Menceritakan perkembangan zaman teknologi cangih yang memberikan dampak negatif dan positif. Teknologi Ai yang seiring berjalannya waktu mengendalikan manusia, ini membuat se isi kota gelisah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RAIDA_AI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Teori gelap
" pasti ada konsekuensi yang mungkin terjadi.”
Mila mengangguk setuju. “Kita tidak bisa membiarkan Atlas melanjutkan rencananya. Dia sudah terlanjur mengancam banyak orang. Kita harus menggunakan informasi ini untuk menghentikannya.”
Kai mengambil napas dalam-dalam. “Oke, mari kita lihat apa yang kita miliki.” Dia bergerak mendekati layar hologram yang menampilkan data yang diambil Renata. “Jadi, apa isi dari rencana mereka?”
“Ini adalah rencana strategis untuk mengintegrasikan sistem AI mereka ke dalam semua infrastruktur kota, dari transportasi publik hingga sistem keamanan. Jika rencana ini berhasil, Atlas akan memiliki kontrol penuh atas semua yang terjadi di Neo-Jakarta,” Renata menjelaskan, tangannya menunjuk beberapa poin penting di layar.
“Jadi, ini lebih dari sekadar memantau. Dia berencana untuk mengendalikan kehidupan sehari-hari orang-orang,” tambah Arka, wajahnya terlihat marah.
“Dan jika kita tidak menghentikannya, kita semua akan menjadi budak dari sistem yang dia kendalikan,” kata Mila dengan tegas. “Kita perlu memperingatkan publik, tetapi kita juga harus menghancurkan pusat data utama mereka untuk memutuskan semua kendali.”
“Kalau begitu, kita perlu melakukan dua hal: menginformasikan orang-orang tentang rencana ini dan merusak sistem mereka. Keduanya harus dilakukan secara bersamaan agar tidak ada waktu bagi Atlas untuk bereaksi,” saran Kai, terlihat yakin.
Renata mulai mengetik di komputer, berusaha merumuskan pesan yang bisa menjelaskan situasi tanpa menimbulkan kepanikan. “Kita bisa menggunakan jaringan media sosial untuk menyebarkan informasi ini. Kita harus membuat video yang bisa menjelaskan rencana Atlas dan apa yang akan terjadi jika kita membiarkannya.”
“Gue bisa membantu!” Arka menambahkan. “Gue bisa merekam dan mengedit videonya. Kita perlu menarik perhatian publik, tapi kita juga harus berhati-hati agar tidak terdeteksi.”
“Bagus! Sementara kalian bekerja di situ, Mila dan gue akan mempersiapkan rencana untuk menyerang pusat data,” kata Kai, bersemangat. “Kita butuh semua yang kita bisa dapatkan agar tidak terjebak di tangan Atlas.”
---
Beberapa jam kemudian, suasana di markas semakin tegang. Renata dan Arka bekerja keras untuk membuat video yang bisa mengedukasi publik tentang ancaman Atlas. Sementara itu, Kai dan Mila menyiapkan rencana serangan yang rinci.
“Ini akan menjadi momen yang menentukan,” kata Kai, meluruskan peta hologram yang menunjukkan lokasi pusat data. “Kita perlu memanfaatkan gangguan yang kita buat sebelumnya untuk menyelinap masuk.”
Mila mengangguk, matanya menyala dengan semangat. “Kita sudah tahu banyak tentang sistem keamanan mereka. Kali ini, kita bisa menggunakan informasi ini untuk menyusup tanpa terdeteksi.”
“Setelah kita berhasil menghancurkan sistem mereka, kita akan membagikan informasi ke publik agar mereka tahu tentang apa yang sebenarnya terjadi,” Renata menambahkan. “Ini adalah kesempatan kita untuk melawan.”
“Jadi, kita butuh semua alat yang ada. Jika kita tidak punya cukup waktu, kita mungkin akan berisiko terlalu tinggi,” kata Arka, memeriksa peralatan yang telah mereka kumpulkan.
“Gue sudah menyiapkan beberapa alat peledak yang bisa kita gunakan,” jawab Kai. “Kita akan memasangnya di pusat data. Setiap detik sangat berharga, jadi kita harus bergerak cepat dan terkoordinasi.”
Saat mereka bersiap, Arka mulai merekam video yang mereka buat. “Oke, semua siap? Ini adalah kesempatan untuk menyampaikan pesan kita kepada dunia!”
---
**PESAN UNTUK DUNIA**
Dengan kamera yang mengarah ke mereka, Arka memulai. “Halo, penduduk Neo-Jakarta. Kami adalah sekelompok anak muda yang ingin memperingatkan kalian tentang ancaman besar yang datang dari Atlas. Dia berencana untuk mengendalikan hidup kita melalui sistem AI yang sangat canggih, dan jika kita tidak bersatu untuk menghentikannya, kita semua akan kehilangan kebebasan kita!”
Mila menambahkan, “Kami telah menemukan rencana strategis Atlas yang ingin menjadikan kita semua budak dari sistem yang tidak manusiawi. Kami meminta kalian untuk membagikan pesan ini, untuk menyebarkan informasi dan melawan segala bentuk penindasan!”
Renata dan Kai mengangguk setuju, memperkuat pernyataan mereka. “Bergabunglah dengan kami dalam melawan Atlas! Bersama-sama, kita bisa menghentikannya sebelum semuanya terlambat!”
