NovelToon NovelToon
Vano Axelion Abraham

Vano Axelion Abraham

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Dosen / Balas Dendam / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP
Popularitas:393
Nilai: 5
Nama Author: fadhisa A Ghaista

Di tengah hiruk-pikuk kehidupan kampus Universitas Citra, Vano, seorang mahasiswa hukum yang cerdas dan karismatik, ditemukan tewas di ruang sidang saat persidangan penting berlangsung. Kematian misteriusnya mengguncang seluruh fakultas, terutama bagi sahabatnya, Clara, seorang mahasiswi jurusan psikologi yang diam-diam menyimpan perasaan pada Vano.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fadhisa A Ghaista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

kebenaran bayangan

Ketika fajar mulai menyingsing, keempatnya masih terjaga, membahas temuan-temuan di flashdisk Vano yang menyeramkan itu. Andra, Rizky, Rai, dan Balqis kini menyadari bahwa apa yang mereka hadapi bukan sekadar kasus kematian biasa. Ada jaringan yang kuat dan berbahaya di balik tragedi ini, sesuatu yang mengintai mereka dari dalam bayangan.

Setelah beberapa lama berdebat, mereka memutuskan untuk mencari bantuan dari seseorang yang mungkin dapat dipercaya dan memiliki kekuatan untuk menyelidiki lebih dalam—Dr. Hanif, seorang dosen senior di fakultas hukum yang juga merupakan mantan jaksa. Mereka berempat berharap bahwa Dr. Hanif dapat melihat pola yang tersembunyi dalam kasus ini dan memberi mereka petunjuk lebih lanjut.

---

Di kantor Dr. Hanif, mereka menjelaskan temuan-temuan mereka dengan penuh kehati-hatian. Dr. Hanif mendengarkan dengan seksama, wajahnya terlihat serius dan sesekali melirik ke arah layar laptop Andra yang masih memperlihatkan rekaman-rekaman dan gambar-gambar di folder Vano. Setelah beberapa menit, Dr. Hanif menyandarkan tubuhnya ke kursi, menatap mereka satu per satu dengan tatapan tajam.

"Apa kalian sadar betapa berbahayanya informasi ini?" tanyanya dengan nada berat. "Kalau kalian benar, berarti Vano mungkin terlibat dalam sesuatu yang jauh lebih besar daripada yang kita bayangkan. Apakah kalian tahu apa arti ini semua?"

Andra mengangguk ragu. “Kami… tidak sepenuhnya mengerti, Pak. Tapi Vano menyebut tentang ‘bayangan’ di kampus ini, dan sepertinya ada orang atau kelompok yang mencoba mengontrol sesuatu.”

Dr. Hanif terdiam sejenak, lalu menghela napas panjang. “Ada beberapa kasus lama yang melibatkan jaringan rahasia di kampus-kampus ternama. Biasanya mereka terdiri dari alumni-alumni kaya dan berpengaruh, yang ingin mempertahankan kendali atas kehidupan kampus untuk memanipulasi para mahasiswa dan bahkan dosen demi kepentingan mereka.”

Mendengar ini, Balqis gemetar. “Jadi… mereka yang membunuh Vano?”

“Kita belum bisa memastikan,” jawab Dr. Hanif. “Tapi jika benar, maka kalian semua dalam bahaya besar. Mereka tidak akan segan-segan membungkam siapa saja yang mencoba membuka rahasia ini.”

Saat Dr. Hanif berkata demikian, Andra melihat ke arah Balqis dan Rai, yang tampak semakin cemas. Mereka semua memahami risiko yang mereka hadapi. Namun, keinginan untuk mengetahui kebenaran dan mengungkap kematian Vano lebih besar daripada ketakutan mereka.

---

Malam itu, Andra dan teman-temannya memutuskan untuk menginap di kosan Andra demi keamanan. Mereka masih memeriksa kembali semua bukti yang sudah mereka kumpulkan, berharap ada petunjuk yang terlewatkan. Ketika mereka tengah berdiskusi, tiba-tiba terdengar bunyi ketukan pelan di pintu.

Andra mengintip melalui lubang di pintu dan melihat seorang mahasiswa tak dikenal berdiri di luar dengan wajah pucat dan mata yang terlihat gelisah.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Andra, sedikit waspada.

Mahasiswa itu menatap Andra dengan tatapan yang intens. "Aku tahu tentang Vano. Dan aku tahu… siapa saja yang terlibat dalam semua ini."

Semua mata terfokus pada mahasiswa tersebut ketika ia melangkah masuk. Sesuatu dalam caranya berbicara dan gestur tubuhnya membuat mereka yakin bahwa dia memang menyimpan informasi penting.

“Aku anggota UKM yang sama dengan Vano. Namaku Dika,” ujar mahasiswa itu pelan. “Sebelum Vano meninggal, dia pernah bercerita tentang rencananya untuk membongkar sebuah jaringan rahasia di kampus ini. Dia bilang jaringan ini sudah ada sejak lama, dan mereka mengontrol banyak hal, bahkan kehidupan pribadi mahasiswa. Mereka yang membunuh Vano karena dia terlalu dekat dengan kebenaran.”

