Rea adalah gadis manis anak angkat keluarga Mahendra. Rea tumbuh menjadi gadis manis, anggun, lemah lembut namun pendiam. Dirinya jarang berekspresi karena didikan mamanya yang melarangnya untuk terlalu terlihat ceria. Rea selalu tersenyum, meskipun dirinya tak menyukai hal yang dia lakukan, dia akan tetap tersenyum
Saat kepindahannya, dirinya mengenal Arjuna. Juna mungkin terlihat nakal, namun Rea tak malu untuk tertawa dihadapan Juna dan Rea tak perlu memakai topeng saat berhadapan dengan orang lain. Rea menganggap bahwa Juna adalah tempatnya untuk pulang
Namun hubungan mereka kandas karena perbuatan mamanya. Membawa Rea pergi jauh dari Juna. Sampai akhir pun Rea dipaksa pindah agar bisa jauh
~Aku akan melepas topeng itu dan akan membuatmu menjadi jauh lebih berekspresi. setelahnya kau tidak akan pergi dariku~ Arjuna'
~Terima kasih Juna, aku menjadi sosok yang lebih baik setelah mengenalmu. Aku selalu menyayangimu Juna~ Andrea
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anyelir 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15 - BERTEMU TITA
Juna memikirkan cerita yang diceritakan oleh Deo. Deo adalah kakak Rea, secara garis besar Deo akan membela Rea. Namun bagaimana jika cerita itu benar, pikir Juna. Juna bingung, apakah dirinya harus percaya dengan cerita Deo atau tidak.
“Bay, tolong panggil Rayhan dan kamu juga masuk. Ada yang mau saya bicarakan denganmu dan juga Rayhan” panggil Juna menggunakan intercom.
Kemudian tak lama Bayu dan Rayhan datang ke ruangan Juna. Melihat Juna yang diam saja saat kedatangan mereka pun merasa heran.
“Juna, apa yang ingin kau bicarakan?” tanya Bayu
“Gue mau curhat” ujar Juna meninggalkan bahasa formalnya
Bayu dan Rayhan mengerti, hal yang akan dibicarakan adalahmasalah pribadi bukan bisnis. Juna menggunakan bahasa informal saat membicarakan masalah pribadi saja.
“Baiklah, apa yang lo mau ceritakan” ujar Bayu sambil berjalan ke sofa dan diikuti Rayhan
Juna berjalan mendekati teman-temannya. Juna terdiam. Juna gugup, bingung bagaimana cara menceritakannya
“Juna” panggil Rayhan yang melihat Juna yang malah terdiam dan melamun
Menarik nafas, Juna pun mulai menceritakan apa yang terjadi di PT HQ Indrajasa hingga pembicaraannya dengan Deo, kakak Rea. Juna menceritakan apa yang telah diceritakan Deo kepadanya. Bayu dan Rayhan yang mendengar apa yang diceritakan Juna pun terkejut mengenai alasan Juna dan Rea putus dan Rea yang tiba-tiba pergi.
“Rumit juga kisah cinta lo, Jun” ujar Rayhan
“Lalu, apa yang mau lo lakuin sekarang Jun?” tanya Bayu
“Gue bingung. Gue benci dia karena gue pikir dia pergi ninggalin gue karena uang … tapi gue juga masih suka sama dia”
“Menurut kalian apa yang harus gue lakuin?” tanya Juna
“Kalau masih suka, ya kejarlah dodol” ujar Bayu
“Bener tuh, kalau masih suka mah kejar aja. Lagian Rea kelihatannya juga masih jomblo kan” ujar Rayhan yang diangguki Bayu
“Gue bingung, apa yang harus gue lakuin” lirih Juna
“Jun … elo gabakalan ngelakuin rencana lo kan?” tanya Rayhan
“Rencana apa?” tanya Bayu. Bayu tidak mengetahui rencana yang telah dibuat Juna bersam Rayhan
“Dia…” tunjuk Rayhan “ingin mengejar Rea tapi dengan niat yang jelek” ujar Rayhan
“Elo tau Bay, rencana Juna adalah mengejar Rea kemudian setelah berhasil dia pergi ninggalin Rea dengan sengaja bahkan Juna udah buat skenario. Juna ingin PHPin si Rea. Bahkan, Juna udah minta tolong pacar gue buat jadi pacar pura-pura si Juna. Gila kan” ujar Rayhan
Bayu yang mendengarkan rencana yang dibuat Juna pun terkejut, “Elo jahat kalau ngelakuin hal itu jun”. Bayu tak habis pikir dengan jalan pikiran Juna
“Gue tau .. apalagi setelah tau apa yang terjadi sebenarnya. Mana tega gue mau nyakitin Rea”
“Oke lah, yang penting elo nggak bakalan ngelakuin rencana itu. Dan saran gue, kalau masih suka kejar sebelum diambil orang” ujar Bayu
“Bener Jun. Elo tau kan kalau Rea itu cantik, manis, pinter, lembut lagi. Mana ada cowok yang nggak suka sama Rea. Jadi, kejar aja Jun. Kita pasti bantuin elo”
Mereka tidak sadar bahwa ada seseorang yang mendengarkan perbincangan mereka mulai awal. Setelah mendengar perbincangan mereka, takut dicurigai akhirnya memilih pergi. Dia menyeringai senang mengetahui sesuatu yang tidak seharusnya dia tau
***
Setalah perbincangan itu, mereka pergi ke tempat masing-masing. Sedangkan Juna sedang berpikir bagaimana cara agar dirinya bisa dekat lagi dengan Rea.