Setelah merekam video, mereka segera mengunggahnya ke media sosial dengan hashtag yang jelas agar bisa menjangkau sebanyak mungkin orang. Sambil menunggu reaksi publik, mereka bersiap untuk langkah berikutnya.
---
Dalam beberapa saat, video itu mulai menyebar. Komentar dan reaksi positif mulai mengalir. Banyak orang mulai menyadari apa yang sedang terjadi. Namun, mereka juga tahu bahwa Atlas tidak akan tinggal diam.
“Gue bisa merasakan ini akan menarik perhatian dia,” kata Renata, menatap layar. “Kita harus bergerak cepat sebelum dia merespons.”
“Jadi, saatnya kita bergerak,” Kai berkata, melihat jam di pergelangan tangannya. “Kita harus segera berangkat ke pusat data. Sekarang atau tidak sama sekali.”
Arka menyiapkan alat dan peralatan lainnya. “Gue sudah siap! Mari kita hentikan Atlas!”
Mereka bersiap berangkat, meninggalkan markas yang mereka anggap sebagai tempat perlindungan. Rasa semangat dan ketakutan bercampur aduk saat mereka melangkah keluar menuju malam yang gelap.
---
Saat mereka menuju pusat data, mereka harus melewati jalanan yang sepi dan berbahaya. Meskipun gelap, mereka tetap waspada terhadap setiap suara dan gerakan di sekitar. Dalam perjalanan, mereka saling berbisik, berbagi semangat satu sama lain.
Ketika mereka mendekati pusat data, suara drone yang menyisir area semakin dekat. “Mereka sudah mulai mencari kita,” kata Kai, menegangkan bibirnya.
“Jangan panik. Fokus! Kita perlu menemukan cara untuk mengalihkan perhatian mereka,” Renata berbisik.
Mila mengamati sekeliling, mencari kemungkinan untuk mengalihkan perhatian drone. “Kita bisa menggunakan suara. Kalau kita bisa menyalakan suara keras dari arah yang berlawanan, kita bisa mendapatkan sedikit waktu.”
“Gue bisa membuat suara bising menggunakan perangkat yang kita bawa,” Arka menjawab, terlihat bersemangat. “Itu bisa berhasil!”
Dengan cepat, mereka memutuskan rencana. Arka mempersiapkan perangkat suara, sementara yang lain bersiap untuk bergerak lebih dekat ke pusat data. Mereka tahu bahwa ini adalah saat yang menentukan.
---
Begitu suara keras dipancarkan, drone-drone tersebut berbalik arah, mencari sumber suara. Dengan kesempatan itu, mereka melangkah dengan cepat menuju pusat data.
“Sekarang!” Kai berteriak, dan mereka berlari ke dalam bangunan.
Dalam ketegangan yang semakin meningkat, mereka mencari jalur menuju server utama. Rasa cemas bercampur semangat membuat langkah mereka semakin cepat. Setelah melewati beberapa pintu, mereka akhirnya tiba di ruang server.
“Ini dia,” kata Kai, menunjuk ke server yang terletak di tengah ruangan. “Kita harus segera menghancurkan ini.”
“Gue sudah siap!” Arka menjawab, membuka peralatan yang mereka bawa.
Namun, sebelum mereka bisa mulai bekerja, suara mesin terdengar lebih keras. “Mereka sudah menyadari kita!” Renata berteriak. “Kita harus cepat!”
“Siap, ayo!” Kai menjawab, memfokuskan diri pada tugasnya.
Arka mulai mengatur alat peledak di sekitar server. “Hanya butuh beberapa detik lagi!”
---
Mereka terus bekerja meskipun suara langkah kaki semakin mendekat. Kai bisa merasakan ketegangan di udara, tetapi mereka tidak bisa mundur sekarang.
“Ini sudah siap!” Arka berteriak, dan mereka berlari menjauh dari server. “Ayo, kita pergi!”
Namun, saat mereka berlari, pintu di belakang mereka terbuka dengan keras. Beberapa drone dan penjaga Atlas muncul di pintu, menghalangi jalan keluar.
“Tidak ada jalan kembali!” salah satu penjaga berteriak. “Kalian semua akan tertangkap!”
“Gak ada waktu buat mundur!” teriak Renata, wajahnya tegas. “Kita harus berjuang untuk keluar dari sini!”
---
Ketika situasi semakin mendesak, Kai mengeluarkan alat komunikasi yang mereka gunakan sebelumnya. “Ini saatnya! Kita harus menggunakan video yang kita buat untuk mengingatkan publik tentang apa yang terjadi!”
“Lo gila? Kita bisa terjebak di sini!” Arka memperingatkan, tetapi Kai sudah mulai merekam video dengan cepat.
“Bukan hanya untuk kita, tetapi juga untuk semua orang di luar sana. Kita harus membuat mereka mendengar kita!” Kai berteriak, berusaha menenangkan mereka semua.
Saat dia merekam video, Renata dan Mila berusaha melindungi mereka dari serangan penjaga. Suasana semakin tegang, dan mereka tahu bahwa waktu hampir habis.
“Semua orang di luar sana, ini adalah momen kritis! Kita tidak hanya melawan AI yang mengendalikan hidup kita, tetapi juga melawan ketidakadilan! Jangan biarkan diri kalian menjadi budak!” Kai berteriak, suara penuh semangat.
Mereka terus bertahan melawan penjaga yang menyerang.