> "Rei Jaavu, apakah anda siap meninggalkan dunia ini dan pergi menuju negeri impian anda sekarang?"
"Jepang? Beneran aku bisa ke Jepang?"
> "Jepang? Ya, Jepang. Tentu saja."
Kata-kata itu muncul di layar laptop Rei, seperti tawaran menggiurkan yang nggak mungkin ia tolak. Sebuah sistem bernama "AniGate" menjanjikan hal yang selama ini cuma ada di dalam imajinasinya. Jepang klasik, negeri isekai, atau bahkan jadi tokoh kecil di dalam novel klasik yang selalu ia baca? Semua seperti mungkin. Ditambah lagi, ini adalah jalan agar Rei bisa mewujudkan impiannya selama ini: pergi kuliah ke Jepang.
Tapi begitu masuk, Rei segera sadar... ini bukan petualangan santai biasa. Bukan game, bukan sekadar sistem main-main. Di tiap dunia, dia bukan sekadar 'pengunjung'. Bahaya, musuh, bahkan rahasia tersembunyi menghadangnya di tiap sudut. Lebih dari itu, sistem AniGate seolah punya cara tersendiri untuk memaksa Rei menemukan "versi dirinya yang lain".
"Sistem ini... mempermainkan diriku!!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RE-jaavu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Silent Word: Bagian 6
Bagian 6: Retakan di Balik Rencana
Rumor soal ujian yang sulit ternyata lebih efektif dari dugaanku. Selama beberapa hari terakhir, Kagami dan teman-temannya hampir tidak mengganggu Aiko. Sebagian besar waktu istirahat mereka habiskan dengan berdiskusi tentang soal-soal latihan yang, sejujurnya, bahkan aku tidak tahu jawabannya.
Namun, setiap kali aku melihat Aiko di kelas, aku sadar bahwa ini belum cukup. Meski Kagami untuk sementara menjauh, Aiko masih tetap menunduk setiap kali berada di ruang kelas. Tatapannya yang kosong saat memperhatikan papan tulis, atau caranya bergerak pelan-pelan agar tidak menarik perhatian siapa pun, menunjukkan bahwa luka-luka itu lebih dalam dari yang terlihat.
“Aku harus melakukan sesuatu yang lebih,” gumamku pelan.
Namun sore itu, semuanya berubah.
Aku sedang merapikan tasku ketika Kagami berjalan mendekati mejaku. Teman-temannya tidak mengikutinya kali ini, hanya dia sendiri, dengan wajah yang… tidak seperti biasanya.
“Hei, Kenta,” panggilnya.
Jantungku langsung berdebar. Dia tidak pernah memanggilku dengan nama sebelumnya.
“Ada apa?” tanyaku, berusaha terdengar tenang meskipun tanganku sedikit gemetar.
Kagami menyandarkan tubuhnya di meja sebelahku, menatapku dengan alis terangkat. “Kau… pintar, kan?”
“Apa?” Aku menatapnya, bingung.
“Jangan pura-pura bodoh. Aku tahu kau yang memulai rumor tentang ujian itu.”
Darahku membeku. “Aku nggak tahu apa yang kau bicarakan.”
Dia tersenyum kecil, tapi senyumnya terasa lebih dingin daripada biasanya. “Oh, ayolah. Kau benar-benar berpikir aku nggak akan sadar? Semua orang di kelas tahu kau jarang bicara, tapi tiba-tiba saja rumor itu muncul. Kau bahkan nggak mencoba untuk menyembunyikannya.”
Aku menggigit bibir, berusaha mencari alasan, tapi Kagami sudah mencondongkan tubuhnya lebih dekat.
“Dengar, aku nggak peduli kau mau mencoba jadi pahlawan atau apa pun itu. Tapi kalau kau pikir ini cukup untuk menghentikan kami, kau salah besar,” katanya dengan nada rendah. “Kau cuma… apa istilahnya? Lalat yang mencoba mengganggu singa.”
Aku mengepalkan tangan di bawah meja, mencoba menahan rasa takut dan amarah yang bercampur di dadaku.
