"Aku, Dia, dan Sahabatku" adalah sebuah novel yang mengeksplorasi kompleksitas persahabatan dan cinta di masa remaja, di mana janji dan pengorbanan menjadi taruhannya. Lia Sasha putri, seorang siswi SMA yang ceria, memiliki ikatan persahabatan yang kuat dengan Pandu Prawinata , sahabatnya sejak SMA . Mereka membuat janji untuk bertemu kembali setelah 8 tahun, dengan konsekuensi yang mengejutkan: jika Pandu tidak datang, berarti Pandu sudah meninggal. Namun, seiring berjalannya waktu, hubungan mereka diuji ketika Lia jatuh cinta dengan Angga, seorang laki-laki yang pengertian dan perhatian. Di tengah gejolak cinta segitiga, persahabatan mereka menghadapi ujian yang berat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Selvia Febri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Pandu kemudian mengambil ponsel nya dan menghubungi Dina, kakak Lia. Pandu menjelaskan kondisi Lia pada kak Dina.
"kak Dina, Lia kena demam berdarah. Dia lagi dirawat di rumah sakit," ujar Pandu dengan nada yang khawatir.
"Hah? Serius, Pandu?" tanya kak Dina dengan nada yang panik.
"Iya, kak Dina. Lia harus dirawat di rumah sakit selama beberapa hari," jawab Pandu. "Gue lagi nungguin Lia di ruang perawatan."
"Ya udah, Pandu. Gue langsung ke rumah sakit," jawab Dina. "Makasih ya udah ngasih tau gue."
Pandu menangguk mengerti. Ia merasa lega karena Dina akan segera datang ke rumah sakit.
Pandu kemudian menutup ponsel nya dan kembali menatap Lia. Lia terlihat lemah dan pucat. Pandu merasa khawatir dengan keadaan Lia. Pandu berharap Lia cepat sembuh.
"Lia, kakak lo bakal segera datang ke sini," ujar Pandu dengan nada yang lembut.
Lia menangguk mengerti. Ia merasa tenang mendengar perkataan Pandu. Lia berharap Dina segera datang ke rumah sakit.
Pandu kemudian menunggu Lia di ruang perawatan. Ia merasa khawatir dengan keadaan Lia. Pandu berharap Lia cepat sembuh.
Beberapa saat kemudian, Dina datang ke ruang perawatan. Dina terkejut melihat Lia terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Dina langsung mendekati Lia dan memegang tangan Lia.
"Lia, kamu kenapa?" tanya Dina dengan nada yang khawatir.
"Kak, aku kena demam berdarah," jawab Lia dengan suara yang lemah.
Dina menangguk mengerti. Ia merasa khawatir dengan keadaan Lia. Dina berharap Lia cepat sembuh.
"Lia, kamu harus cepat sembuh," ujar Dina dengan nada yang lembut. "Kakak bakal jagain kamu sampai kamu sembuh."
Lia menangguk mengerti. Ia merasa tenang mendapat perhatian dari Dina. Lia berharap bisa cepat sembuh dan kembali ke sekolah.
Dina kemudian duduk di samping ranjang Lia. Ia menatap Lia dengan wajah yang penuh kekhawatiran. Dina berharap Lia cepat sembuh.
"Lia, kamu mau minum apa?" tanya Dina dengan nada yang lembut.
Lia mengeleng. Ia merasa tidak ingin minum apapun.
"Lia, kamu harus makan dan minum agar cepat sembuh," ujar Dina dengan nada yang tegas.
Lia menangguk mengerti. Ia berharap bisa cepat sembuh dan kembali ke sekolah.
"Pandu, makasih ya udah nganterin Lia ke rumah sakit," ujar Dina. "Gue berhutang budi sama lo."
Pandu menangguk mengerti. Ia merasa lega karena kak Dina sudah datang ke rumah sakit.
Dina kemudian duduk di samping ranjang Lia. Ia menatap Lia dengan wajah yang penuh kekhawatiran. Dina berharap Lia cepat sembuh.
"Lia, kamu harus kuat," ujar Dina dengan nada yang lembut. "Kakak bakal selalu ada buat kamu."
Lia menangguk mengerti. Ia merasa tenang mendapat perhatian dari kakak nya. Lia berharap ia cepat sembuh.
