Shakila Anara Ainur adalah gadis yang sedang dalam proses hijrah.
Demi memenuhi permintaan wanita yang sedang berjuang melawan penyakitnya, Shakila terpaksa menjadi istri kedua dai muda bernama Abian Devan Sanjaya.
Bagaimana kehidupan Shakila setelah menikahi Abian? ikuti terus ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Alquinsha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 : Melepas rindu
Sudah satu minggu lebih Shakila menginap di rumah mertuanya, tapi masih belum ada tanda-tanda suaminya akan datang menjemputnya.
"Mungkin hari ini juga mas Abian tidak akan datang," Shakila menutup gorden kamarnya. Ia berniat tidur awal malam ini supaya besok bisa bangun untuk salat tahajud dan juga sahur.
Saat Shakila naik keatas ranjang, Barulah suara mobil terdengar dari luar. Tapi kali ini Ia tidak ingin terlalu berharap dan memilih memejamkan matanya.
"Shakila."
Shakila mengabaikan suara yang memanggilnya. Sepertinya Ia terlalu merindukan Abian sampai-sampai berhalusinasi medengar suara suaminya itu.
"Sayang, ini mas. Kamu sudah tidur?" suara dari halusinasi Shakila kembali terdengar.
Shakila menarik selimutnya hingga menutup seluruh tubuhnya supaya suara-suara itu tidak terdengar lagi olehnya.
Shakila terus beristighfar dalam hati untuk menenangkan dirinya dari kekecewaan karena suaminya tidak datang menjemput.
"Kenapa aku terus mendengar suara mas Abian?" keluh Shakila sambil berusaha untuk terus terpejam, "apa aku sekangen itu sampai berhalusi?"
"Mas masuk ya?"
Shakila masih mengabaikannya karena berpikir yang Ia dengar hanya halusinasi semata. Saat suara pintu terbuka, barulah Ia dengan sigap bangun dan keluar dari dalam selimutnya.
"Siapa itu?" tanya Shakila takut ada orang lain yang sembarangan masuk ke dalam kamarnya.
Meskipun orang di rumah ini baik, tapi bisa saja ada orang jahat yang masuk ke dalam rumah dan sekarang orang itu memasuki kamar Shakila.
"Ini mas," Abian muncul dari balik pintu dan langsung menutup kembali pintu kamar istrinya itu.
Abian tahu jika di kamar istrinya tidak memakai burqanya dan Ia tidak ingin wajah istrinya terlihat oleh laki-laki lain di rumah itu.
"Mas Abian?" Shakila tidak bisa menyembunyikan senyumannya saat melihat laki-laki yang sekarang berdiri di hadapannya.
Ternyata Shakila tidak berhalusinasi, suaminya benar-benar datang menemuinya.
"Aku pikir tadi aku hanya berhalusinasi mendengar suara kamu."
Abian tersenyum simpul. Ternyata itu alasan istrinya tidak menyahut saat dipanggil olehnya.
"Kamu tidak berhalusinasi, sayang," Abian melebarkan tangannya meminta Shakila memeluknya.
Shakila yang mengerti langsung turun dari ranjang dan memeluk tubuh tegap Abian.
"Mas merindukan kamu, sayang," Abian memejamkan mata menikmati pelukan hangat Shakila.
"Aku juga kangen sama kamu, mas," balas Shakila.
Mereka berdua saling melepas rindu setelah satu minggu lebih tidak bertemu. Mereka saling menghubungi lewat handphone, tapi yang dirindukan adalah wujudnya.
Abian merasa ada sesuatu yang hilang selama tidak ada Shakila di rumah mereka, apalagi Ia juga harus menghadapi tabiat buruk mertuanya di rumah.
"Mas kesini mau menjemputku?" tanya Shakila membuat pelukan Abian sedikit melonggar.
Masalahnya, Abian tidak datang untuk menjemput Shakila. Ia hanya datang untuk melepaskan rindunya terhadap istri tercintanya itu.
Abian kemudian melepaskan pelukannya dan menatap wajah istrinya, "orang tua Zahra masih di rumah, kamu disini dulu tidak apa-apa kan?"
Ada raut kecewa dari wajah Shakila saat mengetahui suaminya datang bukan untuk menjemputnya, tapi Ia berusaha untuk menyembunyikan hal itu.
Shakila tersenyum dan menganggukkan kepalanya supaya suaminya tidak tahu dirinya kecewa, "baiklah."
"Mas akan menjemput kamu secepatnya," ucap Abian menghibur istrinya karena tahu istrinya ini kecewa terhadapnya.
