan juga membawa satu gelas penuh untuk berjaga-jaga barang kali menantunya akan terbangun dan kehausan.
" Ahhhh, pelan-pelan mas."
Langkah Sarifah terhenti saat mendengar desahan Rena.Jantungnya seakan berhenti berdetak, keringat dingin mulai muncul.Fikirannya dipaksa untuk membayangkan kemungkinan-kemungkinan yang akan tetjadi.
" Tidak,aku mungkin salah dengar.Ini tidakj mungkin." Suaranya terdengar berat dan bergetar.
Langkahnya limbung,meskipun suara itu tidak terlalu jelas namun sebagai orang yang sudah menikah dia paham suara itu berasal dari dalam kamar Rena.Tanpa bertanyapun Ibu kandung langit itu faham aktivitas apa yang sedang terjadi didalam kamar tersebut.
" Emmpttth,ahhhh Maas akuu aaaahhhh Maas akuu hampir sampai lagi mas." Rintih Rena.
Suaranya terdengar semakin membuat dada Sarifah bergemuruh dengan hebat,ingin sekali dia membuka pintu, melihat dan memastikan siapa laki-laki yang tengah bergumul dengan Adik menantunya.
Tangan sarifah mengepal dengan erat lalu wanita tua itu gegas kembali kekamar menantunya dan membangun Rani namun dengan lembut.Air matanya tanpa sadar terjatuh saat melihat wajah damai Rani yang tertidur dengan lelap.
" Ran bangun Ran!" Bisik Sarifah.
Plaap
Rani membuka mata dan sedikit terkejut melihat wajah ibu mertuanya.
" Ad.."
" Sssstttt!" Sarifah memberikan isyarat pada Rena agar tidak mengeluarkan suara,Rani yang baru bangun antara sadar dan tidak dia menurut saja dan mengikuti arahan ibu mertuanya untuk keluar kamar.
Sarifah sudah bertekad tidak ingin memberi tahu Rani namun dia ingin Rani mendengar langsung apa yang ia dengar dari dalam kamar adik kandungnya.
Rani menatap wajah Sarifah seolah bertanya lewat tatapan matanya saat mereka sampai didepan pintu kamar Rena dan lagi-lagi Sarifah hanya memberikan isyarat dengan jari telunjuknya yang diletakan dibibir Rani.
" Ahhhhh mas aku mau aaahhhh sampai lagi aaahhh eemmpttth aahhh ahhh."
Blaam
Mata Anjani membulat dengan sempurna saat mendengar suara yang dihasilkan dari Rena terlebih saat mendengar erengan seseorang yang ia paham betul siapa pemilik suara tersebut.
Suara erangan saat seseorang mencapai puncak kenikmatan setelah bergulat diatas ranjang.
Kaki Rani terasa lemas dengan airmata yang sudah mengalir deras tanpa dikomando.Dadanya berdenyut nyeri nafasnya begitu sesak dan tubuhnya hampir saja limbung,jika saja Sarifah tidak menopangnya dari samping.
Istri langit tidak bisa berkata apapun lagi, mulutnya terkunci dan tubuhnya terdiam membeku.
Greeep
Gauri menggenggam tangan menantunya yang sudah sedingin es.
" Kamu tau apa yang harus kamu lakukan?" Tanya ibu mertua Rani.
Sementara Rani hanya mengangguk saat mendapatkan pertanyaan dari ibu mertuanya.
Dua wanita beda usia itu lantas kembali lagi kekamarnya namun tidak untuk tidur melainkan untuk mengemasi semua pakaian dan juga barang-barang Rani.
Setelah semua selesai Sarifah menatap Rani begitu dalam.
" Kamu yakin tidak ingin menggerebek mereka setelah tau semuanya?" Tanya Sarifah.
Rani terlihat menarik nafas panjang lalu menghembuskan perlahan.Kemudian wanita cantik itu mengusap air matanya dengan kasar.
Berkali-kali Rani terlihat seperti menhan laju air matanya agar tak terjatuh.
"Sayang." Panggil Sarifah sembari menggenggam telapak tangan Rani yang makin terasa dingin.
" Aku baik-baik aja mah."jawab Rani, tenggorokannya terasa tercekat saat mengatakan itu,tidak ada wanita yang baik-baik saja setelah mendengar dan tau jika suaminya berbagi keringat dengan wanita lain,apa lagi wanita itu adalah adik kandungnya sendiri.
" Kita pergi besok, sekarang kita harus kasih pelajaran buat mereka,kala kamu gak berani ngomong biar mamah yang ngomong." Ucap Sarifah hendak membuka pintu kamar dan Rani yang sadar cepat-cepat mencegahnya.
