Season 2 dari novel yang berjudul Dia Suamiku
Setelah 7 tahun berpisah, Mila kembali bertemu dengan mantan suaminya. Perpisahan mereka yang terpaksa oleh keadaan, membuat cinta dihati mereka tak pernah padam meski Elgar telah berstatus sebagai suami orang.
Akankan mereka kembali memperjuangkan cinta mereka demi sang buah hati?
Cerita itu adalah S2 dari novel yang berjudul DIA SUAMIKU.
Untuk lebih jelasnya, silakan baca S1 nya dulu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DMS 32
Jantung Mila berdegup kencang saat Saga berlari kearahnya. Sedangkan Elgar, pria itu masih bergeming, bingung antara mengejar Saga atau sembunyi sesuai isyarat Mila. Dengan segala pertimbangan, akhirnya Elgar memutuskan membalikkan badan lalu cari tempat bersembunyi.
Melihat mamanya meletakkan telunjuk dibibir, Sagapun paham. Dia menghampiri mamanya tanpa berkata apapun.
"Siapa itu Mil? Ponakan kamu?"
Disaat Mila masih bingung harus menjawab apa, Saga sudah lebih dulu bicara.
"Aku anaknya Om."
Mila tak bisa berkutik, dia hanya bisa tersenyum absurd, pasrah jika memang harus ketahuan kalau dia janda.
Aden terdiam, tapi beberapa saat kemudian dia terkekeh sambil geleng geleng.
"Pinter banget sih ponakan kamu Mil. Jangan jangan kamu yang ngajarin? Sengaja kamu suruh ngaku jadi anak kamu biar gak ada cowok yang godain. Yaelah, kebanyakan baca novel online kamu Mil. Sampai sampai niru cerita dinovel."
Mila melongo, entah apa yang ada diotak Aden hingga berfikiran seperti itu. Mungkin Aden kebanyakan baca novel online. Sedangkan dia saja tak tahu kalau ada cerita seperti itu.
Aden tersenyum lalu membungkuk, menyamakan tinggi dengen Saga.
"Hai ganteng, siapa nama kamu?"
"Saga Om."
Sementara Aden asyik dengan Saga, Mila terus memantau pergerakan Elgar. Semoga saja pria itu menemukan tempat yang cocok untuk bersembunyi.
Aden membaca tulisan yang ada ditopi Saga. "Emang papa kamu ganteng?"
"Gantenglah Om, itu Pa_" Kalimat Saga tergantung diudara saat dia menoleh tapi tak menemukan papanya dibelakang. "Papa mana?" gumamnya sambil celingukan.
"Emang tadi kamu sama papa kamu?"
Saga mengangguk sambil mengedarkan pandangan mencari sosok papanya yang mendadak hilang.
Mila bersyukur karena Elgar sudah tak tampak lagi. Tapi masalahnya tak serta merta hilang karena masih ada Aden didepan mata.
"Mah, mana papa?" tanya Saga.
"Eng_ gak tahu sayang. Mungkin ke.....toilet."
Aden garuk garuk kepala. Mendadak dia menjadi bingung, kalau memang Mila tantenya, kenapa ada papa segala? Tapi Aden mencoba berpikiran positif, mungkin Saga memang pergi dengan papanya yang notabene kakak Mila dan Mila, tantenya. Dia sangat yakin Mila lajang, di cv tertulis seperti itu. Bahkan Aden melihat fotokopi KTP Mila, jelas jelas Mila berlum menikah.
"Papa kamu lagi sakit perut mungkin. Main sama Om aja yuk." tawar Den.
Saga melipat kedua lengannya didada sambil menunduk lesu. "Aku maunya sama papa, gak mau sama Om."
Setelah memperhatikan Saga lamat lamat, Aden seperti menyadari sesuatu.
"Mil, kalau aku lihat lihat, ponakan kamu mirip banget sama Pak Elgar."
Mila menelan ludahnya susah payah. Tak menyangka jika Aden menyadari hal itu.
"Aku kan memang anaknya pa_" Mila buru buru membekap mulut Saga agar tak menyebutkan nama Elgar. Aden mengernyit melihat apa yang dilakukan Mila. Saat dia hendak bertanya, ponselnya berbunyi.
Segera datang kekantor, ambil berkasku yang ketinggan dan antar kerumah.
Bulu kudu Aden merinding membaca pesan dari Elgar. Sungguh luar biasa jin peliharaan bosnya. Bisa tahu jika dia sedang bersama Mila.
"Ada apa?" Mila menyadari perubahan raut wajah Aden.
"Lihat." Aden menunjukan pesan dari Elgar. "Benarkan kata aku, Pak bos melihara jin, bisa tahu setiap kali aku sama kamu." Aden mengedarkan tatapan kesekeliling, dia yakin jin peliharaan Elgar ada disekitarnya.
"Kenapa ya Mil, setiap aku sama kamu, kayak selalu dipisahin sama bos? Bos gak lagi naksir sama kamukan Mil?"
Huk huk
Mila tersedak ludahnya sendiri lalu tersenyum absurd. Hadeh, kalau terus terusan seperti ini, tak akan lama lagi pasti ketahuan.
"Hehehe...mana mungkin, enggaklah," sahut Mila.
Dengan terpaksa akhirnya Aden meninggalkan Mila dan menuju kantor. Dia masih belum mau dipecat jika mengabaikan perintah bos.
Elgar yang melihat dari jauh bernafas lega melihat Aden yang sudah pergi. Buru buru dia menghampiri Saga dan Mila.
"Papa kemana tadi?" tanya Saga.
"Em..papa sakit perut. Tadi nyari toilet." Bohong Elgar sambil mengusap perutnya.
