Sinopsis
Seorang antagonis dalam sebuah cerita atau kehidupan seseorang pasti akan selalu ada. Sama halnya dengan kisah percintaan antara Elvis dan Loretta. Quella menjadi seorang antagonis bercerita itu atau bisa dikatakan selalu menjadi pengganggu di hubungan mereka.
Di satu sisi yang lain Quella ternyata sudah memiliki seorang suami yang dikenal sebagai CEO dari Parvez Company.
Tentu sangatlah terkesan aneh mengingat status Quella yang ternyata sudah memiliki seorang suami tapi masih mengejar laki-laki lain.
•••••
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lightfury799, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 7
Wajah Xaver memerah, matanya menyala dengan tatapan yang tajam terarah pada laki-laki itu. Dia mencoba menelan rasa aneh yang membara, namun sulit bagi Xaver untuk menyembunyikan emosi yang terlihat jelas di wajahnya. "Siapa dia?" tanya Xaver dengan nada yang mencoba terdengar tenang, namun jelas terdengar ada rasa tidak suka yang tersirat.
Quella sedikit terkejut dengan perubahan nada suara Xaver, matanya bertemu dengan mata Xaver yang begitu tajam, mengingatkannya saat pertemuan pertama mereka. "Oh, itu hanya Cintaku Elvis," jawab Quella lepas, tanpa merasa ada yang perlu ditutupi.
Terdiam akan ucapan itu, Xaver tersenyum sinis saat melihat dengan jelas bahwa Elvis terlihat begitu mencintai wanita yang sedang duduk bersama laki-laki itu. "Tapi sepertinya kisah cintamu cukup malang," ujar Xaver menatap remeh kearah Quella.
Tidak merasa tersinggung, Quella melanjutkan kembali makannya dan berkata. "Dia hanya sedang bermain-main, lagi pula Loretta jelas-jelas di bawah ku," Quella menatap penuh permusuhan pada Loretta.
"Bukankah sedikit menjijikan merebut milik seseorang," sindir Xaver yang ikut mulai menyantap makanannya.
Tersenyum kecil akan ucapan itu, sebelum menjawab Quella mengelap sudut bibirnya dengan napkin menandakan bahwa makannya telah usai. "Parvez ingat ini, aku tidak memperdulikan hal itu. Hanya satu yang perlu kamu ingat, hatiku hanya untuk Elvis. Jadi apapun akan aku lakukan untuk tetap mendapatkannya, walaupun harus melakukan cara licik sekalipun."
Tidak membiarkan Xaver waktu untuk membalas ucapannya. Quella berdiri dari kursinya dengan tas branded yang sudah berada ditangannya.
"Apa kamu rela menjadi seorang antagonist di kisah mereka?" ucap Xaver mencegah kepergian Quella.
"Tentu apapun itu, yang penting dia menjadi milikku," Quella berkata penuh percaya diri, matanya menatap Xaver tanpa keraguan.
Saat akan berbalik pergi, dirinya menatap sekali lagi kearah Xaver dan tersenyum palsu. "Aku hampir lupa, makan hari ini lezat terimakasih, dan aku berharap tidak bertemu dengan mu lagi Parvez," menekan kata terakhirnya, setelah berbicara Quella melangkahkan kakinya menuju pintu keluar restauran.
Xaver menatap tajam punggung Quella yang mulai menjauh dari pandangannya. Menghembuskan napasnya, berpikiran sejenak. "Ada apa denganku? Ini seperti bukan diriku saja. Ikut campur tentang permasalahan orang lain, itu jelas bukan aku," gumamnya merasa tidak mengerti dengan akan sikapnya yang berubah ubah tiba-tiba.
Berdiri dari kursinya Xaver juga tidak memiliki selera untuk menghabiskan makanannya. Sebelum keluar matanya sekilas menatap kearah kedua pasangan yang dirinya sekarang ketahui bernama Elvis dan Lorreta. "Hati ku merasa tidak senang," gumamnya saat melihat Elvis, yang ternyata bisa membuat Quella berubah-ubah.
Merasa tidak ada lagi, Xaver berjalan ke arah pintu keluar. Melirik kesana kemari mencari seseorang yang memang tidak ada. "Dia pasti sudah pulang."
