Naura memilih kabur dan memalsukan kematiannya saat dirinya dipaksa melahirkan normal oleh mertuanya sedangkan dirinya diharuskan dokter melahirkan secara Caesar.
Mengetahui kematian Naura, suami dan mertuanya malah memanfaatkan harta dan aset Naura yang berstatus anak yatim piatu, sampai akhirnya sosok wanita bernama Laura datang dari identitas baru Naura, untuk menuntut balas dendam.
"Aku bukan boneka!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Empat Belas
"Alex, apa kamu benar-benar tak ingin polisi melakukan visum, otopsi atau melakukan penyelidikan atas kecelakaan dan kematian istrimu ini?" tanya Ibu Rini. Wanita itu heran mendengar anaknya tak mau melakukan penyelidikan dan meminta polisi untuk menutup kasus ini dengan alasan dia ikhlas atas apa yang terjadi pada istrinya itu. Tak mau memperpanjang agar Naura tenang di alam sana.
"Aku tak tega jika tubuhnya Naura diotopsi. Apa lagi jika polisi melakukan penyelidikan aku takut arwahnya istriku jadi tak tenang karena akan sering menyebut namanya, dan kemungkinan nanti jenazahnya akan di gali kembali. Aku sudah ikhlas, Bu," ucap Alex dengan suara sendu.
"Alex benar, Bu. Penyelidikan itu akan memakan waktu dan menguras emosi. Takutnya Alex jadi terus ingat dengan istrinya dan menjadi tak ikhlas," ucap Weny menambahkan.
Ibu Rini terdiam dan berpikir. Mungkin memang benar apa yang Alex dan Weny katakan. Lebih baik mereka mengikhlaskan kepergian Naura. Lagi pula selama ini dia dan menantunya itu tak pernah akur. Mungkin ini memang yang terbaik, mereka akhirnya berpisah.
**
Angin sore berhembus lembut di pemakaman, menciptakan rasa sejuk di antara deretan pohon pinus yang tinggi. Cuaca berawan seolah ikut meratapi kepergian Naura. Hari itu, semuanya berkumpul untuk memberikan selamat tinggal terakhir kepada seorang perempuan yang selama ini banyak mengisi ruang kosong dalam hidup mereka. Tapi bagi dua orang ini, Weny dan Alex saat ini adalah hari bahagia mereka.
Alex, suami Naura, berdiri di tepi liang kubur dengan wajah dipenuhi air mata. Namun, tatapannya yang kosong seolah mengisyaratkan bahwa pikiran dan hatinya berada jauh di tempat lain. Di sebelahnya, Wen, wanita yang menjadi selingkuhan Alex, berdiri dengan raut wajah yang penuh empati. Namun, di balik matanya yang berkaca-kaca, tersembunyi senyuman kecil yang hanya dia yang mampu melihat.
"Cepat sekali semua ini terjadi," desah Weny pelan, berusaha terdengar tulus. "Aku tidak bisa percaya Naura pergi begitu saja. Kita baru saja bertemu dua hari lalu."
Alex meneguk ludah. "Ya ... hidup ini memang tidak terduga," jawabnya sambil menghapus air mata yang jatuh. "Dia ... dia sangat berarti bagiku. Aku begitu kehilangannya."
Alex tampak sedih, entah memang begitu yang dia rasakan atau hanya pura-pura saja.
"Berarti untuk siapa? Apa kamu pernah memikirkan itu?" Weny menatap Alex dengan intens, dia tahu Alex tak pernah menyukai Naura sepenuh hati. "Kau? Atau untuk orang lain?"
Alex terdiam. Panjang lebar kata-katanya terperangkap di tenggorokannya. Apa yang bisa dia katakan untuk menjelaskan kebahagiaan yang menggelayut liar di hatinya? Dulu, saat dia terjebak dalam pernikahannya, Naura adalah wanita yang seolah sempurna. Namun, hari ini, rasa lega melanda saat akhirnya dia bisa bebas.
Sementara itu, kerumunan orang memasuki area pemakaman, mengenakan pakaian hitam dan ekspresi duka. Kenalan Naura berdiri di barisan depan, wajah mereka penuh dengan linangan air mata.
"Sadarlah, Alex. Ini adalah kesempatan bagi kita untuk meraih kebahagiaan sejati," Weny membisikkan sebelum dia melenggang lebih dekat ke arah kerumunan.
Tak lama kemudian, upacara penguburan dimulai. Ada pembacaan doa, diiringi isakan kerinduan dan penyesalan. Alex memusatkan perhatian pada nada melankolis saat peti mati diturunkan perlahan ke dalam liang. Dia teringat kenangan manis bersama Naura, senyumnya, tawanya, dan semua momen saat mereka berjalan berdua sambil merencanakan masa depan. Semua itu mengalir dihadapannya seperti film, menempel erat dengan kesedihan yang seharusnya ada.