"Pandu, makasih ya udah nganterin Lia ke rumah sakit," ujar Dina dengan senyum yang hangat. "Kamu baik banget."
Pandu menangguk mengerti. Ia merasa lega mendengar perkataan Dina. Pandu berharap Lia cepat sembuh.
"Sama-sama, kak Dina," jawab Pandu dengan senyum yang menawan. "Gue khawatir sama Lia."
Dina menangguk mengerti. Ia merasa terharu dengan perasaan Pandu.
"Lia, kamu istirahat ya," ujar Dina dengan nada yang lembut. "Kakak bakal jagain kamu di sini."
Lia menangguk mengerti. Ia merasa tenang mendapat perhatian dari kakak nya. Lia berharap ia cepat sembuh.
"Pandu, kamu pulang aja dulu," ujar Dina. "Nanti kalo ada apa-apa aku kabarin kamu."
Pandu menangguk mengerti. Ia merasa lega mendengar perkataan Dina. Pandu berharap Lia cepat sembuh.
"Oke, kak Dina," jawab Pandu dengan senyum yang menawan. "Gue nanti kabarin lagi."
Pandu kemudian berpamitan pada Lia dan Dina. Ia berjalan keluar dari ruang perawatan. Pandu merasa khawatir dengan keadaan Lia. Pandu berharap Lia cepat sembuh.
Pandu kemudian mengambil ponsel nya dan menghubungi Raya dan Clara untuk memberitahukan kondisi Lia. Pandu merasa khawatir dengan keadaan Lia. Pandu berharap Raya dan Clara bisa segera datang ke rumah sakit.
"Ra, Cla," sapa Pandu dengan nada yang khawatir. "Lia kena demam berdarah. Lia lagi dirawat di rumah sakit."
Raya dan Clara terkejut mendengar perkataan Pandu. Mereka langsung merasa khawatir dengan keadaan Lia.
"Hah? Serius lo, Pandu?" tanya Raya dengan nada yang panik.
"Iya, Ra," jawab Pandu. "Lia lagi dirawat di rumah sakit "Rumah sakit Surya Insani". Dokter bilang Lia harus dirawat intensif."
Raya dan Clara menangguk mengerti. Mereka langsung merasa khawatir dengan keadaan Lia. Raya dan Clara berharap Lia cepat sembuh.
"Pandu, makasih ya udah ngasih tau kita," ujar Clara dengan nada yang terharu. "Kita langsung ke rumah sakit sepulang sekolah."
Pandu menangguk mengerti. Ia merasa lega mendengar perkataan Raya dan Clara. Pandu berharap Raya dan Clara bisa segera datang ke rumah sakit.
Pandu menangguk mengerti. Ia merasa lega mendengar perkataan Raya dan Clara. Pandu berharap Raya dan Clara bisa segera datang ke rumah sakit.
"Iya, Ra, Cla. Cepetan ya," ujar Pandu. "Gue nanti tunggu di ruang perawatan."
Pandu kemudian menutup telepon nya. Ia merasa khawatir dengan keadaan Lia. Pandu berharap Lia cepat sembuh.
Pandu kemudian berjalan menuju parkiran rumah sakit. Ia ingin pulang ke kafe Mak Ijah untuk menceritakan kondisi Lia pada Mak Ijah. Pandu merasa khawatir dengan keadaan Lia. Pandu berharap Mak Ijah bisa memberikan dukungan pada nya.
Pandu naik ke mobil nya dan mengemudi menuju kafe Mak Ijah. Ia merasa sedih melihat keadaan Lia. Pandu berharap Lia cepat sembuh.
Saat Pandu sampai di kafe Mak Ijah, ia langsung mencari Mak Ijah. Pandu menemukan Mak Ijah sedang menata meja di kafe.
"Mak," sapa Pandu dengan nada yang khawatir.
Mak Ijah menoleh dan menatap Pandu dengan wajah yang penuh keingintahuan.
"Pandu, kamu kok udah pulang?" tanya Mak Ijah dengan nada yang penasaran.
"Mak, Lia kena demam berdarah," jawab Pandu dengan nada yang sedih. "Lia lagi dirawat di rumah sakit."
Mak Ijah terkejut mendengar perkataan Pandu. Ia langsung merasa khawatir dengan keadaan Lia.
