Izinkan Aku Untuk Bercerai

****

Hari ini, Victor benar-benar berhasil membuat Karina nyaman selama berada di dalam ruangannya. Tidak ada satu pun orang yang berani masuk ke dalam sana, sesuai apa yang telah Victor katakan kepada yang lainnya.

Sekarang, mereka tengah dalam perjalanan pulang. Pekerjaan hari ini cukup menyita banyak waktu bagi Victor, tetapi sedikit terobati karena Karina berada di dalam ruangan yang sama bersama dengannya.

"Makan malam di rumah, atau di restoran?" tanya Victor saat mereka baru saja meninggalkan gedung perkantoran.

"Bibi Corlin pasti sudah memasak di rumah. Jadi, aku lebih memilih untuk makan malam di rumah saja."

Victor mengelus puncak kepala Karina sekilas. Pria itu akhirnya mengiyakan apa yang telah Karina sarankan. Padahal sejujurnya Victor sudah memesan tempat di sebuah restoran ternama secara diam-diam. Namun, setelah mendengar Karina cukup keberatan, Victor akhirnya membuang uangnya dengan begitu saja.

"Kapan-kapan, kita pergi ke pantai. Kita tidak pernah pergi ke pantai bersama, bukan?"

"Pantai?"

"Ya. Sekalian menyewa sebuah villa agar kita bisa menghabiskan waktu bersama sedikit lebih lama."

Karina seketika memalingkan wajahnya ke luar jendela mobil. Perasaannya mendadak tidak tenang. Ada beberapa hal yang mendadak Karina takutkan. Pergi berlibur ketika mereka sudah berbaikan, bukankah sama saja dengan pergi berbulan madu?

"Kau kenapa?" tanya Victor saat menyadari jika Karina sedang memalingkan wajahnya cukup lama darinya.

Karina dengan segera kembali menoleh pada Victor. Bibirnya tersenyum cukup lebar dengan kedua tangan yang menaut. Menahan ribuan kegugupan.

"Ini ... bukan bulan madu, kan?"

"Anggap saja begitu."

****

Katarina menggeret kopernya ke arah sebuah mobil yang di mana pemiliknya tengah berdiri dengan tubuh bersandar di samping mobil. Senyumnya merekah, seolah penuh kemenangan karena telah membuat perempuan itu kembali ke negara asalnya.

Saat kedua kakinya telah sampai, Chris dengan segera meraih koper tersebut. Mengambil alih, seakan pria tersebut tidak ingin jika Katarina kelelahan hanya perkara memasukkan koper ke dalam bagasi.

"Koper ini, biar aku yang memasukkannya ke bagasi. Kau, masuk saja ke dalam mobilku," ucap pria tersebut.

Katarina sejujurnya tidak ingin terlibat dalam hal apa pun bersama dengan Chris. Karena perempuan itu sangat sadar jika ia terlibat dengan Chris, sudah pasti hidupnya juga akan terus terlibat. Ada beberapa konsekuensi yang perlu ia terima.

Katarina kemudian masuk ke dalam mobil tersebut. Perjalanannya dari Italia ke California cukup melelahkan. Namun, demi bertemu dengan Victor secepatnya, Katarina sempat merelakan beberapa pekerjaan di tempat kerjanya.

"Kau sudah makan? Aku sudah memasukkan kopermu ke dalam bagasi. Jika kau lapar, aku bisa mencarikan restoran untukmu, sebelum kita pulang ke rumahku." Tawar Chris saat pria itu baru saja masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi kemudi.

Perutnya memang terasa lapar, tapi kembali lagi pada logikanya. Katarina tidak begitu menyukai Chris. Sama sekali, sejak dulu sebelum perempuan itu meninggalkan California. Baginya, Chris sama sekali tidak menarik di matanya.

Namun, hanya demi bertemu dengan Victor, Katarina berani melakukannya. Demi tumpangan gratis, sebelum ia merayu Victor untuk ikut tinggal di rumah pria itu nantinya.

"Aku tidak begitu lapar, Chris. Bagaimana jika kita langsung pulang saja ke rumahmu? Aku juga sedikit lelah untuk perjalanan hari ini."

"Baiklah, kita langsung pulang sekarang."

Mobil pun melaju meninggalkan bandara. Di sepanjang jalan, Chris menanyakan banyak hal pada Katarina yang memang sudah sangat lama tidak pernah kembali ke California.

Telinga Katarina terasa sangat panas, tetapi ia harus tetap berpura-pura seolah pertanyaan Chris tidak membebaninya. Berulang kali ia menghela napas, sebagai bentuk pertahanan diri.

"Tidak masalah, Katarina. Setelah bertemu dengan Victor, kau tidak akan bertemu lagi dengan pria cerewet ini."

****

Sebelum makan malam, Karina meminta izin kepada Victor untuk mandi terlebih dahulu. Tanpa diikuti oleh pria itu dengan alasan ia ingin mandi dengan waktu yang tidak perlu menghabiskan banyak waktu.

Namun, meskipun Victor tidak ikut dengannya, pria itu tetap menunggu Karina selesai. Berdiri di hadapan pintu kaca pembatas dengan tubuh yang bersandar. Pada saat Karina ke luar, perempuan itu sontak terkejut melihat Victor berada di hadapannya.

"Ke-kenapa kau berdiri di sini?"

"Menunggumu ke luar. Memastikan tidak ada apa pun yang terjadi padamu saat kau mandi."

"Astaga, Victor! Tidak mungkin terjadi apa pun di dalam sana. Lagi pula, aku benar-benar membersihkan diri di dalam kamar mandi."

Victor mencondongkan kepalanya dengan cepat pada wajah Karina. Mencuri kecupan singkat pada bibir perempuan itu kemudian segera masuk ke dalam kamar mandi menggantikan Karina, agar ia juga bisa membersihkan tubuhnya terlebih dahulu sebelum makan malam.

"Jangan berdiri terlalu lama di sana, Karina. Jika kau masih berdiri di sana, kau kemungkinan akan melihatku bertela*jang."

****