Juna tidak menyadari bahwa sedari tadi pintu ruangannya sedang ketuk oleh seseorang. Seseorang itu adalah Tita
TOK… TOK…TOK…
Karena tidak sahutan dari dalam, Tita pun masuk ke ruangan Juna tanpa izin. Saat sesampainya di dalam, Tita melihat kakaknya yang sedang berpikir keras. Apa yang dipikirin kakak sampai begitu ya, pikir Tita
Melihat Juna yang tak menyadri kehadirannya pun ingin mengejutkannya
“DOOORRR” Juna terkejut mendengar teriakan tepat di telinganya.
“Tita” kesal Juna saat mengatahui bahwa yang mengejutkannya adalah Tita
“Habisnya Kak Juna diam aja. Padahal Tita udah ketuk pintu lama tapi nggak ada tuh sahutan dari kakak” ujar Tita
“Maaf ya, kakak tidak tau kalau Tita mau datang kemari. Ada apa?”ujar Juna
“Tita ingin mengajak kakak buat jenguk Kak Arin, kak. Mau tidak?” tanya Tita
“Tidak bisa Tita, setelah ini kakak ada rapat penting untuk proyek yang cukup besar. Maaf ya” ujar Juna
“Tidak apa kak. Kalau gitu Tita pergi dulu ya” Tita cukup mengerti bahwa kakaknya itu sedang sibuk sehingga dirinya tidak akan memaksa agar Juna ikut dengannya.
Juna yang melihat kepergian Tita pun sebenarnya merasa bersalah karena tidak bisa menemaninya. Namun rapat ini sungguh penting dan tidak bisa ia tinggal
***
Rumah Sakit Prima Pelita adalah rumah sakit yang cukup ternama dan di rumah sakit itu pula Arin di rawat. Tita mendatangi resepsionis untuk menanyakan dimana ruang rawat milik Arin berada. Setelah mengetahui dimana ruang milik Arin, Tita segera mencarinya.
Dari kejauhan, Rea melihat Tita yang sepertinya akan menjenguk seseorang. Rea ingin menghampiri Tita, namun ada operasi yang harus ia lakukan saat ini.
Rea yang melihat ruang rawat dari pasiennya tampak sangat ramaipun kebingungan. Melihat Dokter Iza yang berada disanapun segera ia dekati
“Dokter Iza, apa yang terjadi?” Rea melihat ke dalam ruangan, tampak para perawat sepertinya sedang membujuk pasien.
“Nona Arin menolak melakukan operasi” Dokter Iza tampak kebingungan menghadapi situasi ini
“Bukankah Nona Arin sudah setuju melakukan operasi, lalu mengapa sekarang berubah pikiran?” Rea keheranan dengan cara pemikiran dari pasiennya itu
“Saya juga tidak tau Dokter Rea. Saat akan dibawa ke ruang operasi, Nona Arin menolak dan memberontak”
Rea bertanya-tanya apa penyebab dari Arin membatalkan keinginannya untuk operasi. Apakah ada seseorang yang membuatnya menjadi rendah. Kemudian tak sengaja Rea melihat perawat Ina berjalan dari lorong depan
“Perawat Ina, apakah kau mengetahui siapa saja yang datang menjenguk ke ruangan ini?” Rea mencoba mencari informasi dan berharap bahwa Ina mengetahui apa yang terjadi sebelumnya
“Dokter, kalau tidak salah ada seorang laki-laki muda sepertinya itu suaminya dan seorang ibu-ibu diperkirakan berumur 50 tahun yang sepertinya itu adalah ibunya”
Penjelasan Ina membuat Rea dan Iza menjadi paham akan sesuatu. Sepertinya obrolan mereka saat itu membuat Arin menjadi rendah dan kembali tak ingin sembuh
“Dokter, apakah operasinya dibatalkan?” tanya Perawat Ina
“Bukan dibatalkan, tetapi di tunda” ujar Rea
“Lebih baik operasi hari ini dibatalkan saja Dokter Rea. Kita akan memilih hari lain untuk melakukan operasi. Hari ini sangat tidak memungkinkan apalagi emosi pasien yang tidak stabil” Jelas Dokter Iza
“Ada apa ini, dokter?” ujar seseorang yang baru saja datang dan terkejut dengan apa yang ia lihat
Rea, Iza dan Ina yang terkejut serempak melihat ke belakang dan melihat siapa bertanya pada mereka. Rea terkejut, ternyata itu adalah Tita