"Hah? Serius kamu, Pandu?" tanya Mak Ijah dengan nada yang panik.
"Iya, Mak," jawab Pandu. "Lia lagi dirawat di rumah sakit "Rumah Sakit Surya Insani". Dokter bilang Lia harus dirawat intensif."
Mak Ijah menangguk mengerti. Ia langsung merasa khawatir dengan keadaan Lia. Mak Ijah berharap Lia cepat sembuh.
"Pandu, kamu jangan sedih," ujar Mak Ijah dengan nada yang lembut. "Kamu sudah berusaha menolong Lia. Sekarang Lia sudah ada di rumah sakit dan akan mendapatkan perawatan intensif."
Pandu menangguk mengerti. Ia merasa lega mendengar perkataan Mak Ijah. Pandu berharap Lia cepat sembuh.
"Mak, aku khawatir sama Lia," ujar Pandu dengan nada yang sedih.
"Pandu, kamu jangan khawatir," ujar Mak Ijah dengan nada yang lembut. "Lia anak yang kuat. Lia pasti bisa lewatin ini semua."
Pandu menangguk mengerti. Ia merasa lega mendengar perkataan Mak Ijah. Pandu berharap Lia cepat sembuh.
"Mak, aku mau ke rumah sakit lagi nengokin Lia," ujar Pandu dengan nada yang khawatir.
"Iya, Pandu," jawab Mak Ijah dengan senyum yang hangat. "Kamu nengokin Lia ya. "Jangan lupa kabarin Mak kalo ada apa-apa."
Pandu menangguk mengerti. Ia merasa lega mendapat dukungan dari Mak Ijah. Pandu berharap Lia cepat sembuh.
"Makasih, Mak," ujar Pandu dengan senyum yang menawan. "Gue pergi dulu."
Pandu kemudian berjalan keluar dari kafe Mak Ijah. Ia kembali menuju rumah sakit. Pandu merasa khawatir dengan keadaan Lia. Pandu berharap Lia cepat sembuh.
Saat Pandu sampai di rumah sakit, ia langsung menuju ruang perawatan Lia. Pandu menemukan Lia sedang tertidur nyenyak. Dina sedang menjaga Lia di samping ranjang nya.
"Kak Dina, Lia gimana?" tanya Pandu dengan nada yang khawatir.
"Lia lagi tidur," jawab Dina dengan nada yang lembut. "Lia masih lemah."
Pandu menangguk mengerti. Ia merasa khawatir dengan keadaan Lia. Pandu berharap Lia cepat sembuh.
"Kak Dina, gue mau nanya nih," ujar Pandu dengan nada yang penasaran. "Kenapa Lia bisa kena demam berdarah?"
Dina terdiam sejenak, merenungkan perkataan Pandu. Dina tahu bahwa Lia sering merasa lelah dan lesu beberapa hari terakhir. Dina berharap Lia cepat sembuh.
"Gue nggak tau pasti," jawab Dina. "Tapi, mungkin Lia kekurangan istirahat dan makan yang sehat. Terus Lia juga sering merasa stress."
Pandu menangguk mengerti. Ia merasa bersalah karena telah mengancam Lia kemarin. Pandu berharap Lia baik-baik saja.
"Kak Dina, gue maaf," ujar Pandu dengan nada yang sedih. "Gue nggak bermaksud ngomong kasar ke Lia. Gue cuma khawatir sama Lia."
Dina menangguk mengerti. Ia merasa terharu dengan perasaan Pandu.
"Pandu, kamu jangan sedih," ujar Dina dengan nada yang lembut. "Kamu udah berusaha menolong Lia. Sekarang Lia udah ada di rumah sakit dan akan mendapatkan perawatan intensif."
Pandu menangguk mengerti. Ia merasa lega mendengar perkataan Dina. Pandu berharap Lia cepat sembuh.
"Kak Dina, gue nanti pulang dulu," ujar Pandu dengan nada yang khawatir. "Gue nanti dateng lagi nengokin Lia."
Dina menangguk mengerti. Ia merasa lega mendengar perkataan Pandu. Dina berharap Lia cepat sembuh.
"Iya, Pandu," jawab Dina dengan senyum yang hangat. "Kamu pulang aja dulu. Nanti kalo ada apa-apa kakak kabarin kamu."
