Satu demi satu kematian terjadi di sekolah.
Jika di waktu biasa, orang tua mereka akan langsung menuntut balas. Tapi bahkan sebelum mereka cukup berduka, perusahaan mereka telah hancur. Seluruh keluarga dipenjara.
Mantan anak yang di bully mengatakan, "Jelas ini adalah karma yang Tuhan berikan, atas perbuatan jahat yang mereka lakukan."
Siswa lainnya yang juga pelaku pembully ketakutan, khawatir mereka menjadi yang selanjutnya. Untuk pertama kalinya selama seratus tahun, sekolah elit Nusantara, terjadi keributan.
Ketua Dewan Kedisiplinan sekaligus putra pemilik yayasan, Evan Theon Rodiargo, diam-diam menyelidiki masalah ini.
Semua kebetulan mengarahkan pada siswi baru di sekolah mereka. Tapi, sebelum Evan menemukan bukti. Seseorang lebih dulu mengambil tindakan.
PERINGATAN MENGANDUNG ADEGAN KEKERASAN!!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cerryblosoom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19 MULAI DIBAGIKAN
"Apa yang kamu katakan itu benar, Aria?" tanya Sammy dengan nanda bergetar.
Aria mengangguk mantap, lalu berkata, "Ya, Senior. Aku sudah memikirkannya dengan baik. Mungkin tidak akan langsung merubah persepsi semua orang tentang klub. Tapi ini masih rencana pertama. Masih banyak hal yang akan kita lakukan nanti."
"Ini masih yang pertama!?" kata Sammy tak percaya. Dia merasa seperti sedang mimpi di siang bolong.
"Hmm, setiap orang bisa saja sakit. Kita hanya perlu melakukan tugas kita, sebagai klub Kesehatan."
Sammy tak bisa mengendalikan emosi, dengan semangat dia memegang kedua bahu Aria, da berkata, "Katakan, Aria, apa yang harus kulakukan! Kamu perintahkan aku apapun."
Tubuh Aria terguncang dengan tak nyaman. Dia sama sekali tak mengantisipasi gerakan seniornya. Sehingga dia dengan mudah tertangkap.
"Senior, lepaskan aku dulu," kata Aria lemah.
Seketika Sammy tersadar, dan melepaskan, dia berkata dengan malu, "Maaf, Aria. Aku terlalu bersemangat."
"Tidak apa, aku mengerti," Dia hanya mengelas nafas dalam hati, lalu berkata, "Baiklah, yang aku ingin dua senior lakukan adalah membagikan teh ini. Karena kita tak bisa langsung menyebarkannya ke seluruh sekolah. Aku ingin dua senior membaginya diantara teman sekelas, aku juga akan membaginya ke teman sekelasku, ini seperti membuat iklan kecil dulu. Saat mereka merasakan khasiatnya, mereka pasti akan langsung menyebarkannya."
"Itu ide yang sangat bagus," Sammy tak bisa menahan untuk memuji.
Aria mengangguk, dia juga berfikir idenya bagus, "Kalau begitu sudah sepakat. Besok kita akan berkumpul lebih pagi untuk menyiapkan nya. Aku akan menyimpan semua teh ini dulu."
"Aku akan membantumu," kata Sammy berlari kecil menyusul Aria.
Aria tidak menolak, membiarkan seniornya membantunya.
"Apa kita perlu menyimpannya di lemari es?" tanya Sammy.
"Tidak, hanya pastikan tempatnya tidak kering ataupun lembab."
"Aku tahu dimana itu," dengan segera Sammy membawa teh Chamomile buatan Aria. Dia membawanya dengan hati-hati, seperti sedang memperlakukan benda berharga.
Jessica menyaksikan interaksi mereka dalam diam. Dia terlalu terkejut sampai tak bisa berkata-kata. Tubuhnya seolah terpaku ditempat. Bukan karena dia tak suka dengan ide Aria, atau iri kenapa dia tak bisa memikirkan hal ini. Jessica hanya takut jika dia terlalu bersemangat. Realita tak seperti yang mereka pikirkan.
Bebannya sebagai ketua dari klub yang hampir bubar sangat berat. Maka semenjak tadi Dia terus berpikir keras. Mencari celah masalah, yang mungkin saja bisa terjadi. Tapi otaknya seperti tidak bisa berfikir apapun.
Aria menoleh melihat seniornya Jessika, dia baru sadar akan keterdiaman seniornya itu, dia lantas berjalan mendekati seniornya, lalu bertanya "Senior, Jessica? Kenapa diam saja sejak tadi?"
Jessica memalingkan muka, bingung untuk menjawab.
"Senior, tidak setuju dengan ideku, ya," tebak Aria.
Jessika mendongak,langsung membantah, "Tidak," dia menggeleng kuat, lalu kemudian mengelas nafas, reaksinya terlalu berlebihan, dia berkata untuk meluruskan, "Maksudku idemu sangat bagus, Aria. Aku pikir mungkin ini akan berhasil. Aku hanya takut pada hasilnya. Bagaimana jika tidak sesuai dengan apa yang kita pikirkan."
Aria terdiam, dia juga sempat memikirkan ini, bagaimanapun reaksi manusia sulit untuk diperhitungkan. Tapi dia masih bicara dengan tenang, "Tidak masalah, kita masih bisa terus mencoba. Sekalipun terus gagal, setidaknya kita sudah mencoba yang terbaik. Bukannya kita akan lebih merasa menyesal jika kita tidak berbuat apapun."
