"Perkenalkan, dia yang akan menjadi suamimu dalam misi kali ini."
"Sebentar, aku tidak setuju!"
"Dan aku, tidak menerima penolakan!"
"Bersiaplah, Miss Catty. Aku tidak menoleransi kesalahan sekecil apapun."
Catherine Abellia, bergabung dengan organisasi Intel, Black Omega Agency, untuk mencari tau tentang kasus kematian ayahnya yang janggal. Berusaha mati-matian menjadi lulusan terbaik di angkatannya agar bisa bergabung dengan pasukan inti. Mencari selangkah demi selangkah. Ia mencintai pekerjaannya dan anggota timnya yang sangat gila.
Namun, ketika dia sudah lebih dekat dengan kebenaran tentang kasus Ayahnya, Catty harus bekerjasama dengan anggota Dewan Tinggi! Oh, really? Dia harus bekerjasama dengan orang yang gila kesempurnaan yang bahkan sudah lama tidak terjun lapangan? Wait, mereka bahkan harus terlibat dalam pernikahan? Ia harus menikahi pria yang memiliki kekasih? Tuhan, ini sangat buruk!
Oke, fine! Atasannya sudah gila!
Ayo, ramaikan lapak ini dengan Vote dan komen.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon seraphic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. Tidur Bersama
Catty menoleh pada pria itu dengan kaget, bahkan para pelayannya juga memberikan reaksi yang sama. Apa katanya tadi? Tidur dengannya?!
Apakah ini termasuk rencana mereka juga? Apa harus seperti ini?
Dia mengejar pria itu yang berjalan menuju lift dalam rumahnya, para pelayan berhenti mengantar mereka ketika melihat pintu lift yang menutup.
"Apa harus tidur bersama? Tidak perlu sampai seperti itu, bukan?" cerca Catty saat hanya ada mereka berdua di dalam lift.
Yang ditanyai hanya diam, diam-diam melihat gadis cebol yang hanya se-dada pria itu lewat cermin di dalam lift. Berapa tinggi gadis ini? Sependek ini juga bisa lewat di sekolah Intel? Bahkan, menjadi lulusan terbaik dan bergabung dengan tim inti.
Pintu lift terbuka, memperlihatkan koridor yang terlampau mewah. Catty hanya bisa mengekori pria itu dan mengganggunya sepanjang jalan hanya untuk satu jawaban. Tanpa menyadari langkah kaki pria itu membawanya menuju ruangan pribadi Sean.
Sudah terlambat untuknya berbalik arah, karena setelah kakinya melangkah masuk melewati ambang pintu, terdengar bunyi click yang ringan menandakan pintu kembali tertutup.
"Mandi dan istirahat, nanti malam aku akan membawamu untuk memasukkan data pemindai sensor keamanan." Sean mengatakannya sambil membuka setelan jas nya dengan santai. Tanpa mempedulikan ada gadis yang masih merasa dirinya belia di depan pintu sana.
"Sebentar, kau belum menjawab pertanyaan ku!" ujar Catty memaksa tak ingin sekamar dengan pria itu. Oh, c'mon girl, tak mungkin bukan di kediaman yang menyaingi villa mewah seperti ini hanya ada satu kamar saja? Dia ingin kamar pribadi miliknya sendiri!
Sean berbalik menatap gadis yang tengah cemberut dan menghentakkan kakinya kesal. Apa benar umurnya sudah dua puluh satu tahun?
Sean memijit pangkal hidungnya, hari ini dia begitu lelah. Setelah membuat pengaturan sandiwara pernikahan untuk menjadi konsumsi publik, dia masih harus menjemput gadis itu dan membawanya kemari.
"Apa kau tau ada berapa orang pelayan dan pekerja yang ada di mansion ini?" tanya Sean mencoba menyingkat penjelasan agar ia bisa segera beristirahat.
Catty mengendikkan bahunya dengan ringan. "Aku hanya melihat pelayan sejak tadi, kisaran lima belas orang mungkin?" tanyanya juga tak yakin.
"Yeah, dengan para pengawal dan pekerja, ada sekitar hampir lima puluh orang dalam bangunan besar ini. Apa kau kira mereka semua murni bekerja untukku?" Sean menatap gadis yang berdiri melongo di dekat pintu. Hah, dengan kepolosan itu, tak perlu waktu lama untuk mati di lingkaran sosialita kelas atas. Apakah mereka sudah salah mengambil langkah?
"Dengar, Nona Catty. Setelah kita menyelesaikan rapat seminggu yang lalu, aku sengaja membuka jalan bagi orang-orang itu masuk kesini agar kita bisa memantau mereka dari dekat, okay?"
Catty terperangah saat mendengarnya. Apa pria ini begitu bodohnya hingga melakukan hal seperti itu? Bukankah itu hanya akan membahayakan orang-orang di dalam sini?
"Jadi, mari kita bekerjasama dengan baik. Aku dengar dari Tuan Hanz kau memiliki tujuan sendiri dalam misi ini, bukan?" tanya Sean yang diangguki oleh gadis itu.
