Jatuh cinta pas masih umur enam tahun itu mungkin nggak sih?
Bisa aja karena Veroya Vogt benar-benar mengalami jatuh cinta pas usianya enam tahun. Sayangnya, cinta Ve sama sekali nggak berbalas.
Dua puluh tahun kemudian, ketika ada kesempatan untuk bisa membuat Ve mendapatkan pria yang jadi cinta pertamanya, apa Ve akan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya?
Gimana perjuangan Ve, untuk mendapatkan cinta dari King Griffin A. Cassano?
" Bagaimana dengan membentuk aliansi pernikahan dengan ku? Bukankah tujuan mu akan tercapai? "
" Kau mabuk, ya? "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon little ky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenakalan istri
Menatap hamparan laut yang disinari rembulan malam. Merasakan angin malam yang sejuk menerpa kulit. Mendengar deburan ombak yang bagai lagu penenang. Malam indah ini, Griffin nikmati bersama dengan sang istri di balkon kamar mereka yang ada di kapal pesiar milik Cassano.
Menatap pemandangan yang jarang ditemui ini, sungguh pengalaman yang tidak akan pernah siapapun bisa lupakan. Keindahannya, tidak bisa dilukiskan hanya dengan satu kata ' indah ' saja. Apalagi ditemani pasangan seumur hidup saat tengah menatap indahnya pemandangan ini. Euforia nya sungguh luar biasa membekas di hati.
Andai saja memang seindah itu yang bisa disaksikan oleh Griffin malam ini. Sayangnya keindahan di depan matanya ini harus ternodai oleh ekspresi mengerikan yang diperlihatkan oleh Veroya sejak tadi. Griffin berdecak dalam hati, mengumpat sang istri yang merusak momen romantis malam ini.
" Bibirnya nggak usah dimonyong-monyongin gitu bisa nggak? " Griffin berujar sinis.
" Nggak.. " sahut Veroya sama sinis nya.
" Kenapa lagi sih? " Griffin mendesah kesal, " Apa yang membuat suasana hati mu buruk begini? Aku tidak pandai menebak, jadi jangan ajak aku tebak tebakan apa yang membuat mu kesal begini. " mulut Veroya makin monyong tapi dia tetap enggan untuk mengatakan apa yang sebenarnya membuat moodnya buruk.
" Ck.. Ayolah, Ve.. Jangan bersikap kekanak-kanakan begini.. Bukankah kita janji tidak ada rahasia di antara kita? " Veroya melirik sinis Griffin.
" Bukankah kita janji tidak ada rahasia di antara kita? " Veroya sengaja mengulang ucapan Griffin dengan nada sinis dengan bibir yang maju puluhan senti.
" Lama-lama ku gigit juga bibir mu, Ve.. Nggak usah dimajuin lagi lah, mirip ikan Louhan tahu nggak. " Griffin kesal juga. Sudah berusaha untuk menjaga suasana tetap kondusif tapi istrinya ini lagi dan lagi mengacaukan segalanya.
" Heh.. Sembarangan kalau bicara.. Louhan itu yang maju dahinya, King.. Bukan bibirnya.. " sentak Veroya kesal.
" Masa sih?? " Griffin tersenyum menggoda dengan wajah tengilnya.
" Ayolah, darl... Jangan rusak suasana romantis diantara kita ini dengan terus menerus cemberut begitu. Kita disini untuk bersenang-senang kan? Lagian, kalau kamu mulutnya maju-maju begitu, nanti cantiknya hilang lho... " rayu Griffin. Heran juga rasanya dia bisa merayu sedemikian rupa padahal dia paling anti merayu seperti ini.
Veroya langsung merona mendapatkan rayuan maut dari suaminya ini. Semua kesal di hatinya langsung sirna lantaran mendengar rayuan yang sangat jarang sekali keluar dari mulut Griffin.
' Aduh Ve.. Murahan banget diri mu. Baru dirayu begini udah mencair aja. ' batinnya mencibir diri sendiri.
" Kau bilang nggak ada rahasia di antara kita tapi kenapa ketemuan sama ular kadut burik itu tapi nggak ada ngomong apa-apa? " Veroya mengeluarkan uneg-unegnya dengan tetap mempertahankan nada bicaranya agar terdengar seperti tengah marah.
" Ular kadut burik?? " ulang Griffin tak paham.
" Ular yang mana nih yang kau maksud?? Soalnya aku cuma tahu ada satu ular dan kau paling suka berkencan dengannya tiap malam. "
Blush...
Wajah Veroya langsung merah padam saking malunya. Kok suaminya ini bisa mengarah ke arah sana sih. Padahal sungguh maksud Veroya bukan ular yang itu.
" Iiihhhh... Bukan ular yang itu, King.. " Veroya menghentakkan kakinya kesal.
" Terus ular yang mana dong? Yang jelas kalau ngomong.. "
" Rukia.. Kamu tadi ngapain ngobrol berdua doang sama ular kadut burik itu? " sembur Veroya kesal. Dia buang dulu rasa malunya karena membahas ular milik Griffin.
