NovelToon NovelToon
Campur Tangan Mertuaku Di Keluarga Kecilku

Campur Tangan Mertuaku Di Keluarga Kecilku

Status: sedang berlangsung
Genre:Janda / Selingkuh / Penyesalan Suami / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Tina Mehna 2

Menjadi ibu baru tidak lah mudah, kehamilan Yeni tidak ada masalah. Tetapi selamma kehamilan, dia terus mengalami tekanan fisik dan tekanan mental yang di sebabkan oleh mertua nya. Suami nya Ridwan selalu menuruti semua perkataan ibunya. Dia selalu mengagungkan ibunya. Dari awal sampai melahirkan dia seperti tak perduli akan istrinya. Dia selalu meminta Yeni agar bisa memahami ibunya. Yeni menuruti kemauan suaminya itu namun suatu masalah terjadi sehingga Yeni tak bisa lagi mentolerir semua campur tangan gan mertuanya.


Bagaimana akhir cerita ini? Apa yang akan yeni lakukan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tina Mehna 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 4. CTMDKK

Terimakasih banyak bu ibu. Yeni nggak tau lagi harus berkata apa.”

“Santai aja yen. Kamu istirahat dulu aja, kami masih di sini kok. Oh ya saya telpon orang tua kamu ya sekalian.”

“Oh iya bu, Yeni lupa kasih tau bapak ibu di kampung. Baiklah bu, yeni minta tolong ya bu.”

“Iya .. yen.. santai saja.”

Ku pejamkan mataku, ku coba untuk tertidur sebentar. Namun tiba-tiba, ku kaget karena mendengar teriakan keras mertua ku yang membuat bayiku juga bangun dan menangis. Aku pun dengan berusaha sekuat tenaga ku agar bisa bangun dan bersandar di kepala ranjang.

“Ya Allah bu Marni.. Jangan teriak-teriak dong.. Ya Allah, perhatian sedikit bu dengan menantu yang baru melahirkan. Ini cucu mu jadi nangis. Ngak tau sopan santun sekali..”

“Sini ku bantu yen,” ucap Bu Asih membantuku duduk. Lalu Bu Fitri menyerahkan anakku padaku. dan ku susui anakku langsung.

“Heh! Kalian ini jangan ikut campur urusan keluarga ku! Pergi! Sana pergi! Yeni kalau dimanja semakin manja. Asal kalian tau ya, dia itu udah bikin nangis Syifa. Syifa sampai saat ini ngambek nggak mau ngobrol dan makan masakan ku!” Lanjut Mertua ku mengomel dan menunjuk-nunjuk ke arahku.

Aku sungguh tidak tau apa salah ku sehingga dia menuduhku penyebab adik ipar ku ngambek seperti itu.

“Kenapa bisa bu? Tapi walau begitu, sikap mu ke menantu kamu jangan seperti ini.”

“Eh malah ngajarin? Heh! Syifa itu anakku! Anak kandung ku! Darah daging ku! Dia? DIa siapa? Dia hanya orang lain! Orang Asing! Dia cuma numpang hidup sama anak saya! Kalian ini ckckck. Sudahlah! Jangan ganggu-ganggu lagi! Itu anak nya bukan anakku. Urus sendiri anak kamu! Dasar! Gara-gara kamu ya yeni, Ridwan nggak jadi beli motor baru buat syifa. Ah wes lah. Urus sendiri sana anak mu.” Celoteh mertua ku memarahi ku.

“Ya Allah bu.. tega sekali bu ..”

“Diam kalian! Saya camkan yah, ini semua bukan urusan kalian. Nggak usah kalian sok peduli sama dia.” Mertua ku langsung pergi setelah memarahi orang-orang yang ada di sini.

“Astaghfirullah..” seketika orang yang ada di sini geram dan tak tau harus berkata apa pada mertua ku.

Mertua ku langsung pergi dan keluar dari rumah ku. Bantingan keras pintu, dia tinggalkan agar semua orang tau kalau dia marah.

“Ya Allah, ada ya orang begitu.. Sabar ya yeni …”

Ku hanya diam dan menepuk-nepuk pelan bayiku yang sedang menyusu.

“Pak kenapa malah panggil Bu Marni ke sini? Panggil saja Ridwan ke sini.”

“Ridwan nggak ada di rumah. Dia katanya naik mobil di perempatan sana.”

“Mas Ridwan mau kemana itu?” Tanya ku.

“Nggak tau yen, kata bu Reni yang lihat kearah selatan. Ridwan nggak menjawab teriakan bu Reni.” Jawab Pak Jojo, suami Bu Fitri.

Ku tak tau dia kemana dan sekarang ku bingung kalau para tetangga sudah pulang ke rumah mereka. Ku masih membutuhkan mas Ridwan disini.