Mendengar itu Jessica seketika tercerahkan, "Benar. Prinsip itu yang selama ini ku pegang. Kenapa sekarang aku malah menjadi takut mencoba."
"Karena senior terlalu peduli pada klub."
"Uhhh, kamu memang anak yang perhatian dan sangat manis, Aria.... Aku akan mengecek pekerjaan Sammy, anak itu sering membuat kesalahan."
Aria menyentuh kepalanya yang baru saja ditepuk. Dia mengelas nafas berat, dia sangat tak terbiasa dengan skinship seperti ini, dia bisa saja menghindarinya. Tapi apa boleh buat, dia harus mempertahankan karakter kelinci putih yang polos, sehingga tak ada yang akan menganggapnya berbahaya.
...----------------...
Keesokan harinya.
Seperti yang telah direncanakan, pagi hari beberapa menit sebelum ujian dimulai, mereka menyiapkan seduhan teh Chamomile, dalam gelas sekali pakai yang ramah lingkungan.
Mereka membagikannya pada teman sekelas. Tanpa menyebutkan nama klub kesehatan.
Semua orang pun dengan senang hati meminumnya. Tanpa menaruh rasa kecurigaan apapun.
Terutama teman sekelas Aria, yang langsung merasa tersentuh, akan perhatiannya gadis itu. Mereka tidak tahu saja, ada udang dibalik batu, dari teh yang mereka minum.
"Aria, kamu baik sekali," puji Keira sekali lagi.
"Bukan, apa-apa."
"Bagaimana bisa ini bukan apa-apa," kata Keira tidak setuju. Matanya menyapu seluruh kelas, mereka yang datang telah mendapatkan teh dari Aria dan semuanya menunjukkan raut muka terharu.
"Aku juga memiliki keinginan egois untuk membagikan teh ini," ucap Aria jujur.
"Keinginan egois apanya."
Aria tidak langsung menjawab. Beberapa orang baru datang. Dia langsung memberinya gelas teh Chamomile.
"Ini gratis," kata Aria.
"Terima kasih, Aria," ucap orang itu.
"Sama-sama."
Kejadian ini terus berlanjut, sampai seluruh kelas datang, dan gelas teh habis tidak tersisa.
"Aku ingin beberapa teman sekelas menyebarkan ke seluruh sekolah. Tidak perlu dibuat-buat, hanya ulasan jujur, tentang teh ini."
"Ah, itu hal mudah, aku akan menyebarkannya. Tapi, kamu tahu kan, kita tak diperbolehkan menjual sesuatu secara pribadi di dalam sekolah. Hanya klub yang boleh melakukannya. Ekskul bahkan juga dilarang."
"Aku tahu. Ini untuk klub."
"Syukurlah jika begitu. Kamu tak perlu khawatir. Besok seluruh sekolah akan mengetahui tentang teh ini."
Orang lain yang diam-diam mendengarkan sisi Aria dan Keira. Mereka membuat janji yang sama dalam hati.
Aria hanya mengangguk, dia cukup puas walau hanya Keira yang bicara begitu. Karena yang lainnya juga pasti akan menyebarkan, saat merasakan manfaat teh ini.
"Teh ini sangat enak," puji Keira setelah mencoba seteguk. Tubuhnya menghangat dan tenggorokannya terasa lebih lega. Entah itu hanya perasaannya atau tidak. Dia tak terlalu memikirkannya, hanya berniat mendukung apapun yang Aria lakukan.
"Tapi ngomong-ngomong klub apa yang mengeluarkan teh ini?'
"Klub Kesehatan."
Semua orang, "....?" Apakah terlambat bagi mereka untuk memuntahkannya. Teh ini terlalu enak sehingga mereka langsung menghabiskannya.
Melihat wajah Keira yang bermasalah, Aria bertanya, "Ada apa?"
"Ehem, tidak ada."
"Teh ini tidak hanya enak. Tapi juga bagus untuk kesehatan. Klub mengeluarkan teh ini untuk kebaikan semua orang. Saat ini kita sedang ujian dan jika sakit itu akan sangat tidak nyaman kan," Aria sedikit menjelaskan.
"Teh pun bisa untuk kesehatan," kata Keira terkejut. Dia tiba-tiba teringat sesuatu, dan mengungkapkannya, "Pantas saja, aku merasa pilek saat bangun tidur tadi, sekarang jika dipikirkan, hidung terasa lebih plong."
Semua orang yang mendengar itu langsung mengecek tubuh mereka. Faktanya tidak sedikit yang memiliki daya tahan tubuh lemah. Padatnya jadwal sekolah, membuat mereka mengabaikan olahraga dan istirahat cukup. Beberapa orang pun mendapatkan sakit di awal dan ada pula yang baru merasa tak enak badan hari ini. Dengan perkataan Keira, mereka menjadi sadar, setelah minum teh yang Aria bagikan, rasa tidak nyaman di tubuh mereka hilang. Mereka yang tenggorokannya sakit, bahkan saat sebelumnya diam saja terasa sakit, sekarang tidak terasa sakit lagi. Mereka yang bangun tidur dalam keadaan pusing dan lesu, karena kurang tidur, seketika segar dan tidak mengantuk lagi.
Satu dipikiran mereka, tidak penting klub apapun itu, jika itu menjaga tubuh mereka tetap sehat, di waktu ujian kali ini, mereka menginginkan teh ini.