Anna seorang gadis desa yang memiliki paras cantik. Demi membayar hutang orang tuanya Anna pergi bekerja menjadi asisten rumah tangga di satu keluarga besar.
Namun ia merasa uang yang ia kumpulkan masih belum cukup, akan tetapi waktu yang sudah ditentukan sudah jatuh tempo hingga ia menyerah dan memutuskan untuk menerima pinangan dari sang rentenir.
Dikarenakan ulah juragan rentenir itu, ia sendiri pun gagal untuk menikahi Anna.
"Aku terima nikah dan kawinnya...." terucap janji suci dari Damar yang akhirnya menikahi Anna.
Damar dan Anna pada hari itu di sah kan sebagai suami dan istri, Namun pada suatu hari hal yang tidak di inginkan pun terjadi.
Apa yang terjadi kelanjutan nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MomoCancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
"Lu.. suka ya, sama Anna?"
"Apa??! Gue?! Ya enggak lah .."mengelak.
Angga mendelik curiga.
"Terus kenapa Lo? Cemburu?"
Damar tidak mau menggubris perkataan Angga. Ia memilih terdiam, dan memperhatikan dua orang yang tengah bercengkrama dengan papanya.
"An,"panggil Damar.
"Iya, mas."
"Tamu yang tadi pagi, sudah pergi?"tanya Damar.
"Oh, mba Bella. Tadi dia udah pergi, setelah mas pergi, dia juga ikut menyusul, mas." Seraya menunduk kan pandangan nya, enggan menatap mata Damar, setelah kejadian pagi ini, ia merasa canggung teringat kembali wajah Damar yang tampan begitu dekat tanpa ada jarak.
"Ada Bella, kenapa kamu gak ajak Bella kesini, mar?" Pak Suryo teralihkan dan menatap Damar heran.
"Pah, bisa kita gak bahas Bella dulu,"pinta Damar malas.
Willy terheran mendengar ucapan Damar, tidak secara langsung Willy memperhatikan Damar, ada yang lain Dimata Damar. Ada yang tidak diketahui keluarga nya antara Damar dan Bella.
"Kamu ko gitu, dia kan calon istri kamu." Lirih pak Suryo masih terdengar lemas.
Damar tidak menggubrisnya.
"Pah, papa makan dulu ya, terus makan obat, lalu istirahat biar cepat pulih ," Angga menyela pembicaraan mereka, mencairkan suasana yang hening.
Pak Suryo menurut, Anna menyuapi pria setengah baya itu diatas ranjangnya. Ia terlihat kesulitan untuk makan, lidahnya masih terasa pahit, dan makanan yang diberikan Anna pun ikut terasa pahit di lidah.
"Pak, ko makan nya sedikit?" Lirih Anna.
"Lidah papa masih pahit, sayang." Ucap pak Suryo.
"Ya sudah, obatnya dimakan dulu ya, pa. Lalu bapak bisa istirahat," memberikan beberapa obat untuk diminum pak Suryo.
.......
"Na, kamu mau gak pulang bareng sama aku?" Tanya Willy pada Anna.
Anna hendak menjawab namun, tangannya dengan cepat ditarik Damar kesampingnya. "Anna bareng gue," ucap Damar.
"Loh, Anna kan tadi kesini sama saya, apa saya salah jika dia pulang saya yang antar." Protes Willy,
Damar menatap tajam kearahanya, menatap tidak suka pada Willy yang bersikeras untuk mengantar Anna. Sedangkan Damar tidak ingin Anna terlalu kelihatan dekat dengan pria itu.
"Gak ada, Anna bareng gue. Lu balik aja sendiri, kenapa maksa orang," ketus.
"Saya gak maksa Anna, Anna juga gak keberatan sama sekali ko, kenapa kamu marah?" Balas Willy.
"Gue gak marah, gue gak suka aja liat lu, cari kesempatan buat deketin Anna." Tukas Damar tidak mau kalah.
"Saya gak cari kesempatan, lagian Anna juga tahu, saya gak lagi cari kesempatan ko, saya cuma mau antar dia pulang, bukan mau macem macemin dia," menarik sebelah tangan Anna.
Kini Anna diantara dua pria yang sedang berseteru dan menarik kedua tangannya. Disisi lain Angga terus memperhatikan mereka berdua yang tidak mau kalah untuk mengantar Anna pulang. Ia terus menoleh kearah kakaknya Damar dan juga kearah Willy yang sama-sama menarik tangan Anna disana.
"Lepasin gak, Anna balik bareng gue." Tegas.
"Gak, Anna datang kesini bareng saya. Pulang juga harus bareng saya." Masih tidak mau kalah.
"Lu ngeyel ya!"
"Kamu juga," balas Willy.
"Aduh, mas Willy, mas Damar tangan Anna sakit ditarik sana sini, bisa kalian berhenti bertengkar, ini dirumah sakit."
"Pokoknya kamu pulang bareng saya" sontak Willy dan Damar bersama membuat Anna, terdiam beku.
Angga menggeleng kepala, ditengah perdebatan diantara Willy dan Damar tidak berujung. Angga melihat security tengah menuju kearah mereka. Dengan cepat Anna dibawa lari oleh Angga dari dua pria tersebut.
"Anna!" Panggil Damar.
Willy tercenung sejenak, melihat Anna dibawa lari Angga.
"Maaf! Ada keributan apa disini, tolong kalian keluar berdua ikut saya kekantor, karena sudah membuat keributan dirumah sakit." Ucap laki-laki berusia 40 tahunan berseragam security.
