NovelToon NovelToon
PELANGI CINTA BAGASKARA

PELANGI CINTA BAGASKARA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan Tentara
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: julieta

Di usianya ke 32 tahun, Bagaskara baru merasakan jatuh cita untuk pertama kalinya dengan seorang gadis yang tak sengaja di temuinya didalam kereta.
Koper yang tertukar merupakan salah satu musibah yang membuat hubungan keduanya menjadi dekat.
Dukungan penuh keluarga dan orang terdekat membuat langkah Bagaskara untuk mengapai cinta pertamanya menjadi lebih mudah.
Permasalahan demi permasalahan yang muncul akibat kecemburuan para wanita yang tak rela Bagaskara dimiliki oleh wanita lain justru membuat hubungan cintanya semakin berkembang hingga satu kebenaran mengenai sosok keluarga yang selama ini disembunyikan oleh kekasihnya menjadi ancaman.
Keluarga sang kekasih sangat membenci seorang tentara, khususnya polisi sementara fakta yang ada kakek Bagaskara adalah pensiunan jenderal dan dirinya sendiri adalah seorang polisi.
Mampukah Bagaskara bertahan dalam badai cinta yang menerpanya dan mendapatkan restu...
Rasa nano-nano dalam cinta pertama tersaji dalam cerita ini.
HAPPY READING.....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BIBIT PENGGANGGU

Audry yang tertidur merubah posisinya sedikit meringkuk sambil mendekap tubuhnya, seolah dirinya sedang kedinginan.

Melvin yang peka segera melepaskan jas yang dipakainya dan menyelimuti tubuh Audry dengan jas hitam miliknya dengan hati-hati agar gadis itu tak terganggu tidurnya.

Toni dan pak Arman yang melihat kejadian tersebut sedikit terkejut melihat perhatian lebih yang diberikan oleh bos mereka terhadap Audry, padahal seingat keduanya bosnya ini hampir tidak pernah berinteraksi dengan gadis itu dan ini adalah kali pertamanya.

Keduanya hanya bisa berbicara melalui isyarat mata karena tak ingin Melvin tahu jika keduanya sedang membicarakan dirinya.

“Syukurlah jika bos pada akhirnya mau membuka hatinya setelah sekian lama menutup diri”, ujar pak Arman, sang supir melalui kedipan mata.

“Tapi, Audry masih sangat muda. Tak cocok dengan bos”, jawab Toni melalui pelototan matanya.

“Cinta tak memandang usia bang. Jika gadis itu bisa membuat bos bahagia, aku mah setuju aja”, pak Arman tampak tersenyum tipis sambil melirik Toni yang tampak tak terima dengan pemikirannya.

Ehem...

Suara deheman dari belakang membuat keduanya tak lagi saling lirik dan hanya fokus pada kondisi jalan raya yang perlahan mulai lancar.

Sementara itu di kediaman Purnomo, Bagaskara yang mengikuti nasehat maminya pun berusaha untuk mengalihkan pikirannya dengan membantu beberapa pekerja yang kini telah datang untuk memasang tenda panjang sebagai tempat dimana makanan untuk para tamu nanti dihidangkan.

Namun, sekeras apapun usahanya untuk mengalihkan pikiran, bayangan wajah Audry terus saja bersliweran dikepalanya hingga membuat moodnya semakin buruk.

“Ada apa dengan diriku? Kenapa bayangan gadis itu terus muncul didalam kepalaku tanpa henti. Arghhh !!!”, teriaknya dalam hati.

Senyum manis Audry serta halusnya tutur kata dalam setiap ucapan gadis itu terus terngiang ditelinganya seperti sebuah slide video yang terus tayang tanpa henti membuat kepala Bagaskara terasa panas.

Tak ingin mengacaukan suasana, Bagaskara pun segera masuk kedalam rumah menuju kamarnya untuk mendinginkan kepala dan hatinya, mengabaikan panggilan beberapa kerabatnya yang mulai berdatangan kerumahnya.

“Ada apa dengan Bagaskara ? kenapa dia mengacuhkanku seperti itu ?”, batin seorang wanita muda yang baru saja datang bersama neneknya dengan sedih.

***

Keesokan harinya,

Sejak pagi kediaman Purnomo sudah sibuk dengan persiapan acara pertunangan yang akan dilaksanakan sore nanti.

