NovelToon NovelToon
Petualangan si JAPRI 2 : Penemuan Jasad di Hutan

Petualangan si JAPRI 2 : Penemuan Jasad di Hutan

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Zia Ni

Kisah ini bermula ketika JAPRI (Jaka dan Supri) sedang mencari rumput untuk pakan ternak mereka di area hutan pinus. Sewaktu kedua bocah laki-laki itu sedang menyabit rumput, beberapa kali telinga Supri mendengar suara minta tolong, yang ternyata berasal dari arwah seorang perempuan yang jasadnya dikubur di hutan tersebut. Ketika jasad perempuan itu ditemukan, kondisinya sangat mengenaskan karena hampir seluruh tubuhnya hangus terbakar.

Siapakah perempuan itu? Apa yang terjadi padanya? dan siapakah pembunuhnya?
Ikuti kisahnya di sini...

Ingat ya, cerita ini hanya fiktif belaka, mohon bijak dalam berkomentar... 🙏

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zia Ni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 19 Mulai Ada Titik Terang

Sambil menunggu kedatangan pihak kepolisian menjemput Agus, Pak Rahmat mengurung pemuda itu di dalam gudang dengan kedua tangan dan kakinya terikat sekalipun keadaannya sudah tidak berdaya.

Sementara itu, hari Senin ini, untuk kesekian kalinya Jaka dan Supri ijin tidak masuk sekolah dikarenakan mereka berdua merasa lelah dan kurang jam tidur malamnya. Sampai jam 8 pagi, kedua bocah laki-laki tersebut masih kedapatan tertidur pulas di rumah masing- masing.

"Jadi kamu to salah satu pelaku yang sudah membunuh Murni dengan cara yang keji?!" sengak Bu Ida sambil mengacungkan sapu ijuk sabut kelapanya ke arah Agus yang masih klenger.

"Oalah Le Le, yang ada di otakmu itu lo isinya apa?! Kok yo bisa-bisanya kamu membunuh dan membakar anaknya orang kayak mbakar ayam saja," cerca wanita paruh baya itu.

"Kamu juga to yang ngejar-ngejar anakku sama Supri pake bawa golok sampek mereka hilang selama 4 hari?!" saking emosinya, Bu Ida sampai menyapu wajah Agus dengan sapu ijuknya. Padahal sapu ijuk itu baru saja dia pakai untuk menyapu lantai.

"Diasar edan! Tidak berperikemanusiaan!"

Mendengar cercaan Bu Ida, Agus tidak sanggup mengucapkan sepatah katapun karena sekujur tubuhnya terasa sakit, lemas, lapar dan haus.

Pak Rahmat yang saat itu sedang membersihkan kandang kambing dengan Mang Udin, menghentikan aktifitasnya sejenak lalu menghampiri istrinya.

"Uwes to Maak, untuk apa kamu buang-buang energi memarahi orang kayak dia. Percuma. Manusia modelan seperti dia itu hati nuraninya sudah mati. Ibarat masuk telinga kanan trus langsung keluar telinga kiri," Pria paruh baya tersebut berusaha menenangkan istrinya.

"La bagaimana to, Pak. Emak itu geregetan banget lo sama dia," sungut Bu Ida.

"Beneran dia to Pak yang ngejar-ngejar Jaka sama Supri sampek hilang 4 hari? Tidak tau apa bagaimana rasanya jadi orang tua yang kehilangan anaknya sampek 4 hari apalagi kok sampek mbunuh anaknya orang," omel wanita paruh baya itu.

"Katanya Jaka ya memang dia juga salah satu dari ketiga orang yang mengejarnya, Mak," terang Pak Rahmat.

"Mentolo tak jantur di pohon sampek mati. Dia hidup di dunia pun juga gak ada gunanya, malah membawa masalah," Bu Ida masih saja menggerutu.

"Itu namanya main hakim sendiri, Mak. Bisa-bisa kita sendiri yang ikutan dihukum," kata pria paruh baya tersebut dengan bijak.

"Kalau dimasukkan penjara ya tetep masih bisa dibilang enak, Pak. Wong setiap hari juga diberi makan sama minum. La kalau seperti Murni yang sudah dihilangkan nyawanya, selama apapun pelakunya dipenjara, Murni juga gak bakalan hidup lagi," Bu Ida memang sangat jengkel karena teringat saat dia ketakutan setengah mati ketika Jaka menghilang sampai 4 hari.

Jam 10.12, Pak Bambang dan Pak Satria tiba di rumah Pak Rahmat. Sebelum kedua polisi itu membawa Agus ke kantor polisi, mereka berdua ngobrol dahulu dengan bapaknya Jaka.

"Jadi kronologinya itu bagaimana Pak Rahmat, kok sampek bisa Jaka menangkap Agus?" Pak Bambang penasaran.