"Yeni, orang tua kamu dan adik kamu. Nanti sore baru berangkat ke sini. Paling nanti malam mereka datang nya, Kamu tenang saja ya."

"Iya bu, terimakasih sudah membantu."

"Em, ya sudah. berhubung saya mau jemput anak ke sekolah dan belanja juga ke pasar, jadi saya pamit dulu ya pak bu ibu?" Ucap Bu Fitri.

"Iya bu, terimakasih dan hati-hati" Ucapku.

“Yen, tenang ku temani kamu tapi ku mau ke warung dulu gimana? Mau beli cemilan untuk kamu, Biar kamu ada makanan. Ku lihat tadi di dapur, kamu sama sekali nggak ada makanan.”

“Ya ampun Nes? Nggak usah, nanti biar mas Ridwan saja yang beli. Seharusnya tuan rumah yang menjamu tamu, ini malah tamu yang menjamu tuan rumah.”

“Nggak papa Yen, Alhamdulillah ku baru dapet arisan kemarin hehe. Sekalian aja ku belanjaan kamu, Udah anggap aja ini hadiah ku ya karena bayi kamu sudah lahir, anggap ini rejeki bayi kamu juga."

Ku terharu mendengar itu, "Alhamdulillah, Aku nggak tau harus bagaimana selain berterima kasih padamu Nes,"

"Ah wes sudah lah, jangan terharu begitu. Orang-orang sini paham Yen sekaligus ingin membantu kamu dari ocehan si nenek jahanam tadi. Kami semua juga pernah di bikin sakit hati sama si nenek itu. Tapi kami diam, Kalau kami balas nanti masalahnya bakal panjang. Lagi pula, orang macam dia kalau di balas semakin menjadi-jadi. Orang itu sangat keras kepala Yen. Hmm, sudahlah malah jadi ghibah nih. Nggak mau ye pahala ku jadi pindah ke dia hehe. Kamu di sini dulu ya, kalau mau minum tuh di samping kamu ada minum sama teko nya sekalian. Ku pergi sekarang ya?"

Ku tersenyum lalu menganggukkan kepalaku. lalu Nesa pun pergi keluar dari rumah ku.

3 jam kemudian, Nesa kembali dengan satu kardus berisi bahan makanan yang diantaranya ada mie instan, telur, beras, gula, sabun cuci, dan beberapa peralatan mandi bayi.

"Wah banyak sekali Nes? Aku jadi nggak enak.."

"Hmm, udah ku bilang anggap ini hadiah karena kelahiran bayi mu itu."

"Iya iya, terimakasih banyak Nes, nggak tau kalau nggak ada kamu,"

"Ah biasa aja. oh ya, ini aku belikan ayam bakar juga buat kita makan sama-sama. Ku ambil piring dulu ya? Kamu pasti lapar lagi kan?"

Ku terenyuh melihat perlakuan baik tetangga ku. aku memakan makanan yang dia beli dengan terharu sampai habis. Sore harinya, jam menunjukan pukul 5 dan pintu rumah kembali di ketuk. Nesa berdiri dan membukakan pintu lalu kembali masuk dengan ayah, ibu dan adikku yang terlihat terharu melihat ku.

“Bapak? Ibu? Salma?” panggil ku pada mereka yang melewati pintu.

“Yeni…” Seru Ibu melihatku dengan mata yang berkaca-kaca.

“Ibu..” Jawabku antusias.

Ibu langsung mendekati ku, mencium kening ku lalu mengelus kaki bayiku.

“Kenapa kamu baru bilang ibu sama bapak?”

“Maaf bu, yeni nggak sempat bilang,” Jawab ku ikut berkaca-kaca.

“Sudahlah bu, nggak papa. Yang penting kan kita sudah tau hal ini.” tengahi bapak.

“Yen. Ku tinggal ya? mau mandi dulu gerah nih. Nanti ku kesini lagi kok.” Potong Nesa pada pembicaraan kami.

“Oh iya Nes, ya ampun… terimakasih ya Nes.. Aku nggak tau harus bagaimana lagi.”

“Iya tenang aja. Saya duluan dulu ya pak bu, dek.” Lanjutnya.

“Hati—hati dan terimakasih banyak mba..” Ucap bapak menyahuti.

Nesa pun pergi, kini giliran kami berbincang.

“Suami kamu mana?” tanya bapak.

“Eh iya, di mana tuh Ridwan? Lalu itu Bu Marni di mana? Kenapa yang nungguin tetangga kamu Yen?” Sambung Ibu penasaran.

“Mas Ridwan nggak tau di mana bu, pak. Urusan pekerjaan kali, dia kan udah beberapa hari kemarin nggak kerja.” Jawab ku berfikir positif.

“Masa ninggalin kamu begini? Terus mertua kamu mana? Kenapa dia tidak disini?”

“Di rumah nya bu, dia kan juga lagi ngurusin Syifa.”

Bersambung...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!