Mengisahkan hubungan percintaan antara Amira dengan pengusaha terkenal bernama Romeo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mike Killah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Amira Dan Roy
Beberapa hari kemudian, Roy menerima panggilan telepon dari Romeo.
Roy merupakan sahabat Romeo.
"Roy, apa kabar? Kamu sibuk minggu depan?" tanya Romeo.
"Tidak terlalu sibuk, Romeo. Kenapa?" jawab Roy.
"Adikku, Emma, akan menikah minggu depan. Aku ingin mengundangmu ke pesta pernikahannya. Kamu bisa datang bersama Melissa,istrimu ya?"
Roy merasa sedikit terkejut. "Adikmu menikah? Wah, selamat ya, Romeo! Tentu, aku akan datang bersama Melissa."
"Bagus! Aku akan kirimkan detailnya nanti. Oh ya, aku juga akan mengundang semua karyawan di kantor.
"Okay ngamlah tu" Jawab Roy
Romeo mengakhiri panggilan dan langsung mengirim pesan WhatsApp kepada Elena. "Elena, aku ingin mengundangmu dan Amira ke pernikahan adikku, Emma, minggu depan. Aku akan kirimkan detailnya nanti."
Elena membaca pesan itu dengan senyum lebar. Dia merasa senang karena Romeo mengundang Amira. Dia yakin Romeo memiliki perasaan cinta terhadap Amira. "Baik, Boss!" jawab Elena dengan semangat.
Elena tidak sabar untuk menceritakan kabar baik ini kepada Amira. Dia yakin Amira akan senang bisa bertemu dengan Romeo lagi.
.......
"Amira, besok malam kita ada acara!" seru Elena, matanya berbinar-binar. "Kita akan menghadiri pernikahan adiknya Romeo, Emma!"
Amira mengerutkan kening, "Romeo punya adik? Aku nggak pernah dengar dia cerita."
"Iya, dia punya adik. Namanya Emma. Kita diundang ke pernikahannya besok malam. Romeo kirim pesan ke aku tadi," jawab Elena, sambil menunjukkan pesan dari Romeo di layar ponselnya.
Amira mengangguk, masih sedikit terkejut. "Oh, ya. Kita hadir ya?"
"Tentu saja! Kita harus hadir," jawab Elena dengan semangat. "Romeo juga bilang, dia akan minta kamu ikut."
"Dia minta aku ikut?" tanya Amira, matanya melebar. "Kenapa?"
Elena berhenti sejenak, matanya berbinar. "Mungkin dia ingin bertemu denganmu lagi."
Amira tersipu, "Ah, jangan berandai-andai, Elena."
"Eh, tapi serius! Aku rasa Romeo memang menyukai kamu. Dia sering melihat ke arahmu waktu kita di pantai," kata Elena, dengan nada menggoda.
Amira hanya menggelengkan kepala, "Ah, kamu ini. Jangan suka berangan."
"Ya sudahlah, yang penting kita akan pergi ke pesta pernikahan besok malam. Sekarang, kita harus berbelanja dulu untuk membeli baju," kata Elena, bangkit dari tempat duduknya.
"Eh, tunggu dulu. Aku belum punya baju untuk acara formal. Lagipula aku belum dapat kerja, jadi...aku tak mau ahh" Amira berhenti sejenak, merasa sedikit malu.
Elena langsung memeluk Amira, "Amira, kamu jangan khawatir. Aku akan sponsor kamu. Uangku banyak, kok. Jangan segan-segan."
"Apa ini, Elena? Menyusahkan saja. Aku harus bayar nanti," protes Amira.
"Aduh, Amira, kau tak berubah dari dulu. Selalu segan. Kau ini selalu segan dari kecil," kata Elena, sambil menggelengkan kepala.
"Ayo, kita berbelanja. Aku ingin melihatmu tampil cantik di pesta pernikahan besok malam."
Amira tersenyum, "Ya sudahlah, ayo kita berbelanja."
Elena memeluk Amira erat-erat. "Kamu memang sahabat terbaikku, Amira."
Amira membalas pelukan Elena, "Kamu juga sahabat terbaikku, Elena."
Mereka berdua pun beranjak dari tempat duduk, siap untuk berbelanja dan menikmati malam yang istimewa.
.......
Di mall yang rame banget, Elena dan Amira lagi asyik milih-milih baju. Mereka ketawa-ketawa, seru banget ngobrol sambil nyari gaun yang kece buat pesta pernikahan besok. Elena, semangat banget, nyobain berbagai macam baju ke Amira, sampe Amira agak kewalahan.
"Amira, coba yang ini! Pasti cantik banget kamu pakai," ujar Elena, sambil nyodorin gaun warna biru muda yang berkilauan.
Amira senyum, "Ah, Elena, aku nggak yakin. Aku lebih suka yang sederhana aja."
Di sisi lain mall, Roy dan Melissa lagi belanja juga. Roy keliatan murung, kepikiran terus sama Amira. Dia nggak enak hati setelah mendengar Amira hamil.
"Roy, kamu kenapa sih? Dari tadi diem aja," tanya Melissa, agak khawatir.
