Wanita Cantik Yang Kau Hina

Pagi itu, Pak Karso tersenyum karena Jonson memesan beberapa bungkus mie ayam yang lumayan banyak. "Ini Den. Semuanya sudah beres, aman dan terkendali."

Pak Karso sudah membuatkan lima bungkus mie ayam yang dipesan oleh Jonson. Sementara Jonson memberikan lembaran uang kepada Pak Karso karena pesanannya sudah jadi.

"Loh, Eneng yang tadi pesan mie ayam ke mana ini? Saya lupa dia pesan berapa? Apa pulang dulu ya?"

Pak Karso menoleh pada wanita baru yang tak lain adalah Zumairah. Ternyata Zumairah sudah tidak berada di warungnya.

Saat Jonson datang ke warung Pak Karso, Zumairah lari terbirit-birit ke kontrakannya agar Jonson tidak melihatnya. Sekarang ia sedang mengintai di balik tembok agar tidak ketahuan. Ia masih ingin sendiri dan tak mau berhubungan dengan seorang pria.

"Siapa sih Pak? Bu Kos?" tanya Jonson penasaran.

"Bukan, Den. Wanita cantik yang tinggal di kontrakan Bu Mita. Katanya ia anak kos baru. Tapi saya tidak tahu namanya," jawab Pak Karso sambil memasak mie ayam pesanan Zumairah.

Jonson mengangguk. "Oh. Kirain siapa. Mungkin lagi ada urusan sebentar. Yasudah, saya pulang dulu."

Akhirnya Jonson pulang ke rumahnya dengan membawa lima bungkus mie ayam. Setelah dipastikan Jonson pergi, Zumairah kembali ke warung Pak Karso. Ia mengambil pesanannya dan tidak lupa membayarnya.

...

Saat tengah menikmati mie ayam di kontrakan, tetiba ponsel Zuma bergetar.

"Halo, ada apa Mas?"

Zuma mulai mengangkat telepon. Ternyata yang menelepon adalah Zaki.

"Kamu ada di mana? Bisakah kita bertemu?" tanya Zaki di seberang sana.

"Di sini. Ada apa, Mas?" tanya ulang Zuma dengan penasaran.

"Ibu kamu datang ke sini dan meminta kamu ke sini. Ibu sangat ingin bertemu kamu, Zuma!"

Ternyata Zaki menyampaikan kabar bahwa ibunya Zuma telah datang.

"Kamu tidak bohong 'kan?" tanya Zuma memastikan. Ia takut dibohongi.

"Suer. Kalau tidak percaya, coba saja ke sini," jawab Zaki dengan nasa pelan tapi pasti.

"Oke. Saya akan ke sana. Tunggu aku."

Zuma tidak jadi melamar pekerjaan pada hari itu karena ia harus menemui ibunya di rumah Zaki.

Tidak lama, ia memesan Ojol untuk menuju rumah Zaki. Ia sudah hafal alamat di mana Zaki tinggal.

***

Satu jam kemudian, Zuma sudah di depan rumah Zaki. Ia teringat masa lalu yang kelam bersama Zaki. Ia sedikit trauma ketika akan melangkahkan kaki menuju rumah Zaki.

Ting tung!

Ia segera menekan tombol pintu milik Zaki. Tidak lama keluarlah Zaki dengan senyum hangat.

"Di mana Ibu?" tanya Zuma penasaran. Ia memastikan bahwa ibunya benar-benar berada di rumah Zaki.

Zaki tersenyum sedikit. "Sedang memasak. Ia masak masakan spesial buat kamu, Zuma. Ayo masuk ke dalam rumah!"

Zaki langsung menarik Zuma masuk ke dalam rumah dengan paksa.

Ceklek!

Pintu pun ia kunci dengan rapat. Sementara Zuma berjalan menuju ke dapur. Tidak ada siapa-siapa di dapur.

Zuma menoleh dan berjalan ke arah Zaki dengan tatapan marah. "Ibu mana Mas? Kau bohongi aku, Mas?" tanya Zuma dengan hati bergetar. Ia merasa bodoh sekali karena ia sedang dibohongi oleh Zaki.

"Terpaksa aku berbohong, Zuma. Agar kamu kembali ke rumah ini. Bagaimana rasanya? Kau masih mau rujuk denganku?"

Zaki sudah kesetanan. Ia mendekati Zuma yang ketakutan.

"Nggak. Aku sudah tidak sudi rujuk denganmu, Mas! Kau munafik dan kejam!" tolak Zuma ketika Zaki ingin rujuk. Sudah tidak ada rasa cinta sedikitpun di hati Zuma kepada Zaki.

