seorang gadis penyendiri sedang nongkrong di game MMORPG, namun ia tertidur di dalam game itu, dan terbangun di dunia yang berbeda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon king in yellow, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
sekolah sihir
Sasha terbangun di tempat tidur ysng cukup besar. Tempat tidur itu nyaman dan begitu halus. Ia kemudian meregangkan tubuhnya. Ia kemudian melihat ke interior ruangan tersebut. Lalu menghela nafasnya.
Kamarnya tidak begitu besar atau kecil. Jendela dan balkoni di sebelah kananya. Ruangan itu mewah namun kosong. Ia kemudian bergumam. "tempat tidur ini sangat nyaman... Aku sempat berpikir aku sudah kembali pulang... Haaah..."
tiba-tiba dia mengalami gangguan mental. Ia menendang nendang tidak karuan. "aaaah !!! Aku tidak tahan lagi ! Aku ingin soda ! Aku ingin keripik kentang ! Ada anime series yang aku tunggu !"
Namun ia menarik nafasnya sambil menutupi wajahnya dengan bantal. "aku mulai gila... Pengalihan... Yah ! Aku butuh pengalihan..."
Sasha berdiri dan menganti baju tidurnya dengan pakaian biasanya. Lalu berjalan keluar kamarnya. Dia ada di istana laintai empat. Ia memutuskan untuk berjalan jalan untuk menenangkan pikirannya. Ia kemudian melihat sebuah taman dari jendela lantai empat. Melihat itu ia langsung saja turun menuju kebun tersebut.
Sesampainya di sana ia langsung dapat mencium manisnya bau bunga di sana. Itu langsung menbuatnya tenang, pikiran yang mengaburkan kepalanya hilang begitu saja. Taman itu juga memiliki banyak tumbuhan. Mulai dengan dedaunan yang indah, bunga yang berwarna warni dan rumput yang tumbuh dengab rapi memberikan latar belakang hijau segar untuk bunga berwarna-warni itu.
Sasha berjalan di jalan setapak sambil melihat-lihat tumbuhan indah itu. Sampai ada suara pria dari belakangnya. "hey... Siapa kamu ?"
Sasha langsung saja berbalik. Ia mepihat seorang pria dengan rambut berwarna hijau pendek. Matanya memiliki warna emas. Dengan pakaian serba putih dengan aksesoris hijau. Suaranya pelan dan halus.
"o-oh... Aku Sasha... Aku..."
"ah ! Aku mendengarmu dari pengawal kerajaan... Kamu memiliki hubungan dengan keluarga kerajaan kan ? Walau begitu... Aku tidak pernah tahu menahu tentangmu.. Padahal aku sudah berteman dekat dengan Astra... Dasar... Masih saja menyimpan rahasia... Oh, maaf, perkenalkan namaku Folium, pengurus taman ini"
Ia mengulurkan tangannya. Sasha menerimanya dan bersalaman. "jadi ? Apa yang membawa nona cantik sepertimu kemari ?"
Sasha menghela nafas. Jelas walau pria di depannya itu ramah dan tampan ia tidak tertarik. "aku hanya menenangkan pikiranku..."
"sesuatu membebanimu ?"
"bukan urusanmu..."
Folium tertawa kecil. "heh... Kamu benar, tetapi aku punya parfum untuk santai... Terbuat dari bunga-bunga taman ini..."
"oh, kamu seorang druid... Sayang sekali aku tidak tertarik..."
"oh ! Observasi yang bagus nona... Aku bahkan tidak membawa tongkatku loh..."
"tolong panggil saja aku dengan namaku. Ada alasan aku memperkenalkan diriku. Agar kamu menggunakanya"
Setelah semua interaksi itu Folium masih saja tersenyum ramah. "ah... Tentu-tentu. Sasha..."
Folium kemudian merasakan keberadaan di kemunya. Ia melihat ke arah belakangnya. "ah ! Astra... Apa yang membawamu kemari ?"
Astra melihat ke arah Sasha sebelum melihat ke arah temannya. "tidak banyak, oi, Sasha Oslar memintaku memanggilmu, dia menunggu di aula utama"
"untuk apa ?" tanya Sasha dengan bingung.
"entahlah... Kamu tahu jalannya kan ? Tolong... Jangan buat dia menunggu. Mungkin saja penting"
Sasha kemudian berjalan pergi masuk ke istana menuju aula utama. Folium dan Astra melihatnya pergi begitu saja. Walau begitu Folium melambaikan tanganya masih tersenyum. Walau Sasha tidak pernah berbalik untuk melihat itu.