Pandu kemudian berpamitan pada Lia dan Dina. Ia berjalan keluar dari ruang perawatan. Pandu merasa khawatir dengan keadaan Lia.
Pandu berjalan keluar dari ruang perawatan. Ia merasa khawatir dengan keadaan Lia. Pandu berharap Lia cepat sembuh.
Dina kemudian menghubungi keluarga nya untuk memberitahukan kondisi Lia. Dina merasa khawatir dengan keadaan Lia. Dina berharap keluarga nya bisa segera datang ke rumah sakit.
"Ibu, Papa," sapa Dina dengan nada yang khawatir. "Lia kena demam berdarah. Lia lagi dirawat di rumah sakit."
Ibu dan Papa Lia terkejut mendengar perkataan Dina. Mereka langsung merasa khawatir dengan keadaan Lia.
"Hah? Serius kamu, Dina?" tanya Ibu Lia dengan nada yang panik.
"Iya, Bu," jawab Dina. "Lia lagi dirawat di rumah sakit "Nama Rumah Sakit". Dokter bilang Lia harus dirawat intensif."
Ibu dan Papa Lia menangguk mengerti. Mereka langsung merasa khawatir dengan keadaan Lia. Ibu dan Papa Lia berharap Lia cepat sembuh.
"Dina, makasih ya udah ngasih tau kita," ujar Papa Lia dengan nada yang terharu. "Kita langsung ke rumah sakit."
Dina menangguk mengerti. Ia merasa lega mendengar perkataan Ibu dan Papa Lia. Dina berharap Ibu dan Papa Lia bisa segera datang ke rumah sakit.
"Iya, Pa. Cepetan ya," ujar Dina. "Lia tadi nanya kalian."
Dina kemudian menutup telepon nya. Ia merasa khawatir dengan keadaan Lia. Dina berharap Lia cepat sembuh.
Dina kemudian menatap Lia yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Lia terlihat pucat dan lemah. Dina merasa bersalah karena tidak bisa menemani Lia selama ini. Dina berharap Lia baik-baik saja.
"Lia, kamu harus cepat sembuh," ujar Dina dengan nada yang lembut. "Kakak bakal jagain kamu di sini."
Lia menangguk mengerti. Ia merasa tenang mendapat perhatian dari kakak nya. Lia berharap ia cepat sembuh.
Beberapa saat kemudian, Ibu dan bapak Lia datang ke ruang perawatan. Mereka langsung mendekati Lia dan menatap Lia dengan wajah yang penuh kekhawatiran.
"Lia, kamu kenapa?" tanya Ibu Lia dengan nada yang panik.
"Aku kena demam berdarah, Bu," jawab Lia dengan suara yang lemah.
Ibu dan bapak Lia menangguk mengerti. Mereka langsung merasa khawatir dengan keadaan Lia. Ibu dan bapak Lia berharap Lia cepat sembuh.
"Lia, kamu harus cepat sembuh," ujar bapak Lia dengan nada yang lembut. "bapak dan ibu bakal jagain kamu di sini."
Ibu dan bapak Lia kemudian duduk di samping ranjang Lia. Mereka menatap Lia dengan wajah yang penuh kekhawatiran. Ibu dan bapak Lia berharap Lia cepat sembuh.
"Lia, kamu harus kuat," ujar Ibu Lia dengan nada yang lembut. "ibu dan bapak bakal selalu ada buat kamu."
Lia menangguk mengerti. Ia merasa tenang mendapat perhatian dari orangtua nya. Lia berharap ia cepat sembuh.
"Lia, kamu istirahat ya," ujar bapak Lia dengan nada yang lembut. "bapak dan ibu bakal jagain kamu di sini."
Lia menangguk mengerti. Ia merasa tenang mendapat perhatian dari orangtua nya. Lia berharap ia cepat sembuh.
...----------------...
Cepat Sembuh Lia Sasha Putri 😭
kyk"Lia menghela nafas dalam-dalam", "Jangan takut, pandu itu sebenarnya baik" kasih kyk cerita lai gt spy pembaca juga menikmatinya tdk hny kalimat itu" sj dr bab 1-5 Lia cerita k keluarganya, tmn" ny bhkn guru" nya di mohon dong jgn terlalu banyak cerita seperti itu! tolong berikan cerita yang lebih menarik lagi!