Novel ini lanjutan dari novel "TOUCH YOUR HEART" jadi jika ingin nyambung, bisa mampir dulu ke novel Author yang itu.
Nizar adalah seorang pilot muda yang tampan, kehidupan Nizar seakan kiamat kala melihat kedua orang tuanya meninggal secara bersamaan. Hidup Nizar seakan hampa bahkan sifat Nizar pun berubah menjadi dingin, cuek, dan juga galak.
Nizar dan adiknya Haidar harus melanjutkan hidup meskipun terasa sangat sulit tanpa kehadiran kedua orang tuanya. Hingga pada akhirnya, seorang wanita cantik tiba-tiba hadir di kehidupan Nizar dan memporak-porandakan perasaan Nizar.
Siapakah wanita cantik itu? apakah wanita itu mampu mengembalikan semangat hidup Nizar atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 16 Tertawa Lepas
"Apa yang mau kakak bicarakan dengan kita?" tanya Veronika.
"Kita pesan makan dulu, habis itu baru kakak jelaskan kepada kalian," sahut Virlo.
Virlo pun melambaikan tangan ke arah pelayan, dan seorang pelayan pun datang menghampiri. "Silakan, Mas dan Mbak bisa lihat dulu daftar menunya," ucap Risa ramah.
"Tunggu, bukanya kamu Risa ya? temannya Binar?" tanya Atta.
"Iya," sahut Risa singkat.
"Ngapain kamu di sini?" tanya Atta.
"Anda tidak bisa melihat? kalau aku sedang bekerja di sini," ketus Risa.
"Kenapa kamu bekerja di sini? kenapa kamu tidak minta dipekerjakan di perusahaan Binar saja?" Atta kembali melayangkan pertanyaan.
"Aku tidak mau, aku masih punya harga diri. Binar sudah banyak membantuku jadi aku tidak mau merepotkan dia lagi, aku bukan tipe orang yang selalu memanfaatkan kebaikan Binar," sahut Risa dengan senyuman sinisnya.
"Baguslah kalau kamu sadar diri, orang miskin kaya kamu kalau dibaikin terus justru akan semakin ngelunjak," sindir Virlo.
"Apa?" Risa mengepalkan tangannya, rasanya ingin sekali dia merobek mulut Virlo.
Setelah melihat-lihat menu, mereka pun memesan makanan dan Risa dengan cepat segera meninggalkan mereka. Risa menghampiri Binar, Nizar, dan Haidar dengan wajah cemberut.
"Kamu kenapa? apa yang mereka katakan?" tanya Binar.
"Mereka benar-benar membuatku darah tinggi, ingin rasanya aku merobek mulut kakak tiri kamu," kesal Risa.
"Kamu baru pertama kali bertemu dengan mereka sudah kesal, coba bayangin aku tiap hari bertemu dengan mereka, sumpah kepala aku rasanya mau pecah," sahut Binar.
"Mereka pesan apa, biar aku yang anterin makanannya," ucap Nizar.
"Hah, serius Bang? Abang mau anterin makanan ke meja mereka?" tanya Haidar tidak percaya.
"Iya, aku ingin lihat reaksi mereka bagaimana," sahut Nizar.
"Jangan Mas, nanti mereka menghina Mas lagi dan mempermalukan Mas di depan umum. Mana saat ini tamunya sedang banyak lagi," larang Binar.
"Tenang saja, kamu jangan khawatir. Aku bisa atasi mereka," sahut Nizar.
Nizar menoleh ke arah Haidar. "Haidar, apakah alat perekam masih ada di ruangan kamu?" tanya Nizar.
"Ada dong," sahut Haidar.
"Ambil sana, aku butuh sekarang," ucap Nizar.
Haidar pun segera berlari menuju ruangannya, dia mengambil alat perekam kecil yang biasa dia simpan untuk merekam kegiatan yang ada di ruangannya. Haidar jarang sekali datang ke restoran, jadi dia jaga-jaga memasang alat perekam kecil supaya jika ada orang yang masuk ke ruangannya kelihatan. Haidar tidak menggunakan CCTV karena kalau CCTV menurutnya gampang sekali untuk dirusak.
"Ini." Haidar menyerahkan alat kecil itu kepada Nizar.
Tidak membutuhkan waktu lama, pesanan Virlo dan yang lainnya selesai. Nizar dan Risa, segera membawa pesanan itu ke meja Virlo. Ketiganya langsung terkejut kalau melihat orang yang membawa makanan mereka itu adalah pria yang bersama Binar tadi malam.
"Bukanya kamu orang yang tadi malam bersama Binar?" tanya Atta.
"Iya, betul sekali," sahut Nizar dengan senyumannya.
"Jadi selain supir, kamu juga bekerja sebagai pelayan di sini?" ledek Virlo.
"Iya," sahut Nizar singkat.