Astra menyikut Folium di sebelahnya. "apa kamu menyukainya ?"
"hm ?" kemudian ia menggelengkan kepalanya. "tidak... Aku hanya menjadi ramah, apa salahnya ?"
"tidak... Biasanya wanita yang kamu beri keramahan langsung jatuh cinta kepadamu"
Folium tertawa mendengar itu. "hahaha... Bagaimana dengamu sendiri ? Dia menolak menikahimu loh..."
Astra menghela nafasnya "hey ! Aku bilang lupakan itu ! Di sisi lain itu semua gara gara ayahku... Dia itu dingin dan... Dan... Kasar... Di tambah juga dia dendaman..."
Folium tersenyum mendengar itu lalu beberapa bunga tumbuh tinggi ke arahnya. Dan menjatuhkan kelopak bunga ke tanganya. Kelopak bunga itu indah namun berduri, duri itu hitam walau begitu kelopak itu tetap. Ia melihat bunga itu dan tersenyum kecil.
"Setiap orang punya alasan untuk bertindak seperti yang mereka lakukan. Sasha mungkin dingin dan kasar. Tapi apakah itu saja yang kamu lihat ?"
Astra berpikir sebentar. Lalu mengingat Sasha menyembuhkan Saudaranya Gail, Lalu Alice setelah menghukumnya. "dia... Dia cukup peduli dengan orang orang di sekitarnya... Setidaknya itu yang aku lihat..."
Folium tertawa kecil. "heh... Lihat ? Kamu hanya melihat duri dari kelopak bunga itu..." ia kemudian menaruh kelopak bunga di tanganya ke tangan Astra.
Di sisi lain Sasha mengikuti Oslar menuju suatu tenpat. Ia terlihat bingung kemana Oslar membawanya. "hey... Kita mau ke mana ini ?"
Oslar dengan senangnya. "lihat saja... Ayo..." tidak lama Oslar berbalik ke arah Sasha dan dengan bangga membuka tanganya. "selamat datang ke sekolahku !"
Sebuah bangunan besar dan megah. Itu jelas sebuah sekolah dengan tulisan besar Sekolah sihir Oslar. Sasha menunjuk ke arah namanya. "apa kamu benar benar memberi nama sekolahmu dengan namamu ?"
"hahaha ! Yah... Aku... Aku bingung harus beri nama apa... Lupakan ayo masuk !"
Mereka pun masuk Sasha mengikutinya dari belakang sambil melihat orang orang di sekitarnya. Orang orang di sekitarnya menggunakan jubah hitam, dan topi penyihir. Di dalam jubah itu mereka menggunakan seragam putih, mereka memiliki tongkat sihir mereka masing masing. Mereka menatap Sasha dengab bingung karena rambutnya sementara itu kenatap Oslar dengan kekaguman.
Seseorang menghampiri Oslar. "guru, Akhirnya anda telah kembali ! Eh ? Siapa wanita itu ? Murid baru anda ?"
"tidak dia temanku... Namanya Sasha"
Murid itu terlihat terkejut, kemudian ia memberi hormat juga kepada Sasha. Kemudian Oslar berbicara. "hari ini aku tidak akan mengajar, kalian belajarlah sendiri. Aku ingin mengajak Sasha berjalan jalan untuk hari ini..."
Murid itu mengangguk dan peri. Sementara itu Oslar tersenyum kepada Sasha. "ayo ! Masih banyak yang aku ingin tunjukkan" Sasha pun mengikutinya.
Sampai pada akhirnya mereka sampai di arena sekolah Oslar. Arena itu besar. Dengan banyak kursi di mana orang orang dapat menonton. Sekarang hanya ada beberapa murid yang duduk dan sedang mengobservasi orang orang yang sedang berduel di arena. Di arena sendiri ada dua penyihir tempur yang sedang berduel.
Karena mereka saling melempar mantra dan peluru sihir sambil menghindar. Banyak dari mereka tidak mengenai target mereka. Dan terbang ke mana mana. Namun ada barrier kuat yang mencegah peluru sihir nyasar itu mengenai penonton.
Sasha dan Oslar menonton pertempuran dua murid itu. Kelihatanya mereka berdua adalah penyihir tempur. Mereka berjauhan satu sama lain, mereka ada di ujung berbeda arena. Gerakan mereka lincah, walau mereka seorang penyihir. Mereka melempar sedikit mantra, namun lebih banyak peluru sihir.