Abian bisa melihat senyuman Shakila berbeda setelah tahu tujuan Abian kesana bukan untuk menjemputnya.
"Iya, mas," Shakila masih menunjukkan senyuman di bibirnya.
Abian tidak tahu harus mengatakan apa selain kata maaf kepada istri tercintanya ini. Ia ingin segera menjemput dan membawa pulang Shakila, tapi mertuanya masih belum juga pulang ke Surakarta.
"Tidak apa-apa, mas. Aku juga senang berada disini, keluarga mas memperlakukan aku dengan baik."
Shakila berbohong dengan perkataannya, tapi tatapan di matanya tidak bisa berbohong. Abian bisa melihat kekecewaan dari mata istrinya saat ini.
"Lebih baik sekarang mas pulang, takutnya mertua mas berpikir yang tidak-tidak kalau mas telat pulang."
Abian tahu itu hanya alasan Shakila menyuruhnya pulang karena kecewa, bukan karena apa yang baru saja istrinya itu katakan.
"Mas baru datang kesini, kamu sudah meminta mas untuk pergi? bukannya kamu bilang kamu kangen sama mas?"
"Aku mau tidur," Shakila menggunakan alasan itu supaya Abian pulang, tapi Abian yang belum mau pergi menolak untuk pergi.
"Tidak apa-apa kalau kamu mau tidur, mas akan menemani kamu tidur."
"Yaudah," Shakila terkesan tidak peduli dan memilih untuk kembali berbaring keatas tempat tidurnya.
"Nanti juga mas Abian pulang dengan sendirinya, kalau memang ada mertuanya di rumah," pikirnya.
Abian memperhatikan setiap pergerakan Shakila. dari mulai Shakila naik keatas ranjang sampai menutup setengah tubuhnya dengan selimut putih.
"Nanti tolong tutup pintunya kalau mas keluar," ucap Shakila tanpa melihat wajah Abian.
Abian mulai tahu kebiasaan Shakila, istrinya itu tidak akan mau menatap orang yang membuatnya marah ataupun kecewa.
"Maaf, mas pasti akan langsung menjemputmu setelah orang tua Zahra pulang ke Surakarta," gumam Abian dalam hati sambil memandangi istrinya yang berada diatas tempat tidur.
Abian membawa tubuhnya menghampiri ranjang Shakila, kemudian naik keatas ranjang itu dan membaringkan dirinya disana.
Shakila spontan membuka mata menatap Abian, "kenapa mas malah tiduran disini bukannya pulang?"
Abian menarik tubuh Shakila tanpa memberikan jawaban atas apa yang istrinya tanyakan.
"Mas!" cicit Shakila sambil menahan tubuh Abian supaya tidak terlalu dekat dengan cara meletakkan tangannya di dada suaminya itu.
Abian dengan lembut menahan tangan Shakila yang berada diatas dadanya sehingga sudah tidak ada lagi yang menghalangi tubuh mereka untuk saling berdekatan dan menempel.
"Mas mau tidur sebentar disini," ucap Abian berpura-pura memejamkan mata supaya tidak diusir oleh istrinya.
Shakila akhirnya hanya bisa pasrah dan membiarkan Abian memeluknya diatas tempat tidur.
"Jangan lupa yang aku katakan tadi, tutup pintunya kalau mas pulang."
"Iya, sayang. Nanti mas tutup pintunya."
Shakila dan Abian pun akhirnya tertidur dengan posisi Abian memeluk tubuh Shakila.
-
-
Shakila terbangun saat alarm di handphonenya berbunyi. Betapa terkejutnya Ia saat melihat Abian masih berbaring di sampingnya sambil memeluk tubuhnya.
Abian seharusnya sudah pulang sekarang, tapi suaminya itu masih tertidur pulas di kamarnya.
"Mas, bangun!" ucap Shakila mengguncang pelan tubuh Abian supaya suaminya itu bangun.
Bukannya bangun, Abian justru malah mempererat pelukannya pada tubuh Shakila tanpa membuka sedikitpun matanya.
"Mas!" Shakila masih berusaha membangunkan Abian, tapi suaminya itu masih belum juga bangun.
"Mas masih ngantuk, sayang," hanya itu yang Abian katakan sambil menyamankan dirinya dalam pelukan Shakila dengan matanya yang masih tertutup rapat.
Shakila yang tidak kehilangan akal mencapit hidung mancung Abian supaya suaminya itu kesulitan bernafas dan bangun.
"Kalau seperti ini kamu bisa membunuh suamimu sendiri, Shakila," Abian akhirnya membuka mata dan langsung menatap wajah Shakila.
trus lanjutan sugar mommy knp gk lanjut kk