"Astaga, harga diri keluarga kami bisa hancur jika Binar menikah dengan orang miskin seperti dirimu. Wibawa Papa akan jatuh di mata para rekan bisnisnya jika mengetahui calon menantunya seorang supir dan pelayan," sinis Virlo.
"Tidak apa-apa, aku hanya butuh Binar saja kalau urusan keluarga itu bisa diatur," sahut Nizar dengan santainya.
Virlo langsung berdiri dan mencengkram baju Nizar. "Hai, lepaskan. Kamu tidak berhak bersikap seperti ini!" kesal Risa.
"Saya akan laporkan kamu ke pemilik restoran ini supaya kamu dipecat karena kamu sudah bersikap kurang ajar kepada costumer, kebetulan saya kenal dengan pemilik restoran ini karena dia adalah sahabat aku," dusta Virlo.
Nizar terkekeh membuat Virlo semakin emosi. "Laporkan saja, aku bisa melamar pekerjaan ke tempat lain lagi." Lagi-lagi Nizar berbicara dengan santainya.
"Kak, sudahlah. Malu, semua orang melihat ke arah kita," bisik Vero dengan berusaha melepaskan tangan Virlo dari Nizar.
Virlo pun menurut dan kembali duduk dengan angkuhnya. "Lihat saja, aku akan laporkan kamu kepada Papa supaya kamu dijauhkan dari Binar," ancam Virlo.
"Silakan Mas," sahut Nizar.
Nizar dan Risa mulai menyimpan makanan yang mereka pesan di atas meja. Merasa sedikit lengah, Nizar mengeluarkan benda kecil itu dan menempelkannya di bawah meja.
"Selamat menikmati Mas, Mbak," ucap Nizar dengan senyumannya.
Ketiganya tidak ada yang menjawab, Nizar dan Risa pun segera pergi dari sana. Binar hanya bisa melihat dari kejauhan dengan sangat khawatir, dia tidak mau sampai Nizar terseret dalam masalah keluarganya. Nizar pun kembali ke tempat di mana Binar dan Haidar berada.
"Kamu tidak apa-apa 'kan, Mas?" tanya Binar sembari memeriksa tubuh Nizar.
"Tidak, aku tidak apa-apa. Aku sudah memasang alat perekam, nanti kamu akan tahu apa yang akan mereka bicarakan di sana," ucap Nizar.
"Terima kasih ya, Mas," ucap Binar.
"Sama-sama," sahut Nizar.
Virlo, Atta, dan Vero, terlihat sedang membicarakan sesuatu dan itu membuat Binar mengepalkan kedua tangannya. "Awas kalian semua, aku tidak akan pernah takut kepada kalian," batin Binar.
1 jam pun berlalu, ketiganya selesai makan dan Virlo memanggil pelayan untuk membayar makanannya. "Berapa semuanya?" tanya Virlo.
"Maaf Mas, semua makanannya sudah dibayar," sahut pelayan itu.
"Hah, sudah dibayar? siapa yang bayar?" tanya Virlo kaget.
"Pak Nizar, pemilik restoran ini," sahut si pelayan.
Virlo merasa sangat terkejut, tadi dia memang bercanda jika dia kenal dengan pemilik restoran ini hanya untuk menggertak Nizar. "Ternyata Kak Virlo beneran kenal dengan pemilik restoran ini? aku kira Kak Virlo tadi cuma bercanda," ucap Vero.
Virlo hanya tersenyum canggung, sebenarnya dia juga merasa sangat kaget karena tadi dia memang sedang bercanda. Virlo sama sekali tidak kenal dengan pemilik restoran itu tapi anehnya kenapa pemilik restoran membayar semua makanan yang mereka pesan. Di tengah-tengah kebingungannya, Vero pun menarik tangan Virlo untuk segera keluar dari restoran.
"Siapa orang itu? kenapa dia mengenalku?" batin Virlo.
Setelah dirasa ketiganya pergi, Binar dan yang lainnya pun keluar. Nizar mengambil alat perekam itu dan memberikannya kepada Binar. "Simpan alat itu, kalau bisa save di laptop kamu supaya tidak hilang karena aku yakin mereka sudah membicarakan hal yang penting. Bisa jadi mereka merencanakan kejahatan," ucap Nizar.
"Baiklah, nanti aku simpan dan dengarkan isinya apa," sahut Binar.
Binar pun melanjutkan perbincangannya bersama Nizar dan Haidar, sembari menunggu Risa selesai bekerja beberapa jam lagi. Binar tampak tertawa mendengar candaan kedua kakak beradik itu, entah kapan terakhir kali Binar tertawa lepas seperti itu.
mau di mana taruh tuh muka dengan PD nya ngaku²sahabat...
sahabat dari hongkong, sedangkan jin Qorin aja males ngakuin elu bagian dari dia 🤣🤣🤣
dewa gimana reaksinya setelah tau binar hilang ya
liat saja kemarahan mak nya binar, aku dukung Yulia kalau mau acak² dewa beserta keluarganya dan anak² tiri nya