"Mohon maaf pak, ini hanya salah paham." Ucap Willy.
"Tolong jelaskan dikantor."pinta pak security menarik mereka berdua menuju pos.
"Lu sih, coba lu ngalah gak usah ngeyel gak gini kan,"
"Ko, saya yang si salahin, kamu kan yang mulai duluan,"
"Sudah! Kalo kalian terus bertengkar, saya akan bawa kalian kekantor polisi. Karena membuat pasien tidak nyaman,"
Seketika Damar dan Willy diam.
.........
Angga tersenyum senang penuh kemenangan. Dia berhasil membawa Anna pergi sebelum security datang mendatangi mereka.
"Mas Angga, makasih banget ya, kalo gak ada mas Angga tangan saya bisa jadi dua bagian."keluhnya Anna bisa bernafas lega.
"Kayanya Willy juga suka sama kamu, na. Bukan Abang aku aja yang suka kamu,"
"Maksud mas? Mas Damar?"
Angga mengangguk.
"Gak mungkin mas, dia itu udah punya calon, udah cantik, berpendidikan, dari keluarga yang baik juga bersosial tinggi. Kenapa mas sampe kepikiran sampe sana?"heran.
Angga menepi sejenak dipinggir jalan, ia menatap Anna begitu dalam. Menelisik sorot matanya yang tidak bisa dia bohongi.
"Kenapa, mas. kok berhenti, ngeliatin aku ke gitu," seraya memalingkan wajahnya. Anna gugup disaat Angga begitu seksama memperhatikan wajahnya, seolah ia tengah mencari sesuatu yang sedang ia cari.
"Kamu suka ya, sama Damar."
Anna tertegun.
"Wajah kamu bersemu merah, jadi jawaban nya... Iya kan?" Angga menggoda Anna.
Anna mendadak gugup, keringat sebiji jagung mulai terlihat memenuhi dahinya.
"M-mas... Ka-kamu, mi-mikir apa sih, gak je-jelas banget,." Terus berpaling saat mata Angga terus mencari sesuatu di dalam matanya.
"Hayoooo ..... Kamu tertangkap basah, na. Kamu naksir sama Damar?"
Anna terbelalak, dia tercenung mendengar Angga yang berspekulasi sendiri tentang dirinya mengenai perasaannya terhadap Damar.
"Hayooo .... Ngaku..."
"Mas, pulang gak!" Gelagapan .
"Ngaku dulu, aku akan terima ko, kamu jadi kakak ipar ya.... walaupun agak aneh dan meskipun berharap tadinya kamu mau sama aku.." menaikan kedua alisnya dengan sedikit menggoda.
Wajahnya terus bersemu merah, entah apa yang sedang dirasakan gadis itu. Godaan dari Angga terus membuatnya salah tingkah.
"Ya udah aku pulang sendiri aja, naik angkot."ancamnya Anna seraya membuka pintu mobil.
Angga panik, seketika ia menghentikan Anna. "Iya .iya .. maaf, yuk pulang, yuk." Tersenyum kecil.
Terkadang Anna tidak mau menyadari jika perasaan ini, memang selalu berdetak untuk Damar. Namun ia sadar diri akan posisi nya takkan mampu jika di bandingkan dengan seorang Bella, yang sempurna dari segi apapun.
Perasaan nya harus ia kubur, sebelum menjadi petaka baginya. Karena cinta nya pada Damar berawal dari kesalahan, gadis mana yang akan rela jika laki-laki yang dicintainya berpaling. Apalagi mereka mantan kekasih yang kini dipersatukan dengan perjodohan, apalagi kalo bukan takdir yang mempersatukan mereka.
Anna larut dalam lamunannya, sekilas bayangan wajah Damar sekelebat hadir didepan matanya. Dimana saat wajah itu tidak berjarak, nyaris terasa hembusan nafasnya menerpanya dengan lembut.
Ia terus mengetuk pelan dahinya, ada rasa pening disana. Wajah seseorang yang terus berputar mengelilingi ingatan, hingga jantung nya dibuat tidak beraturan.
"Ko, aku bisa kelepasan sih, tadi pagi!"mengumpat pelan. Ia merutuk dirinya sendiri, bisa nyaris melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan saat pagi ini.
......
Menuju kantor. Damar nyaris lupa hari ini ia memiliki pekerjaan penting dengan perusahaan Dion, kejadian di pos rumah sakit cukup menyita waktu kala ia disibukan dengan perseteruan nya antara dirinya dan Willy.
15 menit berlalu. Damar sampai, dan segera mengikuti rapat yang hendak dimulai.
"Anna! Melamun ya..." Lagi-lagi Angga menggoda Anna yang tengah berjibaku dengan perkakas dapur.
"Apa sih, mas. Aku lagi kerja, masih aja ngeledekin saya,"lirih Anna.
"Aku masih penasaran tahu sama kamu,"
"Penasaran apanya?!"
"Soal tadi, di mobil. Kamu kan belum jawab,"
Anna tahu kemana arah pembicaraan yang dimaksud Angga saat ini. Namun, ia memilih pura-pura tidak tahu. "Yang mana ya, Anna lupa." Memegang dahinya.
"Lah, baru aja tadi udah lupa aja." Cetus nya Angga, mengambil air minum dari lemari es.
"Ih mas ini, namanya juga lupa," mendelik.
Angga menarik nafas panjang. Ia tahu Anna tidak ingin menjawab nya, pria itu pun beralih pada laptop nya di atas meja, sembari menemani Anna yang sedang disibukan dengan aktifitas nya.