Xaver menghembuskan napasnya pelan, mencari sesuatu di kantong celananya. Mengeluarkan handphone untuk menghubungi ayahnya agar menjemputnya. Niatnya terhenti saat suara teriakan dari orang yang di kenalnya, memanggil nama belakangnya.
°°°°°
Menghentak hentakan kakinya di trotoar, Quella berwajah setengah kesal. "Kapan taksi akan lewat?" tanya Quella entah pada siapa. "Sedari tadi tidak ada satupun yang terlihat," Quella merasa putus asa, jika terus begini kapan dirinya bisa pulang.
"Sialannya lagi handphone ku mati," Quella serasa menggerutuki kebodohannya, seharusnya dirinya jangan dulu pergi, sebelum meminta Xaver mengantarnya pulang.
Tubuhnya membeku di tempat, merasakan ada seseorang yang sedang mengawasinya. JEPRET....., suara kamera terdengar oleh telinganya. Matanya membulat sempurna saat melihat seorang fotografer Dan wartawan sedang memotretnya secara terang-terangan sekali.
Dengan perlahan-lahan dirinya melangkahkan kakinya mundur. Rasa tidak nyaman hinggap di dadanya, saat melihat orang-orang itu mulai keluar dari persembunyiannya dan bersiap menghampirinya. Quella merasa ini tidak baik dan berbahaya, apalagi dirinya sedang sendiri tidak ada orang yang bersamanya.
Merasa tidak aman lagi Quella berbalik dan segera berlari secepatnya yang dia bisa. "Agrh.....," Quella berteriak saat melihat ke belakang orang-orang itu malah mengejarnya, dan ternyata lebih banyak dari perkiraannya.
"Nona... Nona Quella."
"Nona Quella tunggu sebentar."
"Nona ada yang ingin kami tanyakan."
"Nona Quella, tunggu dulu."
"Nona sebentar, kami hanya ingin bertanya."
Teriakan orang-orang itu terus terdengar untuk memberhentikannya. Quella yang memang merasa takut akan wartawan dan takut itu hanya sebuah jebakan, memilih terus melanjutkan larinya dan masuk kembali menuju kawasan restoran.
Hingga mata onyx-nya melihat sosok tadi yang membuatnya marah dan geram. Quella merasa tidak ada jalan lain selain menuju orang itu, dirinya yakin orang itu akan membantunya dalam menghadapi situasi ini.
"Parvez.....," teriak Quella sambil berlari, tangannya terlentang saat hampir mendekati Xaver.
BRUK...., Quella menyembunyikan dirinya di pelukan Xaver. Walaupun agak canggung, dirinya tidaklah peduli. Untuk sekarang yang terpenting adalah bagaimana caranya dirinya selamat dari kejaran orang-orang itu.
°°°°°
Membeku karena apa yang dilakukan Quella. Untungnya mereka tidak terjatuh, karena Xaver dengan sigap menahannya. Hingga akhirnya suara flash dan kamera yang berdatangan, membuat Xaver langsung tersadar.
"Aku tidak suka," gumam Quella, semakin mengeratkan pelukannya dan menenggelamkan wajahnya di dada bidang milik Xaver.
Membalas pelukan Quella, Xaver mengusap punggung Quella dengan lembut. Mata birunya menatap tajam para wartawan dan fotografer yang berusaha mendekatinya. "Tetap di jarak itu," ancam Xaver dengan nada yang tegas.
Hal itu berhasil membuat semua para wartawan dan rekannya diam. Mereka tentu tidak bodoh, untuk tiba-tiba mengusik keluarga Parvez. Keluarga yang paling tersohor dan terpengaruh pada segala aspek. Mereka membuat barisan, dan mulai tertib.
"Maaf Tuan Parvez, kami hanya ingin mewawancarai Nona Quella," salah satu dari mereka mencoba untuk berani mengajak perbincangan.
"Tentang apa itu?" tanya Xaver dengan nada yang dingin, tanganya terus mengusap punggung Quella yang semakin mempererat pelukan mereka.
Semua orang saling menatap satu sama lain, kemudian sepakat untuk menanyakannya. "Apa benar anda memiliki hubungan spesial dengan Nona Quella?"
