"Kejamnya ibu tiri tak sekejam ibu kota" peribahasa ini tidak tepat bagi seorang Arini, karena baginya yang benar adalah "kejamnya ibu tiri tak sekejam ibu mertua" kalimat inilah yang cocok untuk menggambarkan kehidupan rumah tangga Arini, yang harus hancur akibat keegoisan mertuanya.
Tidak semua mertua itu jahat, hanya saja mungkin Arini kurang beruntung, karena mendapatkan mertua yang kurang baik.
*Note: Cerita ini tidak bermaksud menyudutkan atau menjelekan siapapun. Tidak semua ibu mertua itu jahat, dan tidak semua menantu itu baik. Harap bijak menanggapi ataupun mengomentari cerita ini ya guys☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom's chaby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DELAPAN BELAS
Arini menolehkan kepala ke arah pintu. Degggg.......dia terkejut melihat Alfian masuk bersama seorang wanita cantik yang ia ketahui wanita itu adalah Sandra, istri keduanya. Bukan terkejut, lebih tepatnya mungkin terluka, apalagi Alfian menggandeng tangan perempuan itu dengan mesra, seolah ingin menunjukan kalau dia adalah pemilik wanita itu.
Mata Arini tiba-tiba berembun. Dia memalingkan muka, dan menarik nafas berusaha mengendalikan emosi dan sakit hati yang dia rasakan.
Tenang Arini....Tenang. Kamu harus kuat. Gumamnya dalam hati, menyemangati diri sendiri.
"Wa alaikum salam. Ehh...anak menantu ibu sudah datang." Suara bu Ratih tiba-tiba terasa menusuk di telinga Arini.
Apalagi sikapnya yang begitu hangat dan ramah, saat menyambut Alfian dan istri keduanya, membuat hati Arini kembali terasa sakit, sangat sakit.
Mana janji bu Ratih yang katanya tidak akan pernah menganggap Sandra sebagai menantunya?. Kenyataanya kini dirinya lah yang tidak dianggap sebagai menantu. Itulah yang Arini rasakan. Dia ingin pergi dari sana, tapi kakinya terasa begitu berat.
Sandra menyalami semua orang yang ada disana.
"Ini....siapa?." Tanya Sandra pura-pura. Padahal dia tahu, kalau itu adalah Arini. Istri pertama Alfian.
Nena dan Tedi saling pandang.
"Ini....."
"Arini." Jawab Arini memotong ucapan bu Ratih. Dia mengulurkan tangannya pada Sandra.
Hemm....berani juga dia. Batin Sandra.
"Ohh....mbak Arini. Saya Sandra. Senang bisa bertemu." Ucap Sandra basa-basi.
"Iya. Saya juga senang." Balas Arini. Seraya menatap Sandra dan Alfian bergantian.
"Eh ...kenapa berdiri saja. Ayo silahkan duduk." Kata Bu Ratih.
Sandra pun duduk, sedangkan Alfian masuk ke dalam kamar yang dulu dia tempati bersama Arini.
"Oh iya bu, hampir lupa. Ini....saya bawakan sedikit buah-buahan dan kue." Kata Sandra seraya memberikan kue dan buah yang dia bawa.
"Aduh kenapa harus repot-repot."
"Enggak repot kok bu. Tapi maaf, cuma sedikit."
"Sedikit apanya...banyak sekali ini mah. Makasih lo." Ucap bu Ratih dengan ramahnya.Terlihat sekali, perbedaan sikapnya pada Arini dan pada perempuan itu.
"Arini tolong bawa ini ke belakang, dan bikinin minum buat Sandra dan Alfian ya." Titah bu Ratih pada Arini.
"Baik bu." Jawab Arini.
Dia menuruti perintah ibu mertuanya itu dengan sangat berat hati. Membuatkan minum untuk madunya, Arini sempat berpikir akan menaruh racun di minumannya. Racun tikus, racun serangga atau racun apapun itu. Tapi tidak, akal sehatnya masih berfungsi dengan baik. Kalau dia meracuni madunya itu, sudah pasti dia akan masuk penjara, lalu bagaimana dengan nasib anaknya.
" Nena, tolong kamu ambilkan kue yang di lemari ya. Bawa ke sini. Biar Sandra mencobanya." Titah bu Ratih.
Semua makanan enak, disuguhkan pada menantu yang katanya tidak akan dia anggap sebagai menantunya. Bu Ratih mungkin lupa, kalau dia pernah berkata hanya Arini yang akan dia anggap sebagai menantunya, nyatanya malah sebaliknya.
Arini tersenyum getir dalam hati, melihat sikap bu Ratih yang begitu baik pada Sandra. Dia memperlakukan Sandra bak seorang Ratu, sedangkan dirinya diperlakukan seperti seorang pembantu.
"Ayah." Teriak Razka kegirangan sambil berlari ke arah Alfian yang baru saja keluar dari kamar. Anak itu langsung memeluk ayahnya, tapi Alfian malah menjauhkannya.
"Razka....kamu ini, main peluk sembarangan. Lihat tuh baju ayah, jadi kotor kan gara-gara kamu." Ucapnya sedikit membentak
"Arini kamu gimana sih, biarin Razka kotor-kotoran gini. Bawa gih, mandiin sana."
Kata Alfian, seraya menyerahkan Razka pada Arini. Razka menangis, entah sakit hati oleh ulah Alfian atau karena dia tidak mau mandi
Arini tak habis pikir dan gak menyangka Alfian akan bersikap seperti itu pada anaknya sendiri. Padahal Razka sangat merindukannya, tapi dia seolah tak peduli.
Arini memutuskan untuk pulang, tapi Nena menahannya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
.
.
.
Bersambung🌿
follow me ya thx all