"Bagus, aku tak tau apa yang kau cari dari kasus ini, tapi, aku harap kita bisa menjadi partner yang baik!"
*****
*****
Malam datang menyapa penduduk bumi, memamerkan keindahan langit yang dihiasi sinar bulan dan bintang yang bertaburan. Mansion seorang Sean Abercio Rolland terletak di pinggiran ibu kota, jauh dari keramaian dan terhindar dari polusi. Terlihat dari bagaimana indahnya pemandangan langit malam yang tak bisa dilihat oleh orang yang tinggal di pusat ibukota.
Sean bediri di balkon kamarnya menikmati semilir angin malam. Ia mengambil ponselnya dan menyalakannya setelah seharian ini barang itu dalam keadaan mati. Bisa ia lihat bagaimana derasnya notifikasi yang membanjiri ponselnya dari getaran yang tak pernah berhenti selama lebih dari dua menit. Ia melihat panggilan teratas yang memiliki notif terbanyak, Ibunya.
Dia terlebih dulu menelpon kembali sang ibu, tubuhnya berbalik, menyandarkan diri di pagar balkon. Cahaya lampu taman menyinari wajahnya, membentuk garis bayang yang semakin menonjolkan fitur wajah pria itu. Terutama hidungnya yang mancung dan mata yang setajam elang. Iris matanya yang berwarna cokelat terang menatap sosok tubuh yang tengah bergelung di dalam selimut, mencari kehangatannya sendiri.
Suara pekikan yang bersemangat terdengar dari seberang panggilan telepon. Sean menyapa sang ibu yang akhirnya merasa lega karena sang putra menghubunginya.
"Halo, Bu. Maaf baru menelponmu selarut ini.''
"...."
"Yah, itu benar. Aku sudah menikah, maaf tidak mengabarimu terlebih dulu."
Mendengar pertanyaan sang ibu, mata Sean memandang gadis yang entah apa yang tengah gadis itu gumamkan dalam tidurnya. "Cantik, sangat cantik. Ibu akan menyukainya jika melihatnya secara langsung."
"...."
Sean menghela nafas lelah sebelum menjawab pertanyaan sang ibu, "Tidak tau, mungkin dia sudah mengetahuinya."
"...."
"Ya, aku akan mengurusnya sendiri."
Setelah berbicara selama beberapa waktu, Sean berpamitan dan mengakhiri panggilan teleponnya dengan sang ibu. Matanya melihat kembali daftar log panggilan yang menghubunginya. Tertulis satu nama kontak yang menghubunginya kedua terbanyak setelah sang ibu. Satu nama itu menghubungi baik dari secara panggilan, maupun, spam chat yang begitu banyaknya. Sean menatap nama kontak dengan notif pesan yang tertulis di ponselnya, setelah pertimbangan beberapa saat, pria dengan tinggi badan yang menjulang itu memilih untuk mematikan kembali layar ponselnya.
Ah ... lebih baik dia tidur saja lebih awal hari ini.
Gadis yang ditunggunya bangun sejak tadi juga tak kunjung membuka mata dan bangun dari tidur lelapnya. Kalau begitu, apa lagi yang ia tunggu? Tidur saja!
Ia melangkah mendekati kasur dengan tangan yang bergerak membuka baju atasannya. Begitulah kebiasaannya saat tidur, peduli apa dengan penghuni baru yang satu ini?
Ia tidur di sisi kasur yang lega, matanya yang masih segar itu menatap kosong pada langit-langit kamar. Ia harap misi ini cepat selesai dan mengembalikan kedamaiannya. Dia terlalu impulsif menyetujui gurunya ketika pria tua itu menawarkan misi ini. Dia hanya setuju untuk menjadi dosen tamu, tapi sang guru mendorongnya hingga sampai ke pernikahan bodoh ini. Hah ... Semesta benar-benar sedang bercanda.
Sean menutup matanya dengan paksa tanpa mengetahui di sebuah tempat lainnya ada seorang gadis yang tengah berteriak marah dan menyerapahi namanya berulang kali.
"Nona, tenangkan amarah anda."
"Argh! Abercio tidak menghubungiku kembali! Dia tidak membalas pesanku padahal pesanku sudah terkirim!"
Asisten gadis itu menciut di sudut ruangan, ia berdiri dengan rambut yang keluar dari ikatan dan sisi wajahnya terlihat memerah dengan bekasan tangan yang memenuhi pipi kanannya.
Bibirnya digigit keras dengan matanya yang menyipit takut saat melihat nona nya berteriak sambil menghancurkan barang-barang yang ada di dalam kamarnya. Ketika barang-barang itu sudah hancur semua dan majikannya belum puas mengamuk, bisa dipastikan bagaimana keadaannya selanjutnya.
*****
*****
*****
Ya, gua juga ngamuk sih Eneng kalo ditinggal nikah:v
Tapi, ya ga berani lempar barang wkwk yang ada ntar gua yang dilempar Ama Mak gua hahaha.
Cung dulu yang pernah ditinggal nikah xixixi...
Btw, aku upload dua chapter nih, tapi yang ini kudu di VOTE+KOMEN dulu yhaaaa....
penataan bahasanya loh keren