apa jadinya kalau seorang istri dari CEO ternama selalu dipandang sebelah mata di mata keluarga sang suami.
kekerasan Verbal sekaligus kekerasan fisik pun kerap dialami oleh seorang istri bernama Anindyta steviona. memiliki paras cantik ternyata tak membuat dirinya di hargai oleh keluarga suaminya.
sedangkan sang suami yang bernama Adriel ramon hanya mampu melihat tanpa membela sang istri.
hingga suatu hari Anin mengalami hal yang membuat kesabaran nya habis.
akan kah Anin dapat membuat keluarga suaminya itu menerima balasan dendam darinya. semua jawaban itu terkuak dari novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifa Riris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Tubuh Anin melepas seketika. Hingga kakinya tak mampu untuk dapat ia tumpukan lagi diatas lantai. Fikirannya kacau dan jantungnya berpacu seakan ingin terlepas dari tempatnya.
"Eyang! Nggak mungkin, Eyang!" Anin tak henti-hentinya mengatakan hal itu sejak tadi.
Di hari itu ia mendapat kabar dari luar negeri, tempat Eyang nya dirawat. Bahwa Eyang nya telah meninggal karna serangan jantung yang mendadak.
"Apa yang harus aku lakukan setelah ini Eyang?" Mulut Anin lagi-lagi berucap lirih.
*******
Pemakaman
Satu persatu pelayat pun pergi meninggalkan area pemakaman.
Berbeda dengan Anin yang masih menatap batu nisan Eyang yang telah ia anggap sebagai Eyang kandungnya sendiri. Sembari duduk berjongkok di samping makam Eyang sastro.
Sementara itu Nita dan mamanya yang tak terlalu dekat dengan Eyang nya. Tentu malah senang akhirnya setelah ini mereka dapat mengusir Anin dalam hidup mereka untuk selamanya.
Jessica pun telah berada di dekat Adriel. Seperti seorang istri yang memberi ketenangan pada suaminya.
"Anin!" Panggil mama mertuanya.
Tanpa menjawab Anin menatap sekilas kearah mama mertuanya.
"Kami mau pulang. Kalau kamu mau disini, yaudah nggak papa. Tapi jangan lama-lama ada hal penting yang saya ingin omongin ke kamu."
Merasa tau apa yang akan di bicarakan oleh mertuanya. Anin pun hanya mengangguk paham.
Matanya terfokus pada baru nisan Eyang sastro. Wanita yang telah berjanji akan selalu menjaganya seperti cucunya sendiri.
Sementara mertua dan adik iparnya yang hendak pergi. Akan tetapi langkah kaki mereka terhenti karna Adriel malah terdiam menatap Anin.
Tentu Jessica pun tetap berada di samping Adriel, ikut terheran. Mengapa Adriel tetap tak bergeming dari tempatnya. Dan malah menatap lekat kearah Anin.
"Adriel!" Sentak mamanya. "Ayok! Ngapain kamu masih di situ, ini udah mau malem." Imbuh mamanya kembali.
Seakan tak ingin terlalu lama Adriel bersama istri yang akan segera ia minta untuk menceraikan nya. Mamanya pun langsung menekankan kalimat agar Adriel segera pergi bersamanya.
"Aku disini dulu. Kalian pulang aja duluan." Jawab Adriel.
Bukan Jessica namanya kalau diam saja melihat Adriel mulai simpati pada Anin. "Mas! Ini udah mau malem, besok kita kesini lagi yah." Ucap Jessica.
Mendengar percakapan antara suaminya dan wanita yang tak lain adalah selingkuhan nya. Membuat Anin merasa terhina berkali-kali.
Sontak Anin mengatakan dengan nada cukup pedas pada kedua manusia yang tengah berdiri layaknya suami istri itu. "Bisakah kalian pergi? Apa kalian ingin bermesraan di depan makam Eyang? Setidaknya rasa malu masih kalian punya."
"Anin..." Ucap Adriel, akan tetapi lengannya di rangkul oleh Jessica.
Seakan ingin menasehati Adriel. "Mas! Mungkin Anin ingin berbincang lebih lama dengan Eyang. Beri dia ruang untuk meluapkan kesedihan nya." Ujar Jessica.
Merasa apa yang di ucapkan Jessica ada benarnya. Adriel pun mengangguk paham dan mengiyakan ucapan Jessica.
Mereka semua pergi meninggalkan Anin sendiri di makam itu.
Melihat mereka pergi meninggalkan nya, Anin meluapkan segala rasa sakitnya selama ini.
"Eyang! Apa yang harus Anin lakukan setelah ini? Hiks hiks hiks..... A-Anin nggak kuat jalani sendiri semua ini. Eyang, hiks hiks hiks."
Ucapan Anin pun berakhir dengan memeluk baru nisan Eyang sastro.
Di makam, dengan suasana langit yang sudah mulai gelap. Anin serasa ingin ikut bersama Eyang nya. Setelah bapaknya meninggal tak ada lagi yang menyayanginya seperti Eyang sastro menyayangi dan melindunginya seperti cucu kandungnya sendiri.
*******
Pukul 17.30
Anin berjalan keluar dari area makam.
Matanya masih sembab pertanda ia sehabis menangis.
Merasa tak mempunyai tempat tujuan untuk pulang. Karna jika sekarang ia pulang ke rumah Adriel, pasti mertuanya akan meminta dirinya untuk bercerai dengan Adriel.
"Apa aku pulang ke rumah ibuk dulu aja yah?" Pikir Anin.
Tak ingin terlalu berfikir panjang. Anin meraih ponselnya dan memesan taxi untuk dirinya pergi dari pemakaman itu.
Beberapa waktu kemudian.
Taxi pun datang. Anin melangkah masuk kedalam Taxi.