" Mah,aku tidak mau melakukannya bukan berarti aku takut.Aku hanya tidak ingin membuat harga diri mas Langit hancur karena kepergok oleh ibunya sendiri.Mungkin kalau tidak ada mamah aku akan menarik mereka berdua dan meluapkan kemarahanku,rasa sakit dan kecewanya aku atas penghianatan mereka.Tapi disini aku lebih menghargai perasaan mamah,aku tau mamah kecewa tapi aku juga tau seorang ibu tidak akan tega melihat anaknya hancur harga dirinya didepan matanya sendri.Dengan aku tau semuanya itu sudah cukup mah,aku tidak ingin mendengarkan alasan apapun atau pembelaan apapun dari mereka berdua.Aku sudah yakin dengan keputusanku,aku tak ingin lagi melihat wajah mereka." Ucap Rani dengan wajah yang sudah basah karena air matanya.
Tubuh Rani bergetar hebat dan tangannya sedingin es,namun wanita itu tetap berusaha terlihat kuat dan tegar didepan ibu mertuanya.
Greeep
" Maafkan mamah Rani maaf,hatimu terbuat dari apa Ran kamu begitu kuat dan tegar.Maaf sayang maaf hiks hiks." Ucap Sarifah.
Hati seorang ibu terluka dan hancur dihianati dan diprmalukan oleh putra yang sangat ia banggakan,jika tidak mendengar langsung mungkin Sarifah tidak akan percaya jika putranya berbuat sebejad itu dirumahnya,dengan terang-terangan padahal dia tau ada istri dan ibunya di kamar yang lain.
Rani melepas pelukannya tangannya terulur mengusap air mata ibu mertuanya dengan lembut.
Ia menatap mata Sarifah seolah ingin mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja.
Akhirnya dua wanita yang sama-sama tengah terluka memutuskan untuk keluar malam itu juga.Sarifah membantu Rani membawa koper-kopernya dan pergi tanpa meninggalkan apapun sebagi jejak.Sebelum pergi Rani sempat menatap begitu lama kedalam kamarnya.
Semua kenangan dan kebersamaannya dengan Langit selama ini masih tergambar jelas diingatannya.
" Mas aku tidak menyangka bahwa hari ini akan aku temui.Aku tidak sangka bahwa aku akan pergi dari rumah kita dengan cara seprti ini.Tapi aku sudah bertekad,disaat kamu menghianatiku dengan perempuan lain maka dihari itu juga hubungan diantara kita berakhir semuanya.Dari sekian banyak wanita kamu memilih Rena sebagai selingkuhanmu,tak hanya luka yang kamu torehkan tapi juga kehancuran yang kamu berikan.Aku tidak tau dan aku tidak pernah menyangka semuanya terjadi kepadaku.Kalian sangat menyakitiku begitu dalam." Batin Rani.
Air matanya kembali menetes namun cepat ia usap agar ibu mertuanya tidak melihat itu.
Rani berusaha menguatkan hatinya dan memantapkan bahwa langkah yang akan ia ambil sudah sangat tepat.
Sementara didalam kamar Rena dan langit sama-sama terlelap karna kelelahan.
Mereka sama-sama tidur dalam satu selimut namun masih tanpa busana.
Pakaian keduanya berceceran dilantai,bahkan Rena tak mengingat apa pesan dokter mengenai kesehatan kandungannya.Malam ini mereka melakukannya berulang kali sampai keduanya kelelahan.
Empptttthhhhh
" Mas kamu masih disini,sebentar lagi pagi dan kamu masih disini mas bagaimana kalau mama atau ka Rani bangun duluan dan curiga karena ngelihat kamu gak ada disofa." Ucap Rena dengan panik saat tersadar Langit masih bersamanya.
" Sebentar lagi sayang,mas masih lelah rasanya." Ucap langit dengan mata masih terpejam.
" Mas ayo dong mas ayo cepetan ada mamah kamu loh!" desak rena.
Langit gegas bangun dan memakai semua pakaiannya.Setelah selesai Langit lantas keluar sementara Rena memilih mandi agar tak membuat curiga saat bangun nanti karena rambutnya masih basah.
Suami Rani kembali kesofa dan melanjutkan tidurnya tanpa berfikir panjang karna dia sudah sangat kelelahan.
Pagi -pagi sekali Ren sudah bangun setelah memastikan rambutnya benar-benar kering adik kandung Rani itu pergi keluar namun begitu keluar Rena merasa ada yang aneh dengan keadaan rumahnya yang mendadak terasa hening.
Biasanya saat Rena bangun Rani pasti sudah bangun terlebih ada ibu mertua Rani yang biasanya bangun sangat pagi.
" Ah akhirnya mereka belum bangun,tapi tumben si ka Rani belum bangun padahal ini sudah subuh." Gumam Rena seorang diri.
Rena lantas menuju dapur dan dapur masih tampak rapih,wanita hamil itu kemudian melakukan aktivitasnya seperti biasa memasak dan menyiapkan sarapan untuk Kaka ipar dan juga kakanya Rani.
" Em,aku harus masak yang enak biar disayang calon mertua." Kekeh Rena.
Bersambung.....
kalau ada waktu luang mampir ya di novel aku juga.
"aku dan teman kamarku."