Halaman belakang rumah yang sedikit dirombak beberapa hari kemarin kini telah disulap menjadi aula yang cantik dengan tenda panjang di sudut taman serta hiasan bunga-bunga didalam pot yang tertata apik disana.

Tak lupa, WO yang sengaja mereka undang untuk mendesain taman kecil tersebut menambahkan beberapa buah asli yang tumbuh perdu seperti buah strawberry, bluberry, jeruk, dan apel menambah segar suasana taman yang akan dijadikan tempat utama berlangsungnya pesta pertunangan dengan tema garden party tersebut.

Di sudut ruangan, Bagaskara terus menatap ponselnya, menunggu balasan pesan dari Audry yang berjanji untuk menghubunginya begitu dia selesai beraktivitas.

Audry hari ini memang mengambil cuti untuk beristirahat karena dia baru sampai dari Bandung menjelang dini hari akibat terjebak macet di tol Cikampek setelah ada insiden truk bermuatan bahan bakar meledak disana.

Kecelakaan yang menimbulkan banyak korban jiwa tersebut membuatnya harus berhenti total selama hampir tiga jam sebelum para petugas kepolisian lalu lintas membuka lajur kiri jalan tol agar bisa dilalui bagi mereka yang akan menuju ibukota.

Karena kelelahan, Audry pun memutuskan untuk mengambil cuti agar tubuhnya bisa kembali fresh saat bekerja nanti.

Bagaskara yang mendapatkan pesannya dibalas tadi pagi merasa senang dan diapun berjalan turun untuk membantu keluarganya mempersiapkan acara dengan wajah cerah.

“Mas, temani kakek dan nenekmu disana”, ujar sang mami sambil menunjuk dimana kedua orang tuanya duduk sambil melihat kesibukan semua orang yang berseliweran dihadapannya.

Bagaskara segera datang dan duduk disamping sang kakek yang langsung disambut gembira oleh keduanya dengan sorot mata penuh kerinduan terpancar dimata senja mereka.

“Mana pacarmu mas? Nggak dibawa ?”, tanya Eyang Surti penasaran.

Eyang Surti dan Opa Sandi menatap wajah Bagaskara dengan sedih karena diusianya yang sudah kepala tiga ini, cucu tampannya itu masih belum juga memiliki kekasih.

Sementara lelaki yang membuat keduanya bersedih hanya bisa nyengir kuda sambil mengaruk-ngaruk kepalanya yang tidak gatal karena bingung harus menjawab apa.

“Opa ini merasa aneh sama kamu mas. Ganteng begini cucu opa tapi kenapa sampai sekarang kok gak laku-laku”, ucap opa Sandi menimpali.

Bagaskara hanya tersenyum lebar menanggapi pertanyaan kakek neneknya yang setiap kali datang pasti menanyakan hal yang sama, hingga membuat Bagaskara sedikit jengah.

“Masih proses.....Opa sama eyang doakan Bagas agar prosesnya bisa berjalan lancar jadi nanti pada pertemuan keluarga berikutnya sudah bisa Bagaskara kenalkan kepada kalian semua”, ucapnya memohon doa restu.

“Opa sama eyang setiap hari selalu berdoa agar jodohmu diperpendek. Mbak mu saja sudah dua kali menikah, masa kamu satu pacar saja tidak punya”, ucapan opa Sandi membuat wajah Bagaskara yang semula berseri bahagia akan doa yang diberikan oleh kakeknya itu mendadak langsung berubah menjadi kecut oleh ucapan terakhirnya yang menohok.

Kakak sulung Bagaskara, Veli kehilangan suami dan anaknya di usia pernikahan mereka yang ketiga tahun akibat kecelakaan lalu-lintas.

Cukup lama kakak sulung Bagaskara itu menjanda hingga tiba-tiba kehadiran Hendra mampu mengetuk pintu hati Veli dan menghapus kesedihan sang kakak akibat kehilangan sang suami dan anaknya dalam waktu yang sama.

Bahkan berkat Hendra jugalah kakak sulung Bagaskara ini bisa kembali ceria dan pada akhirnya memantapkan diri untuk membuka lembaran baru meski sebelumnya sempat ada penolakan dari Bagaskara yang menganggap jika Hendra dan keluarganya hanya ingin memanfaatkan sang kakak saja.

Namun, seiring berjalannya waktu dan melihat besarnya pengorbanan dan rasa cinta Hendra terhadap sang kakak membuat Bagaskara pun luluh dan memberi restu hingga acara pertunangan ini bisa terlaksana.