Andra merasa jantungnya berdegup lebih cepat. “Apa kamu tahu siapa mereka?”

Dika menggelengkan kepala. “Tidak. Mereka sangat rapi. Tapi ada satu petunjuk terakhir yang Vano tinggalkan… sesuatu yang dia sembunyikan di dalam galeri seni di kampus. Mungkin itu alasan kenapa ada jejak DNA Vano di sana.”

Mendengar itu, Andra dan teman-temannya saling bertukar pandang, penuh rasa penasaran dan ketakutan. Mereka akhirnya menyadari bahwa jika mereka benar-benar ingin mengetahui kebenaran, mereka harus masuk ke galeri seni di malam hari dan mencari petunjuk yang ditinggalkan Vano. Namun, tindakan itu berisiko besar.

---

Di tengah keheningan malam, mereka berlima—Andra, Rizky, Rai, Balqis, dan Dika—sneak ke dalam gedung fakultas seni. Lampu galeri sudah mati, menyisakan bayangan-bayangan gelap yang membuat tempat itu terasa semakin mencekam. Mereka menyalakan senter ponsel dan mulai menyisir ruangan, mencari sesuatu yang mungkin disembunyikan Vano.

Setelah beberapa menit mencari, Rai berhenti di depan salah satu lukisan besar yang pernah dilihatnya. Itu adalah lukisan potret dirinya dengan bibir berwarna merah yang aneh, mirip dengan gambar yang ada di flashdisk Vano.

"Di sini," bisik Rai, menyorot lukisan itu dengan senter. “Aku merasa ini adalah pesan terakhir dari Vano.”

Andra mendekat, memperhatikan lebih seksama. “Mungkin ada sesuatu di balik kanvasnya.”

Dengan hati-hati, Andra mencoba mengangkat sedikit kanvas itu, dan di baliknya, mereka menemukan sebuah amplop kecil yang tertempel erat di belakang frame. Di dalamnya, terdapat sebuah catatan kecil bertuliskan, “Kebenaran selalu datang pada mereka yang berani mencari. Jangan berhenti, sekalipun bayangan mencoba menutupi.”

Namun, tak jauh dari catatan itu, mereka juga menemukan secarik foto yang membuat darah mereka berdesir. Foto tersebut menunjukkan mereka semua—Andra, Balqis, Rai, Rizky, dan Naya—sedang berbicara dengan Vano, seolah ada seseorang yang telah mengawasi mereka sejak awal. Di bawah foto itu, ada kalimat yang membuat mereka semakin ketakutan:

“Selamat datang di permainan kami. Lihatlah baik-baik siapa yang bertahan sampai akhir.”

Kini, mereka tidak hanya berada di jalan mencari kebenaran. Mereka terjebak dalam sebuah permainan berbahaya yang entah siapa yang memulainya. Kebenaran semakin mendekat, namun begitu juga bayang-bayang yang mengancam mereka.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Setelah menemukan foto mengerikan tersebut, mereka menyadari bahwa siapapun yang membunuh Vano sepertinya memang sedang bermain-main dengan mereka, menyusun serangkaian teka-teki untuk menjerumuskan mereka lebih dalam ke dalam bahaya. Rasa takut dan kebingungan memenuhi pikiran mereka semua.

Andra mengepalkan tangannya, menatap amplop dan foto di tangan. “Mereka mengawasi kita,” bisiknya tegang. “Bahkan sebelum kita sadar soal ini semua.”

Balqis tampak semakin cemas. "Apa mungkin... orang-orang dari jaringan itu sudah tahu kita sedang menyelidiki mereka?”

Dika mengangguk, menatap mereka penuh kepedulian. “Kalian semua harus berhati-hati. Siapapun yang ada di balik semua ini, mereka jelas tidak akan ragu menghilangkan orang-orang yang tahu terlalu banyak.”

Malam itu, mereka bertekad untuk menjaga jarak satu sama lain sementara, demi keamanan mereka. Meskipun begitu, tekad untuk melanjutkan penyelidikan semakin kuat. Mereka sepakat untuk bertemu kembali di tempat yang lebih aman setelah menyusun rencana baru.

---

Keesokan harinya, Andra mulai mencari lebih banyak informasi tentang anggota UKM dan orang-orang yang mungkin memiliki hubungan dengan Vano. Dari hasil pencariannya, dia menemukan beberapa informasi mencurigakan. Salah satunya adalah seorang alumni UKM yang tidak lagi aktif namun masih sering terlihat di sekitar kampus, seseorang bernama Imran.

Imran dikenal sebagai sosok pendiam, dan memiliki sejarah yang kurang baik dengan fakultasnya dulu. Desas-desus mengatakan bahwa dia sering melakukan pekerjaan "terlarang" di belakang layar, seperti menyebarkan pengaruh gelap ke dalam kegiatan organisasi mahasiswa. Andra mulai curiga bahwa Imran mungkin menjadi bagian dari “bayangan” yang telah mereka temukan dalam penyelidikan ini.

