Orang tua yang bercerai, keluarga yang berantakan, cinta yang menyakitkan di masa lalu sampai meninggalkan trauma yang mendalam, membuatnya tumbuh menjadi gadis yang nakal, suka membangkang, sering mabuk-mabukan, dan mengikuti balap liar. Sering kali dia ingin menyerah atas hidupnya, tetapi dia tidak senekat itu untuk mengakhiri nyawanya sendiri.
Marsya hanya sering menyakiti dirinya sendiri seperti menyayat lengannya, hanya untuk menyamarkan rasa sakit di hatinya.
Setelah lelah hidup di lingkungan yang menurutnya berantakan, ia memutuskan untuk pulang ke kota kelahirannya, menempati rumah mendiang neneknya,
akankah setelah merantau kehidupan Marsya akan membaik dan bisa melupakan traumanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rainy_day, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Trauma
Marsya duduk termenung di dalam angkutan umum, dia tidak ingin berdekatan dengan banyak orang saat ini jadi dia mendudukkan diri di samping pengemudi, dia masih menenangkan detak jantungnya yang berdetak sangat cepat.
Ddrrttt ddrrtttt
Marsya meraih ponsel di dalam tas kecilnya, dan membuka pesan yang baru saja masuk dari Rayhan.
Rayhan :
kamu baik-baik aja? Ada apa?
Marsya mengabaikannya, untuk saat ini dia ingin menenangkan dirinya dulu, sebenarnya Marsya merasa tak enak hati pada Rayhan, dia merasa bersalah telah memperlakukan Rayhan seperti itu, tetapi itu respon tubuhnya yang reflek, Marsya tidak bisa mengendalikan dirinya.
'ada yang salah sama diri gua! Kenapa gua kaya gini? Sebelumnya biasa aja, di deketin cowok manapun biasa aja, bahkan temen gua pun kebanyakan cowok, tetapi kenapa? Saat Rayhan nyatain perasaannya dengan aura yang mirip dengan orang itu, detik itu juga gua gabisa ngendaliin diri'
Marsya menyandarkan tubuhnya pada kursi angkutan umum, dia memejamkan matanya dengan isi kepala yang penuh dengan pertanyaan.
'gua harus apa? gua harus bersikap bagaimana nanti kalau ketemu Rayhan lagi? Gua jadi ngerasa takut deket sama dia! Tapi dia pasti nemuin gua terus'
"Neng sudah sampai" terdengar suara pengemudi mengejutkan Marsya dari kemelut hatinya, memang sebelumnya Marsya sudah memberitahu kepada sang supir untuk di berhentikan di gang dekat rumahnya.
"oh iya makasih pak" ucap Marsya sambil menyerahkan sejumlah uang kepada sang supir, lalu turun dari angkutan umum tersebut dan melangkahkan kaki menuju rumah.
"Assalamualaikum" ucap Marsya saat sudah sampai di depan rumah peninggalan neneknya. Rupanya orang-orang rumah sedang berkumpul di teras depan rumah, ada pula Bi Dita yang mungkin sedang berkunjung untuk melihat keadaan Kakak-Kakaknya.
"Walaikumsalam"
Marsya lalu menyalami mereka semua dan ikut mendudukkan dirinya di teras depan rumah.
Marsya ikut mengobrol dengan keluarganya, tetapi dia tidak bisa fokus sepenuhnya dengan obrolan tersebut karena terus terpikirkan kejadian saat di tempat kerjanya. Marsya beranjak dari duduknya, dan masuk ke dalam rumah, dia mengganti pakaiannya lalu merebahkan diri di kasurnya. Dia terpikir ingin memeriksakan dirinya ke dokter karena dia merasa ada yang tidak beres dengan dirinya yang tidak bisa mengendalikan diri saat kejadian tadi, tetapi dia terus merasa ragu, apakah dia harus?
*****
Hari baru telah tiba, Marsya mempersiapkan diri untuk pergi bekerja, meskipun dirinya terus terpikirkan oleh kejadian yang dialaminya kemarin, tetapi dia tetap harus bekerja, urusan dia akan bersikap seperti apa saat bertemu Rayhan, dia pasrah saja. Untungnya selama jam kerjanya Rayhan tidak menghampiri Marsya, meskipun dia melihat Marsya dari kejauhan tetapi dia tidak menghampiri Marsya dan Marsya pun akan berusaha untuk terus menghindarinya.
"Teh Anita, aku istirahat duluan boleh?" ucap Marsya pada Anita, dan Anita pun mengizinkan Marsya untuk istirahat duluan, karena dia merasa kasihan kepada Marsya yang wajahnya terlihat sangat pucat seperti sedang tidak enak badan.
Marsya melangkahkan kakinya untuk keluar dari area kerjanya, Marsya memutuskan beristirahat di warung dekat parkiran tempat kerjanya saja, dan memesan mie instan, dia merasa tidak bertenaga untuk berjalan lebih jauh, Marsya mendudukkan dirinya di kursi yang tersedia di warung tersebut.
