Niat menerjemahkan bahasa, berujung fucking!!
Cinta gelap seorang mafia Italia bernama Almo Da Costa pada seorang wanita sederhana bernama Luna Diaz yang berprofesi sebagai penerjemah bahasa.
Pertemuan yang tidak diinginkan harus terjadi sehingga Luna kehilangan mahkota berharganya bagi seorang wanita. Hingga 2 tahun mereka berpisah dan bertemu kembali namun hal yang mengejutkan bagi Luna adalah saat Mr. Mafia itu bertanya.
“Where is my child?”
!SEASON 1&2 DI SINI AJA, TIDAK TERPISAH!
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon Dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
M'sDL — BAB 29
PERNIKAHAN TERTUTUP
Tak butuh waktu lama lagi, Almo yang seharian tak masuk ke kamar Luna, pria itu kini datang dengan tatapan tegas. Sementara Luna sudah menebak bahwa pria itu benar-benar tidak ingin menikah.
Melihat kedatangan Almo di pagi hari, tentu saja Luna yang awalnya sibuk membalut perban di pahanya, kini dia berdiri menatap ke arah Almo yang sudah berdiri di depannya.
Keduanya sama-sama terdiam dan hanya saling beradu pandang. “Keluarlah, kita akan menikah hari ini.” Ucap Almo dengan rahang tegas berkedut.
Luna masih diam memperhatikannya dengan tatapan sedikit kesal. “Apa pernikahan megah dan ramai?” tanya Luna bersuara datar sehingga Almo yang sudah berdiri membelakanginya dan hendak melangkah pergi, ia menoleh menatapnya.
“There is no such marriage. (Tidak ada pernikahan seperti itu).” Jawab dingin Almo lalu melangkah pergi.
Seharusnya Luna sudah menduga hal itu. Namun dia menginginkan pernikahan seperti orang-orang lainnya. “Dasar konyol!" gumamnya sadar diri ketika dia akan menikah dengan pria yang tidak dia cintai, tentu saja tidak ada pernikahan megah dan ramai seperti yang dia idamkan.
Selang beberapa menit kemudian, Luna berjalan bersama salah satu pelayan. Sementara Almo sudah menunggunya di ruang tamu bersama Enzo dan anak buahnya yang lain, yang berjajar rapi dan akan menjadi saksinya.
Pria itu menatap ke arah Luna, wanita cantik yang saat ini mengenakan dress putih pernikahan dengan rambut panjangnya tergelung rapi dan makeup tipis.
Dengan tatapan tajamnya, Luna menatap ke arah Almo yang masih duduk santai di sofa singelnya hingga dia mulai berdiri berdampingan dengan Luna yang baru tiba.
“Saya akan memulainya.” Kata sang pendeta yang sudah berdiri tepat di depan Almo dan Luna.
Sebuah janji suci pernikahan diucapkan, baik Almo dan Luna mereka menyetujui semua persyaratan janji pernikahan, begitu juga dengan para saksi yang mana anak buah Almo sendiri yang menjadi saksinya.
Setelah pengucapan janji suci, Almo mulai memakaikan cincin ke jari manis Luna, begitu juga sebaliknya. Terlihat Enzo tersenyum tipis melihat bosnya menikah, walaupun bukan pernikahan tanpa cinta, setidaknya itu hal langkah untuk dilihat oleh Enzo.
“Sekarang kalian resmi menjadi suami istri, Anda boleh menciumnya!” ucap sang pendeta tersenyum ke arah Almo dan Luna.
Wanita itu hanya diam, hingga tangan Almo menyelip ke tengkuk nya dan menariknya maju. Cup! Ciuman ringan yang Almo berikan di depan mereka semua membuat Luna menahan rasa malu.
Cukup lama pria itu memberinya ciuman serta lumatan kecil di bibir Luna, ia langsung melepaskannya dan melangkah pergi begitu saja, sehingga pendeta di sana terheran untungnya Enzo dengan cepat menuntunnya untuk keluar sebagai pengalihan.
Luna melihat ke arah cincin pernikahan yang dia pakai. Sebuah cincin dengan corak sederhana berwarna emas. Senyuman kecil terukir di bibir Luna saat dia tak menyangka akan menikah dengan cara yang berbeda.
.
.
.
Sementara di ruangan pribadinya, Almo meneguk wine. Pernikahan yang cukup singkat dan padat. Pria itu mendudukkan dirinya ke kursi kerjanya seraya bersandar lemas.
Oh, ayolah! Itu hanya pernikahan, tapi Almo menganggapnya begitu srius, apakah dia takut akan jatuh cinta? “Ini hanya karena mu, untukmu Morrone Da Costa." Gumam Almo mengusap wajahnya kasar.
Tak berselang lama, Enzo datang menghampirinya sehingga Almo yang tadinya bersandar sambil memejamkan matanya, kini beralih menatap ke asistennya.
“Kau sudah mengantarnya pergi?” tanya Almo yang ia maksud adalah pendeta tadi.