---

Sementara itu, Balqis memutuskan untuk bertemu dengan Naya, yang selama ini mulai dicurigai sebagai salah satu pelaku yang terlibat. Selama percakapan mereka, Naya tampak gelisah dan menghindari tatapan Balqis, membuat Balqis semakin yakin ada sesuatu yang disembunyikan.

“Apa kau tahu sesuatu tentang jaringan rahasia di kampus ini, Nay?” tanya Balqis tiba-tiba, matanya menatap tajam ke arah Naya.

Naya tersentak, kemudian buru-buru menggeleng. “Tidak… aku tidak tahu apa-apa tentang itu, Balqis. Kau tidak percaya padaku?”

Balqis menatap Naya dengan tatapan yang tidak tergoyahkan. “Naya, aku hanya ingin tahu siapa yang membunuh Vano. Jika ada sesuatu yang kau tahu, katakan sekarang.”

Naya terdiam sejenak, wajahnya tampak dipenuhi keraguan, lalu dengan suara yang pelan ia berkata, “Balqis… jika aku mengatakan sesuatu, aku takut itu akan membawa kita ke dalam bahaya besar. Orang-orang ini tidak main-main.”

“Aku tidak peduli, Naya. Aku hanya ingin tahu kebenarannya,” Balqis berbisik penuh tekad. “Vano tidak pantas mati seperti ini, dan dia tidak boleh dilupakan begitu saja.”

Naya menghela napas, kemudian menunduk. “Baiklah… Ada satu hal yang mungkin bisa membantu. Vano pernah berkata padaku kalau ada seseorang di kampus yang selalu mengawasi kita. Dia menyebutnya ‘Sang Bayangan.’ Mungkin ini orang yang sama yang kau cari.”

---

Malam itu, Andra menerima pesan dari nomor tak dikenal yang berisi instruksi aneh. “Jika kau ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi, temui aku di aula kampus tengah malam. Datanglah sendiri.” Andra merasakan firasat buruk, namun ia tidak bisa mengabaikan kesempatan untuk menemukan informasi lebih lanjut. Dengan hati-hati, dia bersiap dan menuju aula kampus di waktu yang ditentukan.

Sesampainya di aula yang gelap, Andra tidak melihat siapapun. Namun, beberapa saat kemudian, sebuah bayangan muncul di pojok ruangan. Sosok itu adalah seseorang yang memakai hoodie hitam, wajahnya tidak terlihat jelas di balik bayangan.

“Kau Andra, kan?” tanya sosok itu dengan suara yang dingin.

Andra mengangguk, menahan napas. “Siapa kau? Apa kau tahu tentang kematian Vano?”

Sosok itu tertawa pelan, lalu mengeluarkan sebuah amplop dari saku. “Aku tahu lebih dari yang kau kira. Tapi berhati-hatilah, Andra. Terkadang mencari kebenaran bisa menghancurkan dirimu sendiri.”

Andra mengambil amplop itu dengan tangan gemetar, lalu ketika ia hendak bertanya lebih lanjut, sosok itu menghilang ke dalam kegelapan.

---

Saat kembali ke kosannya, Andra membuka amplop itu dan menemukan sebuah catatan. Isinya berupa serangkaian koordinat dan satu kalimat: “Hanya mereka yang berani akan menemukan kebenaran di tempat tersembunyi ini.”

Koordinat tersebut mengarah ke sebuah area terpencil di dekat kampus, area yang dikenal sebagai taman tua yang hampir tak pernah dikunjungi mahasiswa. Andra segera menghubungi Balqis, Rizky, dan Rai untuk memberitahu mereka tentang temuannya.

Malam itu juga, mereka berempat pergi ke taman tua tersebut. Saat sampai di sana, mereka menemukan sebuah peti kecil terkubur di bawah pohon besar. Dengan susah payah mereka membongkar peti tersebut, dan di dalamnya mereka menemukan buku harian tua yang tampaknya milik seseorang yang terlibat dalam jaringan rahasia kampus.

Mereka mulai membaca buku harian tersebut, yang mengungkapkan berbagai rencana dan persekongkolan yang mencengangkan. Buku itu juga menyebutkan nama-nama yang pernah menjadi bagian dari jaringan tersebut, termasuk nama-nama yang mereka kenal dan beberapa tokoh misterius lainnya yang masih beroperasi hingga kini.

Namun, bagian terakhir dari buku harian itu yang paling mengejutkan. Ada catatan kecil yang ditulis dengan huruf tebal: “Mereka yang tahu terlalu banyak akan dibungkam. Kami akan datang untuk kalian.”

Kepanikan dan ketegangan terasa di antara mereka. Kini, mereka menyadari bahwa tidak hanya mereka sedang mengungkap rahasia terbesar di kampus, tetapi mereka juga menjadi target selanjutnya dari jaringan rahasia ini.

1
Delita bae
salam kenal jika berkenan mampir juga👋💪💪💪👍🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!