" Oooohhhh... " mulut Griffin membentuk huruf O. ' Rupanya saingan cinta yang dimaksud. ' batin Griffin baru paham.
" Dia mengajak berbincang masalah pekerjaan.. Oh ya, maaf lupa bilang kalau sekarang Rukia itu sekretaris aku di perusahaan. "
" WHAT?? ARE YOU CRAZY, KING?? " pekik Veroya marah.
Tanpa banyak bicara, Veroya langsung bangkit dari kursi malasnya dan menerjang Griffin. Rasanya kesal sekali hati Veroya karena suaminya justru memberikan kesempatan pada calon pelakor untuk melancarkan serangan pada mereka.
Veroya kesetanan, dia mencakar, menjambak, bahkan menggigit Griffin untuk menyalurkan kekesalannya. Peduli setan kalau semisal nanti Griffin marah padanya yang jelas Veroya ingin Griffin tahu kalau Veroya sangat kesal saat ini. Suaminya ini memang rada-rada menyebalkan sekali.
" AAARRGGGHHHH.... SAKIT, VE!! " Griffin meraung kesakitan saat lengannya digigit oleh sang istri.
" Kau itu orang atau anjing sih, pakai gigit segala. " Griffin langsung melompat mundur, menghindari serangan ganas Veroya.
" Salah sendiri kau membuat ku kesal!! Kau tahu Rukia itu? Kau tahu dia memiliki buat terselubung mengatasnamakan transaksi jual beli properti Cassano? Atau kau sengaja ingin membuat skandal sampai menyimpan wanita itu disisi mu? Kau menantang ku, King?? Kau tidak akan tahu senekat apa aku kalau sampai aku tahu kau bermain api di belakang ku? " Veroya berteriak kencang memaki Griffin. Biar saja semua keluarga yang ada di lantai khusus kamar VVIP ini mendengarkan teriakannya.
Tubuh Griffin membeku, tak pernah dia sangka kalau Veroya akan semurka ini karena keputusannya menjadikan Rukia sekretarisnya. Padahal maksud Griffin tidak seperti apa yang ada dalam pikiran Veroya barusan. Griffin punya rencana sendiri yang mau dia beritahukan pada sang istri, tapi sudah keduluan istrinya ini mengamuk.
" Darl.. Dengerin aku dulu.. I have a plan.. Please, listen to me.. " manis sekali Griffin berujar demi bisa menenangkan istri cantiknya ini.
" A plan?? Don't joke with me, King!! " Veroya memberikan peringatan keras.
" Sama sekali tidak.. Duduk dulu, tenangkan dirimu dulu.. Setelahnya dengar kan aku.. Okay.. " Griffin meraih tubuh Veroya dan langsung didekapnya erat.
Griffin membawa Veroya duduk dengan posisi Veroya bersandar di dada Griffin, membelakangi pria itu. Bisa Veroya rasakan debaran jantung Griffin yang sama gilanya dengannya. Nafas Griffin juga menyapu area lehernya memberikan gelayar tak asing yang diam-diam menenangkan dirinya.
Menunggu selama beberapa waktu, sampai Veroya kembali tenang dalam dekapannya. Griffin pun menjelaskan semua rencananya pada sang istri. Bukan bermaksud menutupi tapi Griffin belum sempat mengatakannya karena acara bulan madu kecil mereka.
Griffin bukan anak kemarin sore yang sampai tidak bisa membaca gelagat orang lain dan juga membaca gerak gerik mereka. Griffin tahu betul apa mau Rukia. Tapi dia juga punya alasan tersendiri dengan menjadikan Rukia sebagai sekretarisnya.
" Bukan untuk membuat sebuah skandal bersamanya, darl.. " Griffin mengecup leher jenjang Veroya. Membuat istrinya itu kegelian karena kecupan Griffin yang justru mematik gairah dalam dirinya.
" Pernah dengar sebuah petuah, letakan musuh disekitar mu agar lebih mudah untuk mengawasinya.. Itulah yang saat ini coba aku lakukan.. " terang Griffin.
" Dia tidak membahayakan, darl.. Hanya saja dia cukup licik.. Aku sedang memberikan umpan untuk menarik ikan yang lebih besar lagi. Seseorang yang memanfaatkan obsesi Rukia.. That my plan, darl... " Veroya sudah tidak lagi fokus pada penjelasan Griffin.
Aktifitas nakal tangan Griffin yang sejak tadi meraba seluruh bagian sensitif tubuhnya, hembusan nafas Griffin di ceruk lehernya, kecupan-kecupan basah di sekitar cuping dan lehernya, membuat fokus Veroya melayang ke sesuatu yang enak-enak dan berpeluh.
" Oh Shit... Persetan dengan semua itu, King.. Aku butuh sesuatu yang penuh gelora dan gairah sekarang juga!! " Veroya langsung memutar tubuhnya dan menindih Griffin.
Griffin tersenyum senang melihat istrinya mulai mengambil alih petualangan malam mereka kali ini. Tak sabar Griffin untuk menikmati kenakalan istri cantiknya ini.