"Iya benar, kami ingin mendapatkan jawabannya, dan mengenai acara lelang yang akan diadakan di Queez Hotel apa akan tetap dilaksanakan?"
"Bukankah tidak menguntungkan memiliki hubungan bersama nona Quella."
"Apa ini salah satu cara menyelamatkan Hotel anda nona, dengan mendekati pewaris keluarga Parvez."
"Apa anda tidak merasa dirugikan tuan, apalagi image nona Quella sudah tercoreng memiliki sifat yang buruk."
Pertanyaan semakin banyak, Quella tentu tidaklah tuli, dirinya mendengarkan semua orang secara tidak langsung memberikan kata-kata menghina padanya. Inilah yang Quella benci dari mereka, orang-orang ini tidak akan pergi kecuali setelah puas mendapatkan jawaban.
Xaver merasakan orang yang berada di pelukannya gemetar. "Ada aku di sini, tenanglah," bisik Xaver di telinga Quella dengan menundukkan kepalanya, karena tinggi mereka cukup terbilang berjarak. Quella hanyalah setinggi bahunya.
Mendengar bisikan itu, Quella repleks menatap mata biru Xaver yang sedang menatapnya agak aneh. 'Terasa lembut sekali, atau hanya perasaanku saja,' Quella berbicara di dalam hatinya.
Suara flash kamera terdengar di telinganya lagi, Quella kembali menyembunyikan wajahnya di dada kekar milik Xaver. Lain halnya dengan Quella, Xaver merasa tingkah Quella lucu sekali.
Tersenyum tipis akan tingkah dari Quella, Xaver tidak merasa keberatan atau apapun, saat orang-orang media memotret mereka lagi dan lagi.
"Aku tidak bisa menjawab semuanya, yang utama adalah kami memang sudah dekat sedari dulu. Mungkin sebentar lagi kalian akan mendapatkan berita bahagia dari kami," ucap Xaver dengan sengaja mengatakan itu, setelah matanya tidak sengaja melihat orang-orang dari restauran mulai keluar melihat apa yang terjadi. Apalagi ada orang yang berhasil terkejut setelah mendengarkan ucapannya.
"Tapi jika memang kalian memiliki hubungan. Mengapa Nona Quella tadi berada di halte sendirian?"
Xaver tidak memperhatikan siapa yang bertanya, perhatiannya hanya tertuju pada Quella yang semakin memeluknya erat. "Tuan putriku tadi sedang merajuk," jawab Xaver sambil mengelus rambut Quella lembut.
Semua orang diam dan terpukau, saat Xaver terlihat jelas seperti sangat mencintai Quella. Sebelum pertanyaan yang lain keluar suara dari Roy beserta pihak keamanan berdatangan untuk menjemput Xaver dan mengakhiri kerumunan ini.
"Maaf semuanya, tapi Tuan dan Nona muda harus segera pulang," ucap Roy kepada semua media yang hadir, dan orang-orang yang berjejer untuk menghalangi media untuk lebih dekat.
Merasa tidak puas akan hal itu, para pihak media berusaha untuk menerobos karena mereka masih ingin bertanya. "Tidak tunggu dulu, ada yang perlu kamu tanyakan lagi."
"Iya benar."
"Nona Quella kami butuh suara anda."
"Bagaimana hubungan anda dengan Tuan Parvez bisa berjalan."
"Apa anda melakukan trik kotor untuk mendapatkan perhatian Tuan Parvez."
Pertanyaan terus berdatangan, para media yang awalnya tertib berubah menjadi kericuhan. Roy dan pihak keamanan berusaha untuk melindungi Tuan mudanya, agar bisa menaiki mobil untuk berlindung di sana.
"Agrh..," Quella berteriak saat orang-orang mulai berusaha mendekatinya. Saking takutnya, tangannya semakin memeluk erat Xaver.
Melihat kondisi yang mulai tidak terkontrol, Xaver bergerak cepat menarik tubuh Quella yang masih berpelukan dengannya akan mengikuti langkah kakinya. "Ayo kita harus pergi," ucap Xaver membawa Quella untuk masuk ke dalam mobil yang di siapkan oleh Roy.