Tapi, saat melihat Weny mengusap air mata yang seharusnya tidak ada, tidak bisa dipungkiri bahwa hatinya bergetar, menanti saat-saat indah yang akan datang setelah ini.
"Apakah kau yakin semua ini yang kau inginkan?" tanya Weny dengan gerakan menggoda.Dia kembali mendekat. Dia menangkap pandangan Alex yang tertuju ke liang lahat dengan linangan air mata seolah dia memang lelaki yang sedang bersedih.
"Apakah Naura tau jika akta tanahnya telah berganti nama?" tanya Weny dengan suara riang.
"Bukan, dia tidak berhak tahu," jawab Alex dengan nada dingin. "Selama ini ... aku menunggu waktu yang tepat untuk mengatakan semua. Namun, setelah dia meninggal hal itu akan lebih baik, karena aku tak perlu menjelaskan padanya lagi."
"Dan sekarang setelah dia meninggal?" Weny tersenyum licik, seolah menggoda masa depan yang tidak terlihat. "Kau punya kebebasan, Sayang."
Suara pelayat terdengar bising. Mereka pada berbisik-bisik karena tak percaya jika Naura akan pergi begitu cepatnya. Alex merasakan pusaran emosi dalam dirinya. Di satu sisi, rasa bersalah menyerang merasa telah menyakiti Naura, namun di sisi lain, dia tak bisa menghilangkan rasa kelegaan mendalam yang juga muncul bersamanya.
"Kalau kita berbicara tentang masa depan, apa kau sudah memikirkan langkah selanjutnya?" Weny bertanya dengan suaranya yang teramat lembut, mengaburkan suara-suara lain di sekitarnya. "Aku bisa membantu kamu untuk memulai kehidupan baru."
"Benarkah kamu berpikir kita bisa berdua tanpa ada yang mengganggu?" balas Alex, suaranya kini lebih tegas. "Apa kamu benar-benar yakin untuk menikah denganku dan tak akan meninggalkan aku lagi?"
"Dulu aku adalah bagian dari hidupmu lalu kita terpisah. Sekarang kita bisa kembali bersama lagi. Dan aku bersumpah tak akan pernah meninggalkan kamu lagi. Aku menyesal pernah mengkhianatimu." Weny menjawab, menyentuh lengan Alex dengan lembut. "Mungkin ini adalah cara Tuhan mengatur segalanya."
Di tengah keramaian, seorang teman lama Naura dengan suara serak mulai memberikan sambutan, mengenang betapa baik dan murah hati Naura selama hidupnya. Kata-kata itu seperti panah yang menusuk hati Alex. Dia merasa tertampar dengan ucapan sahabat Naura tersebut.
Dia juga mengakui kebaikan wanita itu. Jika saja dia tak keras kepala meminta hak miliknya, mungkin mereka masih bersama.
"Kalau kita tidak saling melindungi, siapa lagi yang akan melakukan itu? Naura telah memberikan banyak untuk kita. Sudah seharusnya kita mengucapkan terima kasih. Kita harus memperlihatkan wajah sedih agar tak ada yang curiga," ucap Weny sambil tersenyum licik.
"Jadi, aku harus bersembunyi di balik kesedihan ini selamanya?" Alex menatap Weny serius.
"Sampai semua keadaan kondusif. Biar nama baikmu tetap terjaga. Begitu juga denganku. Kita akan umumkan hubungan ini dua bulan ke depan," ucap Weny.
"Apakah itu cukup?" tanyanya kembali, suara lebih pelan. "Apa mereka telah melupakan semua ini?"
"Aku rasa itu sudah cukup lama," jawab Weny.
Dan dalam ketegangan yang mencekam, seolah waktu berhenti, mereka berdua saling bertatapan. Tak ada satu pun yang tahu apa sebenarnya yang mereka inginkan. Rasa bersalah dan kebahagiaan itu berpadu, menciptakan suara gemuruh dalam hati mereka.
Naura yang terbaring di dalam peti mati adalah simbol dari semua penyesalan dan dosa. Dia adalah jembatan ke masa lalu yang belum ditutup dan jalan menuju masa depan yang tidak pasti. Dalam hening itu, Alex merasakan ketidakberdayaan, dan antara detak jantung yang terus berdetak, dia menyadari tiada pilihan lain.
“Ayo, berdoa untuk Naura sekarang. Jangan sampai orang melihat kamu yang acuh atas kematian istrimu!” Ajak Weny, mengubah nada. "Naura bukan hanya sekadar istrimu. Dia juga sahabat bagi banyak orang yang datang. Jangan sampai mereka berpikir buruk tentangmu."
Alex akhirnya maju ke depan kuburan Naura dan berdiri di samping seorang ustad yang sedang membacakan doa untuk istrinya. Mereka berdua tak menyadari seseorang mengawasinya dan merekam semua yang mereka lakukan.
Laura.. muncul
tergeser produk baru, Laura 🤭🤭
.stlh apa yg lauara dptkn mka alex akan di depak..oleh laura