“Shizuru itu nggak butuh penyelamat. Dia bahkan nggak bisa menyelamatkan dirinya sendiri,” lanjutnya dengan nada mengejek. “Dan kau? Kau bahkan lebih lemah dari dia.”
Aku ingin melawan, ingin mengatakan sesuatu, tapi tenggorokanku terasa seperti tercekik. Sebelum aku bisa berpikir lebih jauh, Kagami sudah berbalik, berjalan keluar dari kelas dengan seringai yang menghantui.
...****************...
Di atap sekolah.
Aku duduk dengan kepala menunduk, mencoba menenangkan diri. Kata-kata Kagami terus terngiang di telingaku.
> “Kau bahkan lebih lemah dari dia.”
“AniGate,” panggilku pelan.
> “Ya, User Rei Jaavu?
“Apa aku… benar-benar lemah?” tanyaku, suaraku hampir berbisik.
AniGate terdiam sejenak sebelum menjawab.
> “Itu pertanyaan yang menarik. Apakah Anda merasa lemah?”
Aku mengepalkan tangan. “Aku tidak tahu. Tapi aku tahu aku harus melakukan sesuatu. Aku tahu aku tidak bisa diam saja.”
> “Mungkin itulah jawaban yang Anda cari, User. Tindakan, bukan status, yang menentukan kekuatan seseorang.”
Aku mendesah panjang. Jawaban itu, meskipun benar, tidak membuatku merasa lebih baik.
...****************...
Saat aku masih tenggelam dalam pikiranku, suara langkah kaki kecil menarik perhatianku. Aku mendongak dan melihat Aiko berdiri di dekat pintu, memandangku dengan tatapan khawatir.
“Ah, Shizuru-san,” panggilku pelan.
Dia berjalan mendekat, lalu duduk di sampingku. Tangannya merogoh tasnya, mengeluarkan buku catatan kecil kami, dan menuliskan sesuatu sebelum menyerahkannya padaku.
> Apa kau baik-baik saja?
Aku membaca tulisan itu, lalu mengangguk pelan. “Aku baik-baik saja. Hanya… banyak yang harus kupikirkan.”
Dia menatapku dengan tatapan yang penuh perhatian, lalu menulis sesuatu lagi.
> Aku ingin berterima kasih. Kau sudah banyak membantuku.
Aku membaca kata-kata itu dengan perasaan campur aduk. “Aku belum melakukan apa-apa.”
Dia menggeleng pelan, lalu menulis sesuatu lagi.
> Kau sudah ada di sini. Itu sudah cukup.
Aku memejamkan mata, merasa hatiku sedikit lebih ringan. Tapi aku tahu, ini belum selesai. Kagami dan teman-temannya tidak akan berhenti begitu saja.
Aku membuka buku catatan itu dan menuliskan sesuatu.
> Aku janji, aku akan menolongmu. Apa pun yang terjadi.
Dia membaca kata-kata itu dengan mata yang sedikit membesar. Untuk pertama kalinya, aku melihat air mata mengalir di pipinya. Tapi senyumnya... senyum itu adalah yang paling tulus yang pernah kulihat.
...****************...
Malamnya, di rumah.
Aku duduk di depan meja belajarku, memikirkan langkah selanjutnya. Kagami sudah menyadari langkah kecilku, dan aku tahu dia akan lebih waspada. Aku butuh strategi baru, sesuatu yang lebih kuat, lebih efektif.
Namun, sebelum aku bisa memikirkan apa pun, suara AniGate muncul di kepalaku.
> “User, saya punya informasi penting untuk Anda.”
Aku mengerutkan dahi. “Apa itu?”
> “Tindakan Anda akan segera memicu perubahan besar. Bersiaplah untuk konsekuensi yang tidak Anda duga.”
Aku menelan ludah. “Apa maksudmu?”
> “Saya hanya menjalankan sistem, User. Dunia ini akan bergerak sesuai dengan tindakan Anda. Selamat menikmati.”
Dan dengan itu, AniGate menghilang, meninggalkanku dengan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban.
aku mampir ya 😁