"Antar kan saya ke komplek simpang 3 pak." Ucap Anin.
"Baik mbak."
Taxi pun melaju meninggal kan pekarangan depan makam.
Dalam perjalanan Anin menatap pemandangan luar jendela. Ia ingat betul awal mulai dirinya diminta oleh Eyang sastro untuk menikahi cucu nya.
Flashback on
"Kamu sudah tau kalau saya adalah orang yang di Selamat kan oleh bapak mu dulu kan?" Tanya Eyang sastro pada gadis cantik yang tak lain adalah Anin.
Dengan malu Anin menganggukkan kepalanya.
"Bapak mu dulu selalu bercerita tentang anak sulungnya yang pintar dan cerdas. Tapi bapak kamu lupa menceritakan bahwa anak sulungnya begitu sangat cantik." Imbuh Eyang sastro.
Lagi-lagi Anin hanya tersenyum simpul.
Sembari memegang lembut tangan Anin. Eyang sastro bertanya pada gadis itu. "Apa kamu sudah memutuskan untuk tentang perjodohan kamu dan cucu saya?"
Anin terdiam. Matanya menatap manik mata Eyang sastro yang penuh dengan ketulusan. Fikirannya pun mengingat ucapan ibunya yang mengatakan, bahwa menikahi cucu Eyang sastro akan membantu kondisi keuangan mereka.
Serasa berat akan menikah diusia muda. Bahkan merelakan cita-cita nya menjadi seorang dokter. Anin pun akhirnya menjawab. "Anin setuju Eyang."
"Syukurlah!"
Ibu, adik hingga Eyang sastro tersenyum bahagia mendengar keputusan Anin.
Mata Anin menatap satu persatu semua orang di ruang tamu rumahnya itu. Dalam hati Anin berkata."Mungkin aku nggak bisa jadi dokter. Tapi setidaknya aku bisa membuat orang di sekitarku tersenyum atas apa yang aku lakukan."
Flashback off
"Maaf mbk udah sampek." Ucap sopir taxi.
Membuat lamunan Anin pun berakhir.
"Emm... Iyah pak, ini." Tangan Anin menyodorkan uang pada sopir taxi. "Makasih yah pak." Imbuh Anin.
Langkah kaki gadis itu pun melangkah kearah rumahnya. Sudah lama ia tak pernah datang ke rumah itu. Memang benar, kalau dirinya tidak menikah dengan Adriel.
Mungkin keluarganya itu akan tetap tinggal di desa dengan rumah kecil yang tak layak di huni.
"Mbak Anin!"
Nama nya pun di panggil oleh suara yang tak lain adalah Arin. Adik kandungnya sendiri.
Anin membalikkan tubuhnya. "Arin! Kamu baru pulang dari kampus?" Jawab sekaligus Anin bertanya balik.
Bukannya memeluk kakak yang sudah lama tak bertemu. Arin malam menatap tak suka kearah Anin. "Mbak ngapain kesini? Terus suami mbak kemana?"
"Mbak.... " Ucapan Anin terhenti.
"Anin! Ngapain kamu disini? Kamu sendiri kesini? Terus kenapa kamu kamu pakek pakaian hitam kayak gitu?"
Ibu yang ia rindukan itu pun juga sama. Tak memeluk ataupun menanyakan kabar nya sama sekali.
"Anin mau nginep disini malam ini buk." Jawab Anin.
Ibunya dan adiknya saling pandang. Seakan tak menyetujui ucapan Anin yang ingin menginap di rumah nya.
Tanpa diminta untuk masuk kedalam rumah. Ibunya bertanya. "Kamu buat kesalahan apa sampek nggak pulang ke rumah suami kamu?"
"Anin nggak buat kesalahan buk." Jawab Anin.
"Lalu? Buat apa kamu menginap di rumah ini?"
Kepala Anin pun menunduk. Hatinya terasa sakit ketika ibunya sendiri tak menerimanya di rumah yang bahkan Anin merelakan semuanya, demi rumah yang kini di tinggal li ibu dan adiknya itu.
Nita pun ikut angkat bicara. "Mbak! Jawab ibuk, kenapa mbak diam aja. Mbak tau sendiri kan, kehidupan kita bergantung pada hubungan mbak dengan keluarga suami mbak itu."
Perlahan Anin menghembuskan nafas berat. Matanya menatap kearah dua wanita di depan nya. "Kalian tidak mengizinkan aku menginap disini?"
"Bukan seperti itu maksud ibuk. Tapi kamu sebagai istri itu seperti nggak becus jadi seorang istri sampek harus pergi dari rumah suamimu." Sahut Ibunya.
"Ibuk!" Sentak Anin. "Bisa nggak sih ibuk dengerin ucapan Anin. Sebenernya Anin ini anak ibuk nggak sih? Kenapa ibuk selalu buat Anin merasa sendiri di hidup ini?"
Bukannya iba. Tapi ibunya itu malah menatap kesal kearah Anin. "Kalau kamu hamil dan nggak mandul. Keluarga bahkan suamimu itu, akan menyayangi kamu."
"Aku nggak mandul buk!" Anin tersenyum remeh. "Aku lupa, kalian pasti takut kalau aku sampai berpisah dengan Mas Adriel. Kalian akan jatuh miskin seperti dulu lagi kan?"
Plakk
Bersambung.
bingung ihhh liat si othor
apa karena bacanya malam2 😂
turut berdukacita sedalam - dalam nya yaa Thor 😔🙏🙏🙏
semoga Othor dan keluarga yg ditinggalkan diberikan keluasan dalam sabar dan keikhlasan menerima takdir dr yg Maha Kuasa 🙏🙏😢
terimakasih juga masih menyempatkan untuk up 🙏🙏🙏🙏
nexxxttt 💞