Kemudian Oslar melihat ke arah Sasha. "hey... Bagaimana menurutmu pertempuran murid murid ini ?" Beberapa murid di dekat mereka mendengarkan pembicaraan mereka.
Sasha menghela nafas, ia jelas tidak terkesan sama sekali. "pertarungan macam apa ini ? Sudah main dodgeball aja sana..."
Salah satu murid yang mendengarkan tidak terima. "hey ! Apa maksudmu itu ?! Mereka itu penyihir tempur terbaik di sekolah ini"
Dahi Oslar langsung mengerut melihat ke arah murid yang berteriak ke pada Sasha. "hey ! Perhatikan nada bicaramu! Kita tidak teriak satu sama lain di sekolah ini"
"tapi guru..."
Sasha langsung menjelaskan. "mereka hanya melempar bola sihir dari jarak sejauh itu. Semakin jauh mereka di tembakan semakin mudah di hindari. Pada akhirnya satu satu situasi menang adalah ketika lawanmu tersandung atau membuat kesalahan. Kalau kamu beruntung lawanmu kehabisan mana dan kamu punya mana yang tersisa untuk mengakhirinya"
Di saat yang sama salah satu pihak dari pertarungan itu kehabisan mana. Ia mengangkat kedua tangannya tanda menyerah. "lihat, terlalu mudah di tebak. penyihir tempur itu adalah peran paling berbahaya. Karena kamu harus membuat pilihan beresiko..."
Murid yang tadi berteriak kemudian duduk kembali karena sudah kalah argumen. Yang lainnya mencatat apa yang Sasha jelaskan. Namun di antara para murid ada lagi yang berdiri. "nona... Saya ingin menantang anda di arena, apa anda menerimanya"
Sasha melihat ke arah Oslar. Dan oslar hanya memberikan isyarat 'lakukan sesukamu' mendapat kode itu Sasha mengangguk. "boleh saja..."
Murid itu mengangguk. "Terimakasih banyak, mari belajar dari satu sama lain"
Singkat cerita Sasha berdiri di arena, dan lawanya sudah siap debgan tongkat sihirnya di hadapanya. Mereka hanya berdiri tiga kaki dari satu sama lain.
Lawanya terlihat bingung. "di mana tongkatmu ?"
"aku tidak punya, maupun membutuhkannya. Aku siap"
Mereka saling berhadapan. Menunggu kode pertarungan mereka di mulai. Kemudian suara ketukan keras terdengar. Lawanya langsung mundur menggunakan sihir angin langsung membuat jarak signifikan Sasha.
Sementara Sasha masih berdiri di tenpatnya. Kemudian lawanya menembakan tiga peluru sihir ke arahnya. Itu melesat dengan kecepatan tinggi. Sasha langsung menepisnya dengan tanganya layaknya menampar seseorang. Ketika proyektil itu terlempar ke berbagai arah sebelum menghantam barrier.
Mata lawanya melebar. Teknik apa itu ? Apa itu mantra ? Atau matanya menipunya. Di sisi lain para murid yang menonton terfokus kepada pertempuran. Mereka menurunkan buku catatan dan pen mereka karena mereka sendiri bingung harus menulis apa. Itu adalah teknik yang tidak pernah mereka lihat.
Sasha mendekat berjalan ke arah lawanya perlahan. Lawanya kemudian terpaksa harus merapal. Sambil menodongkan tongkat sihirnya "barrage !" ratusan peluru sihir muncul di sekitarnya. Lalu ia mengayunkannya dari atas kepala ke arah Sasha.
Ratusan peluru itu melesat ke arahnya dengan kecepatan tinggi bersamaan "cancel" seketika sasha mengeluarkan gelombang sihir semua peluru sihir itu hilang. Lawanya kehilangan kata kata, ia sekarang tidak tahu harus apa.
"gravity down" seketika lingkaran sihir muncul di bawah kaki lawannya. Ia menyadari ini dan hendak lompat dengan sihir anginya namun ia terlambat. Tubuhnya tertarik layaknya baja ke magnet. Ia menghantam tanah sengan keras dsn tidak dapat bergerak lagi.
"aku menyerah ! Menyerah !"
Sasha langsung saja melepas mantranya. "sepertinya aku menang..."
Semua orang yang menonton kehabisan kata kata. Mereka tidak tahu apa yang harus dipelajari setelah pertarungan itu. Mereka bahkan tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Di sisi lain Oslar tersenyum. "gila... Apa lagi yang kamu punya Sasha... Aku makin penasaran, oh ! Hey ! Apa yang kalian lakukan di sini ?"