Jika cinta pertama bagi setiap anak perempuan adalah ayah, tetapi tidak bagi Lara. Menurut Lara ayah adalah bencana pertama baginya. Jika bukan karena ayah tidak mungkin Lara terjebak, tidak mungkin Lara terluka.
Hidup mewah bergelimang harta memang tidak menjamin kebahagian.
Lara ingin menyerah
Lara benci kehidupan
Lara lebih suka dirinya mati
Di tuduh pembunuh, di usir dari kediamannya, bahkan tunangannya juga menyukai sang adik dan membenci Lara.
Lantas, apa yang terjadi? Apakah Lara mampu menyelesaikan masalahnya? Sedangkan Lara bukanlah gadis tangguh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon blue.sea_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19
Lara menyeka air matanya, gadis itu mendongak dan mendapati seseorang berdiri di hadapannya.
"Kamu menangis?"
Lara menggigit bibir bawahnya, gadis itu tentu mengenali sosok tampan di hadapannya. "Gak boleh? Dan apa yang membuat anda tuan Arthur menemui ku?"
Lara malah balik bertanya.
"Mengantarmu pulang, ayo di sini dingin."
Lara tak menyadari di saat ia menangis hujan pun turun dengan lebatnya, bahkan semesta ikut merasakan suasana hati Lara.
"ayo, aku akan mengantarmu." Arthur ingin sekali menghilang saja. Seumur hidupnya ia tak pernah bersikap lembut pada perempuan selain pada sosok yang telah melahirkannya.
Lara menggeleng cepat. Lara tak ingin pulang ia ingin menenangkan dirinya. Lara tahu Rey ada di mansion Revelton saat ini dan itu akan menyakiti Lara kembali.
"Kau ingin menunjukkan bahwa mereka berhasil menghancurkan mu? Kau tetap harus pulang dan membalas mereka."
Belum sempat Lara membalas Arthur lebih dulu menarik tangan Lara membawanya masuk ke dalam mobil.
"Tuan kau membuat rambutku basah dan berantakan."
Arthur melirik pada Lara yang tengah merapikan rambutnya. Rambut sepunggung milik Lara yang basah dan sedikit berantakan justru menambah kesan cantik gadis tersebut.
"Jangan memanggilku dengan sebutan Tuan, nona Halbert."
Lara menatap Arthur penuh rasa penasaran. Mengapa Arthur memanggil Lara nona Halbert? Padahal identitas Lara sebagai putri dari Florencia sangat tertutup.
"Om."
Ckitttttttt
Dukhh
"Aduhhh om gak bisa bawa mobil ya?" Lara segera memegangi kepalanya yang berdenyut.
"Kamu panggil saya om?" Arthur menunjuk ke arah dirinya sendiri.
Lara mengangguk. "Apa? Om gak terima? Lagian om memang udah tua kan?"
Arthur memijat keningnya yang mendadak pusing. "Kamu bisa panggil saya kakak asal jangan om, saya belum setua itu."
"umur om udah dua puluh lima kan? Aku sendiri tahun ini baru aja hampir delapan belas."
Arthur mencondongkan tubuhnya pada Lara mencoba memojokkan gadis itu. Arthur pikir Lara akan mundur tapi gadis itu malah menantangnya, gadis itu mendekati Arthur, menarik dasi Arthur.
"Om tahu, aku udah punya tun-"
Dor
sebuah menancap di body mobil Arthur. Syukurlah mobil tersebut tahan peluru.
"Pasang seat belt kamu Lara."
Arthur segera menginjak pedal gas dalam, ia tidak mungkin melawan jika ada Lara di sampingnya. Arthur tidak bisa membahayakan Lara.
Dor
Dor
Dor
Aksi kejar kejaran tak dapat dihindarkan, puluhan peluru terus menghujam mobil Arthur.
"Om, bawa ke tempat aman. Disini banyak orang orang."
Arthur mengangguk, pria tersebut semakin mempercepat kecepatan mobilnya menuju hutan.
Dor
Dor
Dor
"Om kita harus gimana ini?" Lara sudah tak kuat mendengar suara yang memekakkan telinganya itu. Arthur melempar sebuah pistol pada Lara.
"Aku tahu kau dapat menggunakannya, hanya kamu yang bisa menyelamatkan kita saat ini."
Lara mengangguk, ia tahu apa yang harus di lakukan karena pernah berada si situasi yang sama seperti saat ini.
Arthur menekan tombol sehingga muncul lubang kecil seukuran pistol di tangan Lara. Lara bergerak menuju kursi yang paling belakang. Gadis itu segera membidik lawan melalui lubang tersebut.
Dor
"Om mobil mereka tahan peluru."
"Bagaimana sekarang mereka semakin dekat."
"Om tenang aja bawa mobil yang bener, mereka urusan aku."
Lara kembali fokus, meskipun Lara agak takut sudah lama gadis itu tidak merasakan hal seperti ini. Apalagi puluhan peluru lawan semakin banyak mengenai body mobil bagian belakang, jika peluru itu menembus mobil sudah pasti Lara akan tewas.
Dor
Dor
Dor
Lara tersenyum miring, ahhh ternyata ini menyenangkan.Tiga mobil oleng akibat terkena tembakan Lara di bagian ban kemudian menabrak dua mobil di belakangnya.
"Ckk payah, siapa yang sih yang ngirim orang manusia bodoh buat nyerang kita."
Arthur tersenyum,ia tidak membalas. Ia semakin meningkatkan kecepatan mobil meninggalkan kawasan hutan tersebut.
salam kenal
terus semangat
jangan lupa mampir ya