Arabella harus menelan kekecewaan dan pahitnya kenyataan saat dirinya mengetahui jika pria yang selama dua tahun ini menjadi kekasihnya akan bertunangan dan menikah dengan wanita yang sudah dijodohkan dengan pria itu.
Arabella pikir dirinyalah wanita satu-satunya yang dicintai pria itu, tapi ternyata dirinya hanyalah sebagai pelampiasan selama wanita yang dijodohkan berada di luar negeri.
"Bagaimana jika aku hamil? apa kau memilih ku dan membatalkan perjodohan mu?"
"Aku tidak mungkin mengecewakan kelaurga ku Ara."
Jawaban Maher cukup membuat hati Arabella seperti ditikam benda tajam tak kasat mata. Sakit, terlalu sakit sampai dirinya lupa bagaimana melupakan rasa sakit itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Saatnya melawan ketakutan
"Cucu Mama memangnya cucu siapa lagi!" Disya melirik putranya dengan tatapan sengit.
"Sayang," Adam menatap istrinya memperingati jangan sampai Maher tahu saat ini, bisa-bisa rusak rencananya. Tapi Disya tidak menggubris tatapan peringatan Adam.
"Cucu Mama, cucu yang mana?" Maher menatap kedua orang tuanya bergantian sepertinya ada yang tidak beres.
"Jangan pura-pura lupa kalau kamu punya anak yang tidak kamu ketahui!" Sindir Disya dengan tatapan tajam.
Maher menelan ludah, mekipun benar tapi dirinya tidak melupakannya.
"Sampai kapan kamu membiarkan mereka di luar sana, apa kamu tidak memiliki kemampuan untuk menemukan mereka," Disya yang masih duduk di pangkuan suaminya bersedakep dada.
Maher mengusap wajahnya frustasi, ia dudukkan tubuhnya di kursi depan meja papanya.
"Aku sudah berusaha Mah, entah kenapa pencarian mereka seperti mengalami jalan buntu," Ucapan Maher terdengar frustasi dan putus asa.
Sudah hampir lima tahun dirinya dalam pencarian tapi kenapa begitu susah hanya untuk menemukan Arabella dan anaknya.
Disya dan Adam saling tatap, keduanya hanya bisa menghela napas.
"Mungkin Ara sudah menikah dengan pria lain, dan pria itu menutup semua aksesnya," Ucap Disya sengaja untuk memancing putranya.
Maher langsung mendelikkan matanya pada sang Mama, membuat Disya membalasnya dengan tatapan tak kalah tajam.
Maher akhirnya menelan ludah, "Itu tidak akan mungkin Mah, Ara tidak mungkin menikah dengan pria lain," Ucapnya dengan nada keraguan.
Bagaimana jika yang dikatakan Mamanya benar, bagaimana jika Arabella benar-benar menikah. Tidak itu tidak akan terjadi, Arabella pasti masih mencintainya tidak mungkin dia menikah sedangkan ada anak di antara mereka.
"Kenapa tidak mungkin, apanya yang membuatnya tidak harus menikah? dia cantik, jika pria baik dia pasti akan menerima anaknya bukan seperti kamu yang malah mencampakkannya saat dia sedang hamil!" Sinis Disya menyindir putranya telak.
"Sayang sudah," Adam mencoba menengahi, tapi dirinya malah mendapat pelototan.
Maher yang menjadi tersangka hanya diam, dirinya memang bersalah menjadi pria bejad.
"Cari mereka sampai ketemu, kalau tidak kamu Mama keluarkan dari daftar kelurga!"
Setelah mengatakan itu Disya bangun dari pangkuan suaminya dan pergi.
Sedangkan Adam melirik putranya dan mengikuti Istrinya pergi.
*
*
Arabella menatap kedua orangtuanya untuk menunggu jawaban mereka, dirinya juga merasa ini kesempatan, tapi resikonya cukup besar jika dirinya datang ke Jakarta.
"Tidak harus pak, itu hanya sebuah undangan biasa." Arabella tersenyum saat mengatakannya, dia tidak ingin membuat kedua orang tuanya kecewa, selama melahirkan Amara keduanya yang sangat berjasa padanya, Arabella tidak akan membuat mereka kecewa lagi.
"Tapi ini sangat berpengaruh dengan usahamu, jika kamu bisa datang menarik para desainer ternama untuk bekerja sama." Pak Hisyam tidak menelan mentah-mentah undangan yang dia baca, rasanya tidak baik untuk menghalangi perkembangan bisnis putrinya.
"Tapi pak, itu di Jakarta besar kemungkinan disana akan bertemu-" Arabella menahan napas sejenak, tidak pernah dirinya meyebutkan nama pria itu selama hampir lima tahun.
Pak Hisyam yang mengerti maksud putrinya hanya mengehela napas, "Kamu bisa kesana di temani kakak mu, Amara biar dirumah sama bapak dan ibu, jangan kahawatir bapak percaya padamu."
Bu Hani mengangguk menyetujui ucapan suaminya, wanita itu tersenyum. "Mungkin ini sudah menjadi jalanmu untuk meriah kesuksesan, ingat ada Amara yang akan bergantung padamu," Bu Hani menyentuh bahu putrinya," Lakukan semua untuk putrimu, jadikan dia semangat untuk melawan ketakutan mu."
"Terima kasih Bu."
Ibunya benar, ada Amara yang bergantung padanya, sudah saatnya dirinya keluar dari ketakutan yang selalu menghantuinya jika bertemu Maher, dia memang ayah biologis Amara, tapi dia tidak berhak atas Amara setelah apa yang sudah dia lakukan.
Tinggalkan jejak kalian 😘😘
JANGAN lupa mampir di karya teman author 👇👇
padahal yang baca wanita,pengarang juga wanita
entahlah..