Sinyal Di Batas Bintang

Bab 19: Dimensi Baru, Ancaman Baru

Setelah melewati portal, Elena dan kru muncul di tengah-tengah hutan lebat dengan pepohonan menjulang tinggi yang menyembunyikan langit di atas mereka. Udara terasa segar namun asing, dengan aroma yang belum pernah mereka cium sebelumnya. Rerumputan di bawah kaki mereka menyala samar dalam kegelapan, seolah memberikan isyarat bahwa mereka berada di dunia yang sangat berbeda dari yang pernah mereka datangi sebelumnya.

“Apa ini?” Mark melangkah ke depan, menyentuh salah satu pohon yang batangnya tampak mengilap seperti kaca. “Sepertinya ini dimensi yang lain lagi.”

Elena menyesuaikan peralatannya, masih terkejut bahwa mereka selamat dari pertempuran sebelumnya. “Ya, ini jelas bukan tempat asal kita. Tapi setidaknya kita sudah jauh dari kegelapan.”

Samuel mengaktifkan pemindai pada gelangnya, memeriksa lingkungan sekitar. “Tidak ada tanda-tanda makhluk hidup yang terdeteksi di dekat sini. Tapi ada semacam sinyal energi di sebelah barat. Mungkin itu bisa memberi kita petunjuk.”

Kara memandang ke arah yang ditunjuk Samuel. “Mungkin ada peradaban di sini. Kita butuh informasi dan sumber daya sebelum melanjutkan perjalanan.”

Mereka bergerak pelan melewati hutan, tetap waspada terhadap kemungkinan ancaman yang mungkin muncul. Meskipun dunia ini tampak tenang, Elena tahu bahwa setiap dimensi memiliki bahayanya sendiri. Pengalaman mereka di dimensi kegelapan sudah cukup menjadi pelajaran bahwa apa pun bisa terjadi di sini.

Setelah berjalan beberapa jam, mereka tiba di sebuah lembah yang dipenuhi dengan struktur-struktur aneh. Bangunan-bangunan itu terbuat dari logam yang bersinar dalam berbagai warna, memantulkan cahaya alami dari hutan di sekelilingnya. Di tengah-tengah lembah tersebut, terdapat menara tinggi dengan energi yang berkedip-kedip di puncaknya.

“Apa ini?” Kara mengerutkan kening, mencoba memahami apa yang dilihatnya. “Teknologi di sini terlihat maju, tapi bentuknya aneh. Seperti bukan buatan manusia.”

Samuel mendekati salah satu bangunan, memperhatikan lebih dekat detail-detail halus pada dindingnya. “Ini mungkin peninggalan peradaban yang tidak kita kenal. Tapi teknologi mereka jelas masih aktif.”

Elena mendekati menara yang berada di pusat lembah. Dari jarak dekat, dia bisa merasakan getaran energi yang sangat kuat. “Ini mungkin sumber energi yang kamu deteksi sebelumnya, Samuel. Menara ini mungkin berfungsi sebagai pusat kendali.”

Sebelum mereka bisa memeriksa lebih lanjut, tiba-tiba suara mekanis terdengar dari belakang mereka. Elena berbalik, dan melihat beberapa sosok mendekat. Mereka terlihat humanoid, tetapi tubuh mereka terbuat dari logam dengan cahaya biru yang memancar dari sendi-sendi mereka.

“Makhluk-makhluk ini… mereka semacam penjaga,” gumam Mark sambil mengangkat senjatanya, siap untuk menghadapi ancaman.

Penjaga itu bergerak dengan cepat, mendekati tim tanpa suara. Namun, sebelum mereka sempat menyerang, salah satu dari mereka berbicara dengan suara mekanis yang dalam. “Identifikasi: makhluk asing. Kode merah. Akses ke wilayah terlarang tidak diizinkan.”

Elena melangkah maju, mencoba berbicara dengan nada tenang. “Kami tidak bermaksud untuk melanggar. Kami hanya mencari jalan pulang.”

Sosok penjaga itu berhenti sejenak, tampaknya menganalisis kata-kata Elena. “Akses ke dimensi luar hanya diberikan kepada entitas yang memiliki izin dari Pengawas.”

Mendengar kata “Pengawas,” Elena merasa sesuatu terhubung. “Kami sudah berurusan dengan Pengawas di dimensi lain. Kami hanya ingin kembali ke dunia asal kami.”