Zaki geram. "Oh, jadi itu mau kamu! Sekarang kamu aku kurung di dalam kamar kita. Kau tidak bisa keluar sekarang. Sebelum kau mau rujuk kembali denganku, kau tidak boleh keluar, Sayang. Aku sangat mencintaimu!"

Tubuh Zuma dihempaskan ke dalam kasur empuk. Lalu kamar tersebut dikunci oleh Zaki. Zaki ingin selalu bersam Zuma.

Zuma menangis. "Kamu kejam, Mas! Lepaskan aku! Kita sudah tidak sah menjadi suami istri. Jangan macam-macam denganku!"

Tangisan Zuma tumpah ruah karena ia terbelenggu oleh kemarahan Zaki. Ia bingung, bagaimana cara ia bisa keluar dari kamar tersebut.

"Percuma kau menangis, Sayang. Aku tidak akan melepasmu begitu saja. Dua pekan aku mencarimu sia-sia. Sekarang, aku terpaksa berbohong demi bisa bertemu kamu. Nikmatilah hidupmu denganku. Sayang, Mas pengen."

Zaki mendekati Zuma yang berusaha bangun dari ranjangnya. Ia ingin menghindari Zaki yang mencoba mendekat ke arah dan menyentuh dirinya.

"Cuih. Aku sudah nggak sudi tidur denganmu, Mas. Kita juga sudah tisak sah!"

Zuma bersikap sinis kepada Zaki dan berusaha menolak ajakan Zaki untuk tidur. Zaki semakin kesetanan dan menggenggam kedua tangan Zuma dengan erat. Ia ingin melampiaskan hasratnya yang sudah lama tertunda.

"Kalau kamu nggak mau tidur denganku, Dengan cara paksa akan aku lakukan. Kamu keras kepala Zuma! Ayo, aku buka pakaian yang melekat pada tubuh indahmu!"

Zuma berontak ketika Zaki ingin menidurinya sehingga Zaki menggunakan cara kasar agar Zuma menuruti perintahnya.

Zaki mencoba melepaskan pakaian Zuma yang masih melekat di tubuhnya.

Krek!

Baju Zuma pun sobek karena Zuma mempertahankan harga dirinya. Zaki menarik baju wanita itu hingga sobek. Karena Zuma sangat kuat memegangi pakaiannya. Secuil pun, Zuma tidak mau memperlihatkan auratnya kepada pria yang pernah menyakitinya. Bahkan saat ini Zaki akan menodai dirinya.

"Sialan kamu Zuma! Semakin kamu menolak. Semakin sakit yang kau rasa! Rasain ini. Aku akan terus membuka pakaianmu hingga semua terbuka!"

Zaki semakin mendekati Zuma untuk melepas pakaian namun, karena Zuma berontak dengan sekuat tenaga, wanita itu jatuh dari tempat tidur.

"Jangan siksa aku Mas! Hik hik. Biarkan aku pergi!"

Lututnya memar. Kedua kakinya sakit. Ia kemudian membungkuk, menangis merasakan sakit hati dan raganya tiada terkira karena Zaki.

Pakaian yang tadinya rapi kini sudah tidak berbentuk. Rambutnya yang panjang tergerai karena ulah dari Zaki, kini menjadi awut-awutan.

"Cepat buka pakaian kamu, Zuma! Atau Mas akan memaksa!"

Zaki berteriak kesetanan. Ia sudah buta hati dan buta jiwa. Pikirannya sudah terobsesi dengan cinta buta.

"Bunuh saja aku Mas, jika kau ingin menodaiku! Cepat bunuh! Lebih baik aku m4ti dari pada disentuh pria munafik seperti kamu!" kata Zuma tegas.

"Tidak Zuma. Jangan berkata begitu. Aku masih mencintaimu. Aku hanya ingin minta satu saja. Aku ingin tidur denganmu selamanya! Aku buka ya?"

Zaki mendekati Zuma kembali. Ia mulai melepas pakaian milik Zuma yang masih tertunduk. Zuma hanya diam dan pasrah saat itu. Ia sedang memikirkan sesuatu.

Tidak lama pakaian bagian atas milik Zuma sudah dibuka oleh Zaki.

"Indah sekali, Zuma? Ini aku buka ya?"

Zaki mulai mencoba membuka penutup mahligai milik Zuma yang berwarna hitam.

Apakah Zaki berhasil membukanya?

Lanjut gak?