Semua terjadi begitu saja, karena ibu yang menjodohkannya maka Hasyim terpaksa menikahi karena menurutnya Cinta akan tumbuh karena terbiasa bersama. Sedangkan Hana menerima pernikahan tersebut karena sudah istikharah, dialah jodohnya!
Penasaran? yuk ikuti cerita Hani_Hany hanya di noveltoon ♤♤♤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6
"Saatnya siapkan berkas untuk mendaftar, aku juga harus membuat surat pengunduran diri di MTs. Jangan sampai mendadak nanti kaget guru² dan kepala Madrasah." gumamnya dalam hati.
Setelah berkas pendaftaran lengkap, Hana lalu menuju meja belajarnya kemudian membuka laptopnya. Meski mejanya dari bahan meja plastik dan kecil tapi sangat bermanfaat.
"Buat surat pengunduran diri dulu deh!" gumamnya pelan. Setelah kurang lebih satu jam bergelut dengan laptop akhirnya selesai. "Alhamdulillah akhirnya selesai juga buat surat pengunduruan diriku. Semoga ini jalan terbaik!" Hana mengajar pelajaran al-Qur'an Hadis dan Akidah Akhlak di MTs Mahalona, rencananya akan diubah menjadi SMP Swasta Mahalona.
Seusai membuat surat tersebut, Hana menuju dapur untuk membantu ibu Ramlah memasak.
"Masak apa bu?" tanya Hana.
"Mau buat sayur santan kak, tolong kamu parutkan kelapanya ya lalu diperas. Nanti ibu yang siapkan lainnya." ujar ibu lembut.
"Baik bu, mana adik Hasna bu?" tanyanya.
"Dikamarnya, dia sibuk menyiapkan berkas dan pakaian yang akan dipakai kuliah kak. Kamu sudah siap² kak?"
"Sudah beres bu. Aku juga sudah buat surat pengunduran diri mengajar."
"Iya sudah kalau gitu. Kalau sempat segera ke sekolah pamit, bilang saja mau ke kota!" ujar ibu. "Bu Atun masih ngajar ya disana kak?" tanya ibu Ramlah.
"Masih bu." mereka bercerita sambil memasak.
Flashback Off
***
Tring tring
'Halo Assalamu'alaikum Sunarti, ada apa?' tanya Hana saat mengangkat telfon dari Sunarti teman S1 nya dulu.
'Waalaikumsalam Hana. Adik kamu sudah daftar? Bulan ini terakhir Hana.' ucapnya cemas.
'Iya kah? Adik aku belum daftar Narti, kamu dapat informasi dari mana?'
'Dari iparku Hana, dia baru selesai mendaftar dan kebetulan aku menemaninya. Segera daftarkan adikmu Hana.' ujarnya lagi.
'Terima kasih informasinya Narti, akan aku usahakan untuk segera ke Palopo. Aku tutup dulu ya Narti, aku ada urusan.'
'Ok Hana. By.' lalu terputuslah sambungan telfonnya. Hana melangkahkan kaki menuju dapur untuk mencari ibu dan adiknya.
"Bu, Hasna harus segera didaftarkan karena hampir tertutup pendaftaran tahun ini bu!" ujar Hana seraya duduk dikursi dapur.
"Oh ya sudah. Segeralah bersiap ke Palopo, besok atau lusa supaya tidak terlalu mendadak juga kalau hari ini." ucap ibu Ramlah santai.
"Iya bu. Aku mau ke Sekolah dulu hari ini, semoga ketemu kepala sekolah dan guru² lainnya." ucap Hana.
"Bersiaplah nak, nanti ibu akan siapkan bekalnya dan tanyakan pak Sopir kapan berangkatnya." ucap ibu Ramlah kepada Hasna.
"Iya bu, aku siap² dulu dikamar." ibu hanya mengangguk sebagai jawaban.
***
Ibu Ramlah melanjutkan kegiatannya di dapur, menyiapkan bekal juga buat anak²nya. Bekalnya ada beras, indomie, ikan asin, buah²an yang ada dibawakan semua.
'Halo pak Sopir, saya bu Ramlah. Kapan bapak berangkat ke Palopo? Anak saya rencana mau ke Palopo pak.' tanya bu Ramlah.
'Oh iya, saya tiap hari berangkat bu! Sekarang saya sementara diperjalanan, besok juga insya Allah saya berangkat lagi bu!' jelasnya.
'AlhamduLillah. Baik pak, saya pesan untuk besok ya, untuk dua orang anak saya.'
"Baik bu. Dijemput dimana? Dirumah?' tanya sopir lagi.
'Iya dijemput dirumah pak. Terima kasih pak.' setelah mendapatkan kesepakatan lalu telfonnya ditutup dengan mengucapkan salam.
***
Tetibanya Hana di sekolah langsung menemui kepala sekolah di kantor.
"Kebetulan semua kumpul, ada yang mau saya sampaikan bapak² dan ibu²." ujar Hana ramah. Semua berfokus pada Hana dan penasaran dengan yang akan disampaikan Hana.