"Nggak apa-apa, Mel. Cuma lagi mikirin kerjaan aja," jawab Roy, berusaha nutupin rasa khawatirnya.
Eh, tiba-tiba dari jauh, Roy ngeliat Amira lagi jalan sama cewek. Dia langsung kenal Amira, tapi cewek di sebelahnya asing. Jantung Roy langsung deg-degan. Dia langsung ngambil napas dalem-dalem, berusaha tenang.
"Mel, tunggu dulu. Aku kayaknya sakit perut," kata Roy, sambil megang perutnya.
Melissa kaget, "Hah? Kok tiba-tiba?"
"Entahlah. Mungkin tadi makanannya nggak cocok. Aku pengen balik dulu, Mel," jawab Roy, sambil narik tangan Melissa.
"Ya sudah, kalau kamu nggak enak badan. Kita balik aja," kata Melissa, agak khawatir.
Roy langsung narik Melissa menjauh dari Amira dan Elena, pura-pura kesakitan. Dia nggak mau Melissa ngeliat Amira dan Elena bareng.
"Aduh, sakit banget, Mel. Kita balik ya," kata Roy, sambil ngerang kesakitan.
Melissa kasian ngeliat Roy. Dia langsung setuju buat pulang.
"Ya sudah, kita balik aja. Kamu istirahat dulu," kata Melissa, sambil nganter Roy ke parkiran.
Roy lega karena berhasil ngehalangin Melissa sebelum dia nyapa Amira.
Suasana malam itu ramai banget. Semua orang lagi asyik ngobrol dan makan di acara pernikahan Emma, adiknya Romeo. Keluarga Melissa, termasuk Roy, Benny, Aliya, Winda, Mak Sarah, dan Daniel, semua hadir di sana. Elena dan Amira juga ikut, tapi mereka berdua nggak tahu kalau Mak Sarah ada di acara itu.
Pas lagi asyik makan, tiba-tiba mata Melissa dan Roy bertemu dengan Amira dan Elena. Suasana langsung jadi canggung. Melissa ngeliat Amira dengan tatapan heran, "Kak Amira, lama nggak ketemu."
Amira yang kaget ngeliat Roy, berusaha tetep tenang, "Melissa, Aliya, Benny, udah gede ya kalian."
Amira nggak nyangka kalau mantan pacarnya yang udah lama hilang kabar dan ninggalin dia di Kuala Lumpur dua bulan lalu, ternyata adalah Roy, suami adiknya sendiri. Yang lebih bikin Amira kaget, dia ternyata lagi hamil anak Roy.
Ngeliat Melissa bahagia bareng Roy dan anak-anaknya, ditambah lagi Melissa lagi hamil tiga bulan, Amira jadi sedih dan nggak bisa ngomong apa-apa. Dia milih buat nyembunyiin semuanya dari Melissa, karena dia nggak mau ngerusak kebahagiaan adiknya. Apalagi Melissa lagi hamil dan anak-anaknya, Aliya dan Benny, butuh sosok ayah kayak Roy.
Roy yang kaget dan deg-degan, nggak nyangka Amira langsung pergi ninggalin acara. Melissa bingung karena Amira tiba-tiba pergi tanpa ngomong apa-apa. Roy pura-pura ke toilet dan langsung nyusul Amira.
Roy narik tangan Amira dan bawa dia ke belakang gedung acara. Di sana sepi banget. Roy nanya ke Amira, "Kenapa kamu nggak cerita semuanya ke Melissa?"
Amira langsung nampar muka Roy dua kali. "Dasar kamu Roy, aku benci kamu!" teriak Amira.
"Aku nggak bilang kalau aku hamil anak kamu ke Melissa, karena aku nggak mau ngerusak kebahagiaan kamu sama adikku, Melissa. Lagipula Melissa lagi hamil. Aku rela berkorban demi Melissa," kata Amira sambil nangis.
Di belakang gedung, suasana jadi makin panas. Roy, dengan nada ngancem, ngomong, "Amira, jangan sekali-kali cerita semua ini ke Melissa. Gue juga harap kamu bisa gugurin kandungan ini."
Amira kaget banget dan langsung nampar muka Roy lagi. "Jangan harap gue gugurin anak ini! Anak ini nggak salah apa-apa!" teriaknya, suaranya penuh emosi.
"Amira, kamu harus ngerti situasi kita," Roy coba jelasin, tapi Amira langsung potong.
"Jangan khawatir, Roy. Rahasia kita aman kok," jawab Amira, berusaha tegar meski dalem hatinya hancur. Setelah itu, dia langsung cabut dan balik ke acara.
Di dalem, suasana masih rame banget. Tapi, pas Amira masuk, Winda, Daniel, dan Mak Sarah langsung ngeliat dia dan ngedeketin dengan muka penasaran.
"Amira, kamu ngapain di sini?" tanya Winda, suaranya pelan.
Mak Sarah ngeliatin Amira dengan tatapan tajam, "Kamu jangan bikin masalah di sini."
Amira panik, tapi sebelum dia bisa jawab, Elena muncul di sampingnya. "Amira, Romeo pengen ketemu sama kamu. Ayo, aku ajak kamu ke dia," kata Elena semangat banget.
Bersambung