"Marsya"
Deg
Marsya terdiam di tempatnya, mendengar suara yang sangat dia kenali dan teringat kejadiannya kemarin, dia merasa tubuhnya tak bertenaga, dia ingin pergi, tetapi dia tidak bisa menggerakkan kakinya, dia terdiam dan hanya menundukkan kepalanya.
"Marsya kamu kenapa hmm? kenapa kamu ngehindarin aku terus?"
Marsya melirikkan matanya kearah suara tersebut, jarak mereka hanya terpaut 3 meter, Rayhan tidak berani mendekat kearah Marsya, dia takut Marsya menjauhinya lagi. Marsya menatap Rayhan dengan matanya yang berkaca-kaca, rasa sesak mulai menyerang dadanya kembali, Marsya memukul dadanya untuk menghilangkan rasa sesak tersebut.
Marsya mengalihkan pandangannya, dia mengatupkan giginya, rahangnya mengeras menahan sesak di dadanya sekaligus menahan amarah pada dirinya sendiri, dia mengutuk dirinya sendiri karena lagi-lagi dia tidak bisa mengontrol diri.
"Marsya kamu tenang ya, atur nafas, aku gabisa bantu kalo kamu kaya gini, tenangin diri oke, aku ga akan jahatin kamu" ucap Rayhan dengan suaranya yang lembut, sepertinya dari bagaimana sikap Marsya kepadanya, dia mengetahui bahwa Marsya mempunyai trauma.
Melihat Marsya yang tidak bergeming dari tempatnya dengan tatapannya yang kosong, membuat Rayhan menjadi semakin khawatir, Rayhan melangkahkan kakinya mendekati Marsya dan mendudukkan dirinya di samping Marsya.
"Marsya" ucap Rayhan menggenggam tangan Marsya sontak membuat Marsya terkejut dan terlihat semakin ketakutan.
"lepas brengsek" Marsya mendorong tubuh Rayhan, tetapi Rayhan tidak bisa membiarkannya begitu saja, Rayhan merasa sangat khawatir dan sedih melihat Marsya yang biasanya terlihat dingin dan emosian seketika menampilkan ekspresi yang begitu ketakutan, kesakitan, sampai tubuhnya pun bergetar hebat.
"kamu tenang ya, ada aku, aku ga akan apa-apain kamu, aku ga akan jahatin kamu Marsya" ucap Rayhan mendekap tubuh Marsya yang terus memberontak di dalam pelukannya.
"Lepasin gua sialan!" ucap Marsya menekan setiap kata-katanya dengan tubuhnya yang bergetar hebat, Rayhan menitikan air matanya, dia merasa sedih, seberapa berat kehidupan yang dijalani oleh gadis yang sangat dia sayangi ini sampai membuatnya seperti ini, tak dia hiraukan pandangan orang-orang di sekitarnya, dia hanya ingin menenangkan gadisnya.
"Marsya dengerin aku oke, aku ga akan apa-apain kamu, aku ga akan jahatin kamu, kamu bisa percaya sama aku Marsya" ucap Rayhan dengan mengelus lembut kepala Marsya. Bisa Rayhan rasakan jika tubuh Marsya perlahan sudah mulai tenang, Rayhan terus mengelus kepala dan rambut panjang Marsya sampai akhirnya Marsya melepaskan pelukannya, terlihat matanya yang memerah dan masih berkaca-kaca.
"Tenang yaaa" ucap Rayhan lalu meminta kepada penjaga warung untuk membawakan air mineral dan membawakan pesanan Marsya. Marsya menerima air minum yang di berikan oleh penjaga warung dan langsung meminumnya.
"udah tenang hm?" tanya Rayhan, dan Marsya hanya menganggukkan kepalanya saja.
"Maaf Rayhan" gumam Marsya.
"gapapa, kalo udah tenang, kamu makan dulu ya" ucap Rayhan tersenyum, lalu menyerahkan mie instan pesanan Marsya.
"Rayhan, maaf, aku, sepertinya gabisa, aku gabisa deket-deket lagi sama kamu" ucap Marsya terbata-bata.
"kenapa? Bukannya selama ini kita cukup dekat?" ucap Rayhan menatap intens Marsya.
"aku...."
"aku mohon terima aku untuk ada di sisi kamu seperti biasanya, aku gabisa kalo kamu jauhin aku Marsya, aku tau kamu pasti punya alasan, tapi aku bisa terima apapun alasan kamu Sya, aku gatau seperti apa kehidupan yang sudah kamu lalui sampai bikin kamu jadi seperti ini, tapi izinin aku buat membersamai kamu Marsya, kita hadapin semuanya bareng-bareng" ucap Rayhan menatap sendu Marsya.
'gua takut gabisa kontrol diri gua sendiri Rayhan, gua takut suatu hari gua bakal nyakitin lo'
Marsya pun sebenarnya mempunyai perasaan yang sama terhadapnya tetapi karena dia mengalami trauma, dia tidak bisa mengendalikan dirinya, dia bingung harus bagaimana menghadapinya.
jika berkenan mampir juga dikarya baruku trimakasih😊