"Lepas dulu, kamu masuk terlebih dahulu," bujuk Xaver agar Quella melepaskan pelukan mereka.
Menganggukkan kepalanya, Quella masuk terlebih dahulu, dan kemudian disusul oleh Xaver dengan cepat. Baru saja menutup pintu mobilnya, Xaver sama sekali belum memasang sabuk pengamannya, tapi Quella lagi-lagi lansung memeluknya. Seolah-olah masih tidak nyaman dengan semua keributan yang ada di luar.
"Berisik mereka semua berisik," gumam Quella yang masih tetap bisa didengarkan oleh Xaver.
Mendengar itu membuat Xaver tidak tega, seperti Quella sangatlah terganggu. "Maafkan aku jika sedikit lancang," ucap Xaver kemudian mengangkat tubuh Quella agar duduk di pangkuannya.
Tidak merasa keberatan, sebaliknya Quella menenggelamkan wajahnya nyaman di leher Xaver. Pikirannya tidak tenang, tangannya terasa terus gemetar, matanya terus terpejam enggan untuk melihat apa yang terjadi diluar sana.
Xaver mengusap punggung Quella dengan begitu lembut, tanpa berbicara apapun. Dirinya membiarkan Quella agar bisa tenang. "Tenang oke, aku di sini bersama denganmu."
Merasa nyaman dengan perlakuan Xaver, Quella tanpa sadar memejamkan matanya perlahan-lahan, yang kemudian membawanya ke alam mimpinya.
°°°°°
Sebelum kejadian kericuhan, Zafran dan Roy senantiasa memperhatikan. "Tuan apa sebaiknya kita cepat bertindak?" ucap Roy yang merasa akan mulai terjadinya kericuhan.
"Iya sepertinya cukup, aku sudah puas melihatnya. Jangan sendirian ke sana, bawa pihak keamanan dan jika kurang bawa karyawan laki-laki yang bisa untuk menjaga mereka," ucap Zafran memberikan perintah.
"Baik Tuan," Roy dengan cepat bergerak, sebelum hal yang buruk terjadi.
Masuk ke dalam mobil, Zafran menunggu dengan tenang. Walaupun tiba-tiba kericuhan yang lumayan besar terjadi, tapi untungnya Xaver dan Quella berhasil masuk ke dalam mobil dan sedang duduk di kursi penumpang.
Pintu kemudi terbuka, Roy masuk setelah berhasil membuat Tuan mudanya masuk kedalam mobil dengan aman. Walaupun terlihat jelas diluar mobil masih tetap ricuh.
"Jalankan mobilnya Roy," Zafran memberikan perintah, saat mobil mereka dapat bergerak keluar dari kerumunan.
Mobil perlahan bergerak menjauh, terjadi keheningan. Hingga Zafran melihat kaca sepion memperlihatkan Xaver yang sedang mengelus lembut rambut Quella yang ternyata sedang tertidur.
"Akan kita bawa kemana dia?" tanya Zafran kepada Xaver yang akhirnya mengalihkan perhatiannya.
Xaver merasa baru tersadar ternyata ayahnya berada bersamanya, ayahnya duduk di samping Roy yang membuatnya tidak menyadarinya secara langsung. "Ella sepertinya kelelahan, kita bawa dia pulang."
Jawaban yang begitu ringan tanpa beban dari Xaver, membuat Zafran geleng-geleng kepala. "Kalian tidak memiliki hubungan apapun. Roy kita bawa Quella pulang ke rumahnya. Kamu tau kan alamatnya," Zafran tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh Xaver, melainkan dirinya memberikan perintah yang lain.
"Baik tuan," Roy mengikuti apa yang diperintahkan padanya.
Mengendus sebal dengan apa yang dilakukan ayahnya. Tapi Xaver tidak memberontak atau menyangkal perintah itu. Dirinya hanya memandangi wajah tenang Quella yang tertidur dipelukannya. Lagi dan lagi Xaver merasakan hal yang aneh padanya. "Sebenernya ada apa denganku, kamu benar-benar membuatku mau melakukan hal merepotkan begini."
•••••
TBC
JANGAN LUPA FOLLOW