"Saya mau pamit undur diri dari sekolah ini, saya mohon maaf jika ada salah saya disengaja mau pun tidak. Saya mau ke Kota, dan saya ucapkan terima kasih kepada kepala sekolah, ibu dan bapak guru sekalian atas kerjasamanya selama saya mengajar disini. Saya banyak belajar dari kalian menjadi guru yang baik, yang sabar, dan banyak hal yang saya dapatkan disini. Mungkin hanya itu saja yang dapat saya sampikan. Terima kasih." jelas Hana panjang.
"Kamu mau kemana Han?" tanya Bu Atun.
"Mau ke Kota bu. Mau temani adik saya disana sekalian kerja disana."
"Di Palopo ya?" tanyanya lagi.
"Iya bu." jawabnya sambil tersenyum ramah. "Saya pamit ya bu, karena harus segera bersiap. Terima kasih bu." ucap Hana lagi.
"Sama² Hana, hati² ya!" kemudian Hana bersalaman dan berpamitan pada semua guru lalu kembali ke rumah.
"Sudah pulang Han?" tanya ibu keluar dari dapur.
"Sudah bu, sudah pamitan juga sama guru²."
"AlhamduLillah. Ibu juga sudah telfon sopir nak, setiap hari dia berangkat ke Palopo. Tadi ibu pesan untuk berangkat besok! Bagaimana?" tanya ibu memastikan.
"Iya gak apa² bu, aku mau istirahat dulu ya bu!" pamit Hana pada ibu. Ibu Ramlah hanya mengangguk setuju.
"Semoga kamu jadi anak sukses nak, kamu harapan ibu karena kamu anak sulung kami." gumam ibu dalam hati seraya melihat punggung Hana yang semakin menghilang dari balik pintu.
***
"Kayaknya sudah lengkap deh pakaian dan berkasku, tinggal bekalnya nih. Nanti saja aku tanya ibu, sekarang aku istirahat dulu deh!" gumamnya sambil merebahkan badannya ke kasur.
Tring
'Halo de. Kamu dimana?' panggilan masuk dari bu Rahma, teman masa S1dulu.
'Iya bu, aku di rumah. Rencana aku mau ke Palopo bu. Ada apa?'
'Wah kebetulan sekali de, kita ketemuan yuk! Ibu tunggu di Palopo nah.' ucapnya semangat.
'Insya Allah bu.'
'Ya sudah, aku tutup dulu ya de!'
'Iya bu. Makasih.' ditutuplah telfon dari ibu Rahma.
Siang harinya makan siang bersama, makanan sisa yang tadi pagi dimakan kembali untuk makan siang. Seusai makan siang mereka berkumpul diruang tamu seperti biasanya!
"Nak, keperluan beras dan lainnya sudah ibu lemas didalam karung ya, semoga cukup!"
"Insya Allah cukup bu. Terima kasih banyak bu." Hana terharu dengan semua itu, ibu sangat menyayanginya, begitu pula ayahnya.
"Kenapa hanya kakak yang dipeluk bu?" rengek Hasna.
"Aku juga mau bu!" begitu juga Husna mau dipeluk ibunya.
"Kenapa ini berpelukan kayak teletabis?" tanya ayah Ahmad hingga membuat mereka semua tertawa. "Hahaha."
"Ini yah, anak² rindu pelukan ibunya." jawab ibu dengan senyum teduhnya.
"Peluklah ibumu anak² karena beliau yang telah berjuang melahirkan, merawat, dan membesarkan kalian dengan penuh kasih sayang." jawab ayah Ahmad ikut terharu. "Ternyata mereka sudah besar semua ya Allah." gumamnya dalam hati, tanpa terasa mata ayah memanas berkaca². Sambil tersenyum ayah Ahmad melangkahkan kaki menuju kamar untuk menenangkan diri.
"Ingat ya nak, jadi anak sholehah kebanggaan ibu dan ayah. Sekolah yang bener, kalau urusan cinta itu akan datang disaat yang tepat! Jodoh tidak akan pernah kemana²!" nasehat ibu Ramlah pada ketiga putri²nya. Mereka hanya mengangguk kompak karena paham nasehat ibu.
"Sudah sana kumpulkan barang²nya yang mau dibawa karena besok pagi jam tujuh sudah harus berangkat. Perjalanan jauh jadi pagi cepat berangkat supaya tidak sampai malam sudah tiba di Palopo." jelas ibu Ramlah.
"Iya bu." jawab Hana. Mereka mengeluarkan barang² termasuk tas, dan karung isi bekalnya dan keperluan lainnya. "Semua sudah siap bu." ucap Hana. "Barang²mu sudah semua de?" tanyanya pada Hasna.
"Sudah kak." jawab Hasna singkat.
Sore harinya mandi, shalat, memasak untuk makan malam, kemudian bercengkrama diruang tamu. Seperti itulah kegiatan mereka sehari².
...----------------...
Bersambung ☆☆☆☆☆