Mereka bertiga lalu melanjutkan joging. Saga yang paling semangat diantara mereka bertiga. Bocah itu berlari kencang mendahului mama dan papanya lalu berterik teriak memanggil mereka.
Elgar tersenyum melihat sepatu yang dikenakan Mila. Itu adalah sepatu couple yang mereka beli sebelum bercerai dulu.
"Makasih karena masih nyimpen barang barang dariku."
Tanpa bertanya barang apa, Mila sudah tahu jika yang dimaksud Elgar adalah sepatu yang dia pakai.
"Jangan ge er. Aku pakai ini karena tak punya sepatu lain lagi," sangkal Mila.
Elgar terkekeh pelan. Baginya alasan itu terllalu mengada ada.
"Kamu bukan lagi Mila ob yang gak bisa beli sepatu. Pakai ngelak lagi." Elgar geleng geleng dengan tawa yang belum reda.
"Bukannya aku tak mampu beli. Tapi aku emang bukan tipe konsumtif. Tidak hobi mengoleksi barang, kalau udah punya, ngapain beli lagi."
"Ngeles aja terus kayak bajaj," ledek Elgar sambil mempercepat larinya mengerjar Saga.
"Kepedean aja terus, dasar tukang ngotot," gerutu Mila.
Setelah cukup lama, mereka bertiga beristirahat dibawah sebuah pohon yang cukup rindang. Awalnya Saga duduk ditengah. Tapi dengan isengnya Elgar berpindah hingga Mila berada ditengah.
"Yang cantik perlu diapit biar yang ilang. Benerkan Saga?" Elgar mencari dukungan dari Saga.
"Bener Pah." Keduanya lalu kompak melakukan tos.
Mila ganya geleng geleng melihat kekompakan mereka. Dia melepaskan topi Saga, meraih tisu yang ada disaku hoodinya lalu menyeka keringat bocil itu.
"Aku sekalian dong." Ujar Elgar setelah Mila selesai menyeka keringat Saga. Dia mendekatkan wajahnya pada Mila sambil memejamkam mata. Tapi bukannya tisu yang mendarat dikeningnya, melainkan daun kering yang gugur dari pohon.
Mila menahan tawa sambil membekap mukutnya.
"Udah dilap tuh sama daun."
Elgar mendengus kesal lalu mengelap sendiri dahi dan lehernya yang berkeringat dengan punggung tangan.
Mila membuka air mineral yang tadi sempat mereka beli dan langsung meminumnya. Setelah menghabiskan setengah dan hendak menutupnya kembali, Elgar langsung menyaut botol itu lalu meminumnya.
Mila mendesis sebal, pasalnya Elgar juga memiliki air mineral sendiri, tapi masih saja merebut punyanya.
"Enak bekas kamu, ada manis manisnya." Elgar tersenyum menggoda kearah Mila.
"Papa kayak iklan aja," Celetukan Saga seketika mengundang tawa Mila. Sedangkan Elgar membuang nafas berat karena niatannya menggoda Mila malah dikira ngiklan.
Selesai mengantar Mila dan Saga, Elgar langsung pulang. Sebenarnya dia masih ingin lebih lama dengan Saga, sayangnya ada sedikit kerjaan yang harus dia selesaikan secepatanya.
Sesampainya dirumah, Elgar mendapatkan kejutan yang membuatnya menyesal pulang lebih cepat. Tahu begini mending menghabiskan waktu dengan Saga sampai malam.
Melihat Elgar masuk, Salsa yang sedang membersihkan make up didepan meja rias segera mengakhiri kegiatannya. Wanita itu berjalan menghampiri Elgar dengan mata yang tak lepas menatap Elgar.
"Dari mana?" Salsa masih tak percaya dengan apa yang dia lihat. Sudah sangat lama dia tak melihat Elgar seperti ini. Penampilannya berubah, tak lagi membosankan seperti beberapa tahun ini. Bajunya yang basah karena keringat serta tatanan rambutnya yang kekinian membuat Elgar terlihat sangat mempesona. Salsa seperti menemukan kembali Elgarnya dulu yang membuatnya tergila gila.
Elgar tak menjawab, dia memilih membuka almari untuk mengambil baju sebelum dia kekamar mandi.
"Aku bicara denganmu El." Seru Salsa sambil menarik lengan Elgar agar menghadap padanya.
"Aku lagi gak ingin bertengkar Sa. Aku sedang banyak kerjaan." Elgar kembali fokus mengambil baju dialmari.
Salsa mendengus kesal. "Apa yang membuatmu tiba tiba berubah seperti ini?" Salsa yakin pasti ada sesuatu. Dan jika dia tak salah lihat, tadi dia melihat Elgar tersenyum senyum sambil bersenangdung kecil saat memasuki kamar. Tentunya saat belum menyadari keberadaannya. Sudah sangat lama dia tak melihat Elgar tampak bahagia. Dan sekarang, dia penasaran dengan apa yang membuat suaminya itu terlihat bahagia.
"Bukan urusanmu."
Salsa tersenyum sinis. "Tentu saja ini urusanku karena aku istrimu."
Elgar tertawa ringan mendengarnya. "Setelah liburan dengan selingkuhanmu, masih bisa kamu bilang dengan yakin jika kamu istriku?"
"Tenang saja Sa. Setelah ini kamu bebas mau ngapain saja sama selingkuhanmu, karena kita akan segera bercerai."
Mata Salsa terbeliak sempurna mendengar kata cerai. Meski selama ini jauh dari kata harmonis, tapi Elgar tak pernah mengajak bercerai. Ada apa ini?
kek penyakit kali dengar jnda
Lo selingkuh sama laki-laki yang mencintai Lo.
di bisa memberi Lo kebahagian yang tidak Lo dapat dari Elgard
tidak tau siapa aja yang kerja di perusahaan ya El