Tita yang melihat bahwa salah satu orang yang memakai jas dokter adalah seseorang yang ia kenali. Namun bukan itu yang menjadi prioritas Tita saat ini, tetapi keadaan Arin lah yang menjadi fokus utamanya
“Adik mengenal pasien yang ada di dalam ruangan ini” Dokter Iza ingin memastikan bahwa adik yang ada dihapannya mengenal pasiennya, sehingga dirinya bisa mencari informasi lebih lanjut
“Benar dokter, saya mengenalnya. Dia Arin tetangga saya. Saya ingin menjenguknya karena kabar yang saya dengar dia harus di operasi, apakah sudah selesai?” Tita belum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada Arin
“Begini adik, pasien Arin belum menjalankan operasinya karena beliau menolak. Awalnya pasien Arin telah setuju namun tadi pagi beliau menolak. Dan kami menduga bahwa ada yang mempengaruhi perubahan keputusannya” jelas Perawat Ina
Dokter Iza dan Rea saling pandang seolah mengetahui apa yang terjadi lalu berkata, “Perawat Ina, panggilkan dokter psikiater saat ini. Kita harus memiriksa pasien”
“Adik, saya ingin berbicara dengan anda” ujar Dokter Iza kemudian melihat kearah Rea “Dokter Rea, tunggu disini untuk mengetahui hasil pemeriksaan dari bagian Psikiater”
“Saya mengerti, Dokter Iza”
Melihat Iza dan Tita berjalan menjauh dari ruangan pun Rea terdiam, merenung dalam pikirannya sendiri. Jika pemikirannya salah, lalu apa yang harus ia lakukan.
“Rea” panggil seseorang yang berlari kearahnya bersama Perawat Ina
“Tante Risa,” lirih Rea “Tante tolong periksa pasien yang ada di dalam ya”
“Karena itu lah tante disini, tante lihat dulu keadaan di dalam” Risa segera masuk dan memeriksa keadaan pasien.
“Perawat Ina, apakah di ruangan itu ada CCTV?” Rea ingin melihat apa yang terjadi saat keluarga pasien mengunjunginya.
“Sepertinya tidak ada dokter, namun saya bisa bertanya pada pihak keamanamn dokter”
“Baiklah, tolong ya”
Rea menunggu di depan pintu ruang pasien. Duduk di kursi yang disediakan, menunggu hasil dari pemeriksaan Tante Risa. Setelah melihat Tante Risa, Rea berdiri dan bertanya bagaimana hasil pemeriksaannya. Tante Risa memberikan kertas hasil pemeriksaannya. Membaca hasil pemeriksaan, Rea segera berpamitan dan pergi menuju ke ruang kerja Dokter Iza
TOK…TOK..
“Masuk”
“Dokter Iza, ini adalah hasil pemeriksaan dari Pasien Arin” Rea memberikan hasil pemeriksaan yang tadi diberikan oleh Risa
“Sepertinya dugaan kita benar Dokter Rea, dan kita tidak bisa melakukan operasi dalam waktu dekat. Untuk pengobatan sepertinya saya harus melakukan pengobatan secara bertahap” Iza memandang ke arah Rea yang sedari tadi membantunya. Kemudian melihat ke arah Tita yang memberikan informasi mengenai pasiennya, “Terima kasih Tita, kamu boleh keluar”
“Dokter Iza saya juga izin keluar” yang hanya di angguki oleh Iza.
“Tita, tunggu” panggil Rea
“Ada apa dokter” tanya Tita dengan datar seolah tidak ingin berbicara dengan orang yang memanggilnya
“Tita, apakah kau dekat dengan Arin?” tanya Rea
“Cukup dekat, kenapa bertanya?” Tita menjawab dengan nada ketus
“Bisa saya meminta tolong. Karena sekarang saya tau kamu adalah orang terdekatnya. Tolong berikan motivasi untuk sembuh pada Nona Arin. Buat ia memiliki motivasi untuk hidup” Rea merasa bahwa Tita dekat dan Arin sehingga Rea berani untuk meminta bantuan Tita
“Baiklah, saya usahakan. Kalau begitu saya permisi dokter” Tita menekankan kata dokter. Sepertinya Tita membencinya. Namun Rea memaklumi bahwa apa yang dilakukan Tita kepadanya.
“Kenapa aku harus bertemu dengannya disini” gumam Tita sambil berjalan menjauh dan pergi ke ruang rawat Arin