Rindunya adalah hal terlarang. Bagaikan sebuah bom waktu yang perlahan akan meledak di hadapannya. Dia sadar akan kesalahan ini. Namun, dia sudah terlanjur masuk ke dalam cinta yang berada di atas kebohongan dan mimpi yang semu. Hanya sebuah harapan rapuh yang sedang dia perjuangkan.
Ketika hubungan terjalin di atas permintaan keluarga, dan berakhir dengan keduanya bertemu orang lain yang perlahan menggoyahkan keyakinan hatinya.
Antara Benji dan Nirmala yang perlahan masuk ke dalam hubungan sepasang kekasih ini dan menggoyahkan komitmen atas nama cinta itu yang kini mulai meragu, benarkah yang mereka rasakan adalah cinta?
"Tidak ada hal indah yang selamanya di dunia ini. Pelangi dan senja tetap pergi tanpa menjanjikan akan kembali esok hari"
Kesalahan yang dia buat, sejak hari dia bersedia untuk bersamanya. Ini bukan tentang kisah romantis, hanya tentang hati yang terpenjara atas cinta semu.
Antara cinta dan logika yang harus dipertimbangkan. Entah mana yang akan menang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perasaan Yang Salah
Laura hanya duduk diam di sofa ruang tengah di hari liburnya ini. Dia malas keluar dan melakukan apapun. Pemotretan kemarin sudah membuatnya lelah, jadi sekarang dia akan diam saja di Rumah.
Membuka ponselnya dan hanya scrol sosial media saja. Sampai sebuah pesan masuk, membuat dia semangat. Langsung membuka pesan itu.
Hay cantik, sedang apa hari ini?
Laura tersenyum mendapatkan pesan dari Benji. Bahkan setiap pesannya selalu memanggilnya seperti itu. Laura segera membalas pesan itu.
Hay juga. Aku cuma lagi diam saja di Rumah. Sedang libur dan tidak ada pekerjaan.
Send.. Pesan terkirim, Laura menunggu balasannya. Dan tidak lama kemudian, pesannya terbalas juga.
Yah, aku sedang kerja sekarang. Kalau saja aku juga libur, pasti sudah datang kesana untuk menjemputmu pergi jalan-jalan.
Laura lagi dibuat tersenyum atas pesan yang dikirimkan Benji. Bahkan senyumnya begitu lebar. Laura memeluk ponselnya di dada dengan senyuman yang tidak lepas.
"Ah, kenapa dia begitu perhatian padaku? Kenapa dia bersikap selembut ini padaku"
Laura terkadang bingung dengan perasaannya sendiri. Kenapa dia bisa begitu bahagia saat bersama dengan Benji. Masih teringat dalam ingatan, bagaimana pertemuan pertama saja sudah membuatnya merasa ada hal yang berbeda dengan pria itu.
Ketika saat itu Laura menunggu Nirmala menjemputnya, di butiknya. Sampai tiba-tiba seseorang yang membawa motor tiba-tiba terjatuh di depannya berdiri. Laura kaget dan langsung membantunya.
"Kamu tidak papa?"
Benji membuka helmnya, lalu dia tersenyum pada Laura. Senyuman yang bahkan mampu membuat Laura terpana untuk sejenak. Rambutnya yang sedikit acak-acakan, pakaian casual yang dia gunakan. Benar-benar sedikit jauh dari kata rapi. Apalagi dengan pria itu membawa motor metic seadanya.
"Hehe, sorry ya. Aku tidak sengaja, kelepasan rem. Siapa namamu gadis cantik? Aku Benji" ucapnya sambil mengulurkan tangannya.
Dengan sedikit ragu, Laura menerima uluran tangan itu dengan menyebutkan namanya.
"Laura ya? Nama yang begitu cantik, seperti orangnya" ucap Benji tersenyum sambil dia menyisir rambutnya ke belakang dengan tangannya. Dan adegan itu membuat Laura lagi-lagi terpana sejenak. Rambut Benji yang memang sedikit panjang untuk ukuran bentuk rambut laki-laki.
"Nona Muda"
Panggilan itu membuat Laura seketika mengerjap kaget dan tersadar dari lamunan. Dia melihat Nirmala yang berada didepannya.
"Lagi ngelamunin apa sih?" ucap Nirmala yang beralih duduk disamping Laura saat ini.
"Bukan apa-apa"
Nirmala hanya mengangguk saja dengan mengangkat bahunya acuh. Dia membuka ponselnya dan melihat pesan yang masuk pagi ini, dan dia belum sempat membalas.
Aku pergi kerja dulu, kau baik-baik ya dan jangan lupa sarapan.