Ketika ketiganya  sedang asyik mengobrol tiba-tiba datang wanita muda sambil membawa sepiring bolu ditangannya dan duduk disamping eyang Surti.

“Oya, mas. Masih ingat dengan Ningsih, anak dari mandor Darma yang mengurusi perkebunan milik opa. Selain cantik, Ningsih ini juga gadis yang baik serta pekerja keras”, ucap sang eyang sambil melirik penuh arti kearah Ningsih.

Ningsih yang dipuji oleh eyang Surti pun menunduk malu sambil sesekali mencuri pandang untuk melihat respon yang diberikan oleh Bagaskara akan ucapan neneknya tersebut.

“Namanya cewek ya cantik eyang. Kalau cowok baru ganteng”, ucap Bagaskara berkelakar.

Eyang Surti yang memang sejak awal berniat mengajak Ningsih datang ke Bandung untuk menjodohkan wanita tersebut dengan Bagaskara pun kembali beraksi.

“Ningsih ini kembang desa lho mas. Banyak cowok yang tertarik dengan kecantikannya, tapi entah kenapa banyak pemuda yang mendekatinya tapi tak ada satupun yang cocok dihatinya. Sepertinya, jika bersanding dengan mas Bagas, eyang lihat sangat cocok. Apalagi pembawaannya yang kalem cocok untuk menjadi ibu Bhayangkari”, eyang Surti semakin gencar melancarkan aksinya, membuat Bagaskara sedikit jengah.

Bagaskara yang tidak suka urusan pribadinya dicampuri orang lain pun berusaha untuk tegas agar wanita muda yang sedari tadi meliriknya penuh minat tersebut tak banyak berharap.

“Seperti yang Bagaskara katakan tadi eyang. Saat ini Bagaskara sedang dekat dengan seorang gadis, maka dari itu Bagaskara minta doa dari eyang dan opa semoga usaha Bagaskara ini dipermudah sehingga tahun depan sudah bisa membawakan cucu menantu untuk eyang dan opa”, ucap Bagaskara sambil menangkupkan kedua tangannya didada.

Eyang Surti yang masih tak percaya ucapan sang cucu pun segera menghentikan langkah sang anak yang kebetulan lewat didepannya.

“Benar kah itu Gladys, Bagaskara sudah memiliki calon ?”, tanyanya penuh selidik.

Gladys yang langkahnya dihentikan oleh sang ibu pun langsung menoleh sambil tersenyum lebar ketika mengingat calon menantu yang sempat berkunjung kerumah beberapa hari kemarin.

“Iya bu, doain aja agar si mas berjodoh dengan gadis itu. Selain cantik dan baik, gadis itu juga cerdas. Kami sekeluarga pun sudah cocok seandainya si mas jadi sama dia”, ucap Gladys sambil sedikit melirik kearah Ningsih yang tiba-tiba mencengkeram ujung dress nya dengan kuat.

Melihat hal tersebut Galdys pun tersenyum senang dalam hati karena sejak awal dia sangat tak suka dengan Ningsih yang dianggapnya bermuka dua.

Entah apa yang dilakukan oleh wanita itu hingga ibunya terpedaya dan sangat menyayanginya sampai berniat menjodohkannya dengan Bagaskara.

Gladys terus saja mempromosikan Audry dihadapan orang tuanya agar supaya Ningsih sadar diri sehingga wanita itu tak bermimpi untuk bisa bersanding dengan anak lelakinya.

Bagaskara yang melihat pembelaan sang mami merasa senang, apalagi melihat respon eyang dan opanya yang positif membuat semangatnya untuk cepat menjadikan Audry miliknya semakin besar.

“Kurasa, aku harus kembali mencari cara untuk bisa mempengaruhi eyang agar kembali mendukungku. Namun jika tidak bisa maka aku akan menyingkirkan gadis bernama Audry itu karena siapapun yang akan menghalangi renacanku akan aku lenyapkan”, batin Ningsih penuh amarah.

Wanita muda itu tak terima usaha kerasnya selama ini agar bisa diterima dengan baik oleh eyang Surti kandas begitu saja setelah melihat penolakan keras yang diberikan oleh Gladys terhadapnya.

1
Mak mak doyan novel
kok jadi horor sih
Mak mak doyan novel
nunggu lanjutannya
Mak mak doyan novel
keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!