Penjaga itu tampak mempertimbangkan ucapan Elena, kemudian berkata, “Jika kalian memiliki informasi tentang Pengawas, kalian harus bertemu dengan Penasihat Agung. Ikuti kami.”

Mereka bertukar pandang, tidak yakin apakah ini jebakan atau tidak. Namun, tanpa pilihan lain, mereka mengikuti para penjaga tersebut menuju pusat lembah. Mereka dibawa ke dalam menara yang tingginya menjulang, di mana pintu otomatis terbuka, memperlihatkan ruangan yang dipenuhi dengan teknologi canggih. Di tengah ruangan, seorang sosok humanoid duduk di kursi yang tampak seperti singgasana. Namun, berbeda dengan penjaga logam, sosok ini memiliki tubuh organik, meskipun sebagian besar tubuhnya tampak terintegrasi dengan teknologi.

“Selamat datang, pengembara dimensi,” kata sosok itu dengan suara tenang namun berwibawa. “Aku adalah Penasihat Agung di dunia ini. Apa tujuan kalian di sini?”

Elena menjelaskan perjalanan mereka, dari konflik dengan kegelapan hingga pertemuan mereka dengan Pengawas. Penasihat Agung mendengarkan dengan seksama, tak sekalipun menyela. Setelah Elena selesai berbicara, sosok itu terdiam sejenak, seolah mencerna informasi yang baru saja didengarnya.

“Aku mengerti,” kata Penasihat Agung akhirnya. “Kalian telah terlibat dalam perang antar dimensi yang lebih besar dari yang kalian sadari. Kegelapan yang kalian hadapi adalah hasil dari ketidakseimbangan antara dimensi-dimensi yang ada. Pengawas telah berusaha menjaga keseimbangan ini selama ribuan tahun, tetapi mereka gagal dalam beberapa aspek.”

Kara menyela, suaranya penuh kebingungan. “Apa maksudnya? Bagaimana bisa perang ini memengaruhi semua dimensi?”

Penasihat Agung menghela napas panjang. “Setiap dimensi memiliki energinya sendiri, dan jika salah satu dimensi kehilangan keseimbangannya, energi tersebut akan bocor ke dimensi lain. Kegelapan yang kalian hadapi adalah manifestasi dari energi yang hilang itu, berusaha menelan segala sesuatu yang ditemuinya untuk menggantikan energi yang hilang.”

Elena mengangguk, mencoba memahami. “Jadi, apa yang harus kami lakukan? Kami hanya ingin kembali ke dunia kami dan mengakhiri ini.”

Penasihat Agung memandang mereka dengan tatapan yang serius. “Untuk mengakhiri kegelapan ini, kalian harus menemukan inti energi di setiap dimensi yang terpengaruh dan menyeimbangkannya kembali. Setiap inti memiliki kunci untuk menutup celah antara dimensi. Kalian sudah menemukan satu, tetapi masih ada banyak lagi.”

Samuel mendesah, merasa kelelahan oleh beban tugas yang semakin berat. “Berapa banyak dimensi lagi yang harus kami jelajahi?”

Penasihat Agung berdiri dari singgasananya, mendekati mereka. “Aku tidak bisa memberikan jawaban pasti. Tetapi jika kalian tidak melanjutkan perjalanan ini, kegelapan akan menyebar ke seluruh dimensi, termasuk dunia kalian. Ini adalah tugas yang berat, tetapi kalian adalah satu-satunya harapan yang tersisa.”

Elena merasa dadanya semakin berat mendengar kata-kata itu. Namun, dia juga tahu bahwa dia tidak bisa menyerah sekarang. Terlalu banyak yang dipertaruhkan. “Kalau begitu, kami akan melanjutkan. Beri tahu kami apa yang harus dilakukan selanjutnya.”

Penasihat Agung mengangguk, kemudian mengarahkan tangannya ke arah salah satu layar di dinding, yang segera menampilkan peta dimensi. “Dimensi berikutnya adalah dunia yang penuh dengan badai dan energi liar. Di sana, kalian akan menemukan inti lain yang perlu kalian selaraskan.”

Elena menatap layar itu dengan tekad baru. Perjalanan mereka mungkin masih panjang, tetapi dia tahu bahwa mereka akan terus melangkah maju, apapun yang terjadi. Karena nasib bukan hanya dunia mereka, tetapi juga semua dimensi, kini berada di tangan mereka.