Nirmala membaca pesan itu berulang kali, entah kenapa hatinya berdebar senang dengan pesan yang dikirimkan Galen padanya. Seolah memang dia sedang memberikan perhatian pada kekasihnya saja. Eh... Seketika Nirmala langsung tersadar dengan apa yang dia pikirkan. Nirmala mematikan layar ponsel, dan tidak berniat membalas pesan itu.
Sadar Nirma, kamu jangan terlalu berpikiran jauh. Perasaanmu salah.
"Nirma, ikut aku pergi ke Rumah Galen nanti malam ya"
Tiba-tiba saja Laura mengatakan itu, membuat Nirmala langsung menoleh dan menatapnya. Selalu saja dia mengajak Nirmala dalam hal apapun. Padahal ini tentang hubungannya dengan Galen, tapi selalu Nirmala harus ikut bersamanya.
"Mau apa, Nona?"
"Kakeknya Galen bilang kalau aku belum makan malam di Rumah sejak Galen pulang. Jadi, aku harus datang kesana. Dan aku tidak mau sendirian"
Nirmala hanya menghela nafas pelan, lagi dia harus terlibat dalam kisahnya. "Kenapa aku harus ikut coba? Kan itu acara kamu dengan keluarga kekasihmu. Aku tidak perlu ikut"
Laura langsung merangkul lengan saudaranya ini. "Ayolah, aku tidak mau sendirian. Pokoknya kamu harus ikut denganku"
Nirmala berdecak pelan, pasti selalu seperti cara Laura memaksanya. Karena pastinya Nirmala tidak akan berani menolaknya.
"Yaudah, terserah kamu saja"
"Yeay, gitu dong. Harus nemenin aku terus. Apalagi kita hanya hidup berdua disini"
Nirmala hanya tersenyum saja. Ya, memang mereka hanya hidup berdua di Rumah ini, hanya dengan ditemani dua pelayan dan satu Satpam dan satu sopir yang lebih sering ikut menjaga keamanan saja, karena Laura yang lebih sering pergi dengan Nirmala daripada dengan Pak Sopir itu. Orang tua Laura menetapkan untuk tinggal di Luar Negara dengan bisnis mereka.
*
Ketika malam hari, akhirnya mereka pergi ke Mansion keluarga Austin. Nirmala yang mengemudi seperti biasa. Ketika sudah sampai di pekarangan Mansion, Nirmala segera memarkirkan mobil.
"Ayo turun, Nona Muda"
"Oke"
Mereka turun dari mobil, Nirmala hanya mengikuti Laura dari belakang. Sama sekali tidak nyaman ketika dia masuk ke Rumah ini. Karena apa? Karena penghuni di Rumah ini selalu menunjukan jika mereka tidak suka padanya. Dan Nirmala juga sadar diri dengan itu.
"Wah, cucu menantu Kakek sudah sampai ternyata"
Laura tersenyum saat melihat Kakek, Papa, dan Mama disana. Langsung menyalami mereka satu persatu. Mamanya Galen yang baru kembali dari Kota kelahirannya, langsung memeluk Laura dengan hangat.
"Mama kangen sekali"
"Iya Ma, Laura juga kangen. Bagaimana liburan disana? Baik?"
Mama mengangguk sambil tersenyum, dia mengambil sebuah paper bag kecil disampingnya. "Oleh-oleh sederhana untuk calon menantu Mama ini"
"Wah, terima kasih banyak Mama" ucap Laura yang kembali memeluk calon Ibu mertuanya itu.
Sementara Nirmala hanya diam dan mengangguk hormat pada semuanya. Bahkan semua orang seolah tidak menganggap keberadaannya saat ini. Namun, dia sudah terbiasa dengan ini.
"Em, Nona Muda, aku mau ke toilet sebentar ya"
"Ah iya, Nirma. Kamu tahu 'kan toiletnya?"
Nirmala hanya mengangguk saja, dia segera pergi dari sana karena dia tidak nyaman dan tidak tahu harus melakukan apa. Sebenarnya tidak benar-benar pergi ke toilet, dia hanya pergi saja dari suasana di dalam.
"Ah, aku bingung juga harus ngapain disana. Sebaiknya aku nunggu di Taman saja"
Nirmala pergi ke Taman samping Rumah, duduk di bangku taman dan hanya diam saja disana. Memainkan ponsel agar dia tidak jenuh. Angin malam mulai terasa menusuk ke dalam tulang, apalagi dia yang hanya menggunakan dress selutut dengan lengan baju yang pendek.
"Ah, dingin sekali, tapi aku tidak mau kembali ke dalam. Lebih baik disini saja"
Bersambung
lanjut kak tetap semangat 💪💪💪