"Sebenarnya kemarin malam itu saya benar-benar tidak tahu kalau anak saya Jaka ternyata tidak ada di rumah, Pak. Tahunya ya saat Pak Bedjo dan Supri datang ke rumah saya tengah-tengah malam dan memberitahu saya jika Jaka ada di hutan sedang menghajar Agus," Pak Rahmat mengawali ceritanya.

"Rupanya arwah Murni lah yang sudah memberitahu Supri tentang keberadaan Jaka. Akhirnya kami bertiga pun langsung pergi ke hutan dan setibanya di sana, kami melihat Jaka sudah hampir saja mau membunuh Agus," tutur bapaknya Jaka.

"Kami melihat Jaka seperti bukan dirinya sendiri, Pak. Suaranya besar dan serak, matanya berwarna kuning dan kuku-kuku jarinya sudah berubah menjadi cakar," terang Pak Rahmat.

"Rupanya Jaka sudah dikuasai oleh khodamnya Mbah Wongso yang membuat perilakunya menjadi tidak terkendali. Untungnya arwah Murni bisa menenangkannya hingga anak saya menjadi seperti semula tapi dia jadi tidak ingat dengan apa yang terjadi," lanjut bapaknya Jaka.

"Dari kejadian ini saya benar-benar berharap pada Bapak-Bapak Polisi agar memaklumi perbuatan anak saya karena memang dia sedang di bawah kendali khodamnya Mbah Wongso," Pak Rahmat mengakhiri ceritanya dengan suatu permohonan.

"Jadi begitu... Pak Rahmat tidak perlu khawatir tentang Jaka, kami dari pihak kepolisian tidak akan mempermasalahkan hal itu karena kami percaya jika kejadian yang sebenarnya sama dengan yang Pak Rahmat tadi ceritakan," kata Pak Bambang.

"Mudah-mudahan dengan tertangkapnya Agus, pelaku yang lainnya bisa dengan segera kita ringkus," lanjut polisi berpangkat Aiptu tersebut.

*

Setelah dijemput dari rumah Pak Rahmat, Agus sempat dirawat oleh dokter untuk menyembuhkan luka-luka bekas hajaran Jaka. Begitu dirasa sudah cukup mendingan, pemuda itu pun segera diinterogasi.

"Kamu kenal dengan Murni?" Pak Satria mulai mengajukan pertanyaan.

"Tidak kenal, Pak," jawab Agus.

"Beneran?" polisi itu tidak percaya.

"Saya beneran tidak kenal, Pak. Tapi saya sedikit mendapat informasi tentang Murni dari Totok," sahut pemuda tersebut.

"Totok itu termasuk komplotan kalian?" lanjut Pak Satria.

"Inggih, Pak."

"Kamu kenal dengan Wahyu pacarnya Murni?" tambah polisi tersebut.

"Setahu saya pacarnya Murni itu namanya Rusdi, Pak, bukan Wahyu. Rusdi itu keponakannya Pak Burhan, dalang di balik kasusnya Murni," terang Agus.

Pak Satria sedikit kaget. "Burhan? Siapa dia?"

"Pak Burhan itu orang terkaya di Desa Suka Jaya, Pak. Dia membunuh Murni karena Murni pernah menolak dijadikan istri ke 3 nya Pak Burhan."

Untuk sesaat suasana menjadi hening karena Pak Satria tampak berpikir. Rupanya prediksi sementara dari pihak kepolisian selama ini keliru besar. Awalnya mereka menduga jika motif di balik kasusnya Murni adalah uang, tapi ternyata adalah sakit hati.

"La terus siapa pemuda yang menjemput Murni di Bandara Juanda?" tanya polisi itu.

"Saya tidak tahu, Pak."

"Beneran kamu tidak tahu?" buru Pak Satria.

"Iya Pak, saya beneran tidak tahu. Coba Bapak tanya saja ke Rusdi."

"Kamu salah satu dari 3 orang yang mengejar Jaka dan Supri?" lanjut polisi tersebut.

"Iya Pak. Yang dua namanya Totok dan Doni."

"Kamu ikutan menganiaya, merudapaksa dan membunuh Murni?" tambah Pak Satria.

"Saya hanya merudapaksa dan disuruh menangkap kedua bocah laki-laki itu, Pak."

Interogasi berlangsung selama 2 jam an. Dari mulut Agus, Pak Satria sudah mengantongi informasi tentang Burhan yang merupakan otak di balik pembunuhan Murni.

1
Yurika23
seru Thor...penulisannya juga enak dibaca...ringan, padat gak berbelit2...tercaba situasinya saat itu...
Kezia Suhartini: makasih kakaak.. 🙏
total 1 replies
Yurika23
mampir ya Thor....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!