“Sudah Tuan. Tapi ada hal lainnya."
Almo mengernyit kan keningnya. “Apa?”
“Nyonya Lorella meminta Anda datang ke Milan.”
Mendengar itu, Almo terkekeh kecil hingga tatapannya tajam saat kekehan tersebut hilang. “Katakan aku sibuk, jika mau maka suruh dia datang kemari.” Ucap Almo.
Terlihat wajah gelisah Enzo yang membuat Almo bertanya-tanya. “Why?”
“Berita pernikahan Anda sudah sampai di sana.” Ucap Enzo yang dia sendiri terkejut bagaimana Lorella bisa tahu secepat itu? Hanya membutuhkan waktu 1 jam saja.
Almo yang mendengarnya pun ikut kaget. “Itu artinya ada anak buah Lorella di antara kita.” Gumam Almo dengan tebakan yang memungkinkan.
Enzo ikut tak suka mendengarnya bila ada yang berkhianat, tentu saja, dia sangat setia dengan bosnya. “Kalau begitu saya akan mencarinya dan membawanya kepada Anda.” Ucap Enzo lalu pergi dengan cepat tanggap.
Sementara Almo masih diam, kini Lorella sudah tahu soal pernikahan nya. “Itu sebabnya dia menyuruhku datang.” Gumam Almo menyeringai devil.
Itu artinya Lorella juga tahu soal keinginan Morrone sebelum meninggal dan tujuan Almo menikah.
...***...
Malam yang hening, ketika Almo tengah berada di luar halaman saat Enzo mendapatkan mata-mata di antara anak buahnya.
Di sisi lain, Luna yang berada di arah antara ruang makan dan dapur, dia tak sengaja melihatnya lewat jendela. Ya! Wanita itu duduk di sana sambil menikmati makanan yang ada, tentunya dengan tontonan saat ini.
“Maafkan aku, nyonya Lorella yang menyuruhku bergabung.” Ucap pria berkaos hitam yang saat ini tertunduk takut.
Sementara Almo si pria dengan kemeja putih yang saat ini berdiri di depannya, pria itu menatap tajam. “Kau tahu apa hukumannya bukan.” Ucap suara serak dan berat itu mengalun seperti tusukan di telinga pria mata-mata tadi.
Pria itu mengangguk ragu hingga akhirnya dia pasrah. Tubuhnya gemetar hingga berkeringat dingin.
“Buka mulutmu.” Pinta Almo yang sudah membawa pistol di tangannya.
Sementara Luna yang masih memperhatikan semua itu, perasaannya sudah tak enak.
Almo memasukkan ujung pistolnya ke dalam mulut anak buahnya tadi, hingga masuk ke dalam dan hampir membuat pria itu tersedak. Tanpa belas kasih, Almo langsung menekan pelatuknya. Darr!!
Darah muncrat dari leher pria malang tadi, tentu saja! Almo menembak ke dalam kerongkongan pria itu, tentu dia langsung meninggal dengan mata melotot merah.
“Addio (Selamat tinggal)." Gumam Almo membuang pistolnya begitu saja lalu melenggang masuk seraya meraih kain putih dari tangan Enzo dan mengelap tangannya sendiri yang bernoda darah.
Luna hampir sesak napas hingga rasanya mual dan ingin pingsan melihat semua itu. Bahkan— ia tak berselera lagi untuk makanannya. “Hhhffuuu—" berulang kali Luna menarik serta membuang napas panik dan gemetar.
Hingga semuanya menjadi sesak saat Almo datang menghampirinya.
“Tinggalkan kami.” Pinta Almo kepada para pelayan yang ada di sana.
Luna mencoba bersikap tenang walaupun dia selalu gagal menutupi mimik wajahnya yang gugup dan panik.
“Pemandangan yang indah bukan." Sindir Almo seolah dia sudah tahu kalau Luna menjadi penonton lagi.
Wanita cantik itu menggosok lehernya, sambil berpaling dari tatapan Almo dan bangkit dari duduknya. “Aku ingin tidur. Selamat malam." Ucap Luna mulai melangkah pergi secepat yang dia bisa, walaupun masih tertatih.
“Kau belum menghabiskan makanan mu. Aku tidak suka jika seseorang membuang makanan.” Ucap Almo menatap tajam hingga Luna mengentikan langkahnya dan menoleh ke arah makanan nya yang masih tersisa.
“Kembali dan habiskan makananmu.” Pintanya sungguh membuat Luna benar-benar tak habis pikir akan karakter Almo Da Costa.
Pria itu berlagak bak monster tak berhati, namun dia masih memiliki karakter baik lainnya hingga menghargai makanan.
🤔 sebuah teka" siapakah kali ini musuh yang akan datang dan siapa kah orang yg berada dlm mobil yg misterius itu
sprti luna yg jg suka cemburu..
kpn mereka akan saling mengungkapkan isi hati nya 😍😍🤭🫢