Nadia adalah cucu dari Nenek Mina, pembantu yang sudah bekerja di rumah Bintang sejak lama. Perlakuan kasar Sarah, istri Bintang pada Neneknya membuat Nadia ingin balas dendam pada Sarah dengan cara merebut suaminya, yaitu Majikannya sendiri.
Dengan di bantu dua temannya yang juga adalah sugar baby, berhasilkah Nadia Mengambil hati Bintang dan menjadikannya miliknya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunis WM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Bintang jatuh tertidur lelap setelah makan, dia malas untuk kembali ke kamarnya dan memilih tidur bersama Nadia di atas tempat tidur yang sempit.
“Tuan Bintang kenapa sih, apa ada masalah di perusahaan” Nadia menebak-nebak sendiri kenapa Bintang sampai terlihat tidak punya semangat sampai tidak makan padahal ini sudah sangat larut.
“Istri macam apa sih nenek sihir itu, suami pulang kelaparan bukannya di urus malah di tinggal tidur” kata Nadia mengomeli Sarah.
“Tuan Bintang tenang aja, aku akan membuat Tuan Bintang merasa nyaman disini” katanya lagi. Nadia mengecup kening Bintang dan memakaikannya selimut lalu setelah itu dia ikut berbaring di samping Bintang.
Jam sudah menunjukkan pukul lima pagi, Nadia membangunkan Bintang dengan penuh kelembutan.
“Tuan, Tuan Bintang” kata Nadia menggoyangkan tubuh Bintang dengan pelan.
“Tuan, Tuan harus kembali ke kamar Tuan sebelum Nyonya bangun” mendengar itu Bintang membuka kedua matanya. Dia menghela nafas panjang, dia melihat Nadia, gadis itu juga baru bangun. Bintang terkesima melihatnya, seperti ada cahaya di wajah Nadia. Gadis itu terlihat bersinar terang dengan wajah bangun tidurnya.
Bintang bangun dan memeluk Nadia cukup lama, setelah itu dia mengecup keninganya dan meninggalkan kamar Nadia tanpa sepatah katapun.
“Tuan Bintang aneh banget?” Nadia bingung melihat tingkah Bintang, apalagi laki-laki itu meninggalkannya tanpa sepatah katapun.
“Tuan Bintang” kata Tuti yang terkejut melihat Bintang keluar dari kamar Nadia.
“Apa semalam Tuan Bintang tidur di kamar Nadia?” tanyanya entah pada siapa. Tidak lama, Nadia juga kelaur dengan membawa peralatan mandinya. Tuti seperti tersedak ludahnya sendiri melihat pemandangan pagi yang sangat mengejutkan.
“Jangan-jangan mereka...?” Tuti melihat sekelilingnya, dia lalu bernafas lega ketika menyadari hanya dirinya yang melihat kejadia menakutkan itu.
Kejadian menakutkan, tentu saja. Bagaimana jika ada yang melihat dan mengadukannya pada Sarah. Apa yang akan Sarah lakukan pad Nadia mengetahui suaminya tidur bersama seorang pembantu, dan Nadia? Dia masih anak sekolah yang belum cukup umur, bagaimana Bintang bisa meniduri anak sekolah?
Tuti mengambil air minum dan meminumnya hingga tandas. Dia sangat syok dengan kejadian yang baru saja di lihatnya. Dia sudah tidak sabar menanyakan hal itu pada Nadia secara langsung. Tuti melihat Nadia keluar dari kamar mandi dan mengikuti gadis itu hingga masuk ke dalam kamarnya. Tuti tidak perduli dengan urusan di dapur, menurutnya penjelasan dari Nadia yang paling penting sekarang.
“Mbak Tuti?” Nadia heran melihat gadis itu masuk ke kamarnya sepagi ini. “Ada apa, Mbak?”
Tuti memperhatikan gerak-gerik Nadia, dia melihat gadis itu dari bawah ke atas dan dari atas kembali ke bawah. Nadia hanya mengkerutkan keningnya sambil terus memakai pakaian sekolahnya.
“Aku benar-benar minta maaf nggak bisa bantu Mba Tuti, soalnya hari senin aku sudah ujian akhir, Mbak” bola mata Tuti membesar.
‘Kalau aku tanya sekarang, Nadia pasti akan kepikiran dan nggak konsentrasi sama ujiannya. Aku tanya nanti aja pas sudah selesai ujian, deh. Kasian kalau nggak lulus hanya karena kepikiran pertanyaanku yang belum tentu juga seperti apa yang aku pikirkan’
“Iya, ya. Kamu sudah mau ujian, berarti sudah mau lulu” kata Tuti mengurungkan niatnya meminta penjelasan Nadia.
“Iya, Mbak. Aku bakalan di rumah dua puluh empat jam bantuin Mbak tuti” kata Nadia bersemangat.
“Ya sudah, Aku balik ke dapur dulu” kata Tuti.
“Eh, tadi Mbak Tuti mau ngomong apa?” tanya Nadia.
“Nanti aja” Nadia mengekerutkan keningnya sekali lagi, tapi karena dia juga buru-buru jadi dia mengabaikan rasa penasarannya dan membiarkan Tuti meninggalkan kamarnya.
Di kamar utama, Sarah yang sudah bangun mendengar suara gemercik air dari kamar mandi. Dia melepas semua pakaiannya dan masuk ke kamar mandi menyusul suaminya bermaksud menggodanya agar dia tidak marah karena kejadian kemarin.
Sarah yang sudah polos memeluk Bintang yang sedang membersihkan tubuhnya dari busa di bawah shower dan meraba bagian tubuh sensitif Bintang, laki-laki itu terkejut dan berbalik mendapati Sarah tanpa sehelai benangpun.
Entah kenapa Bintang tidak seperti biasanya, dia tidak bergairah melihat Sarah polos di depannya. Sarah tersenyum dan ******* bibir Bintang dengan rakus namun Bintang hanya diam saja dan tidak bereaksi meskipun ciuman itu di sertai dengan sentuhan-sentuhan mematikan di bagian sensitifnya.
“Sarah, aku ada rapat pagi ini” Sarah terdiam ketika Bintang mendorongnya. Wanita itu melepaskan tangannya dari bagian sensitif Bintang dengan perlahan. Dia masih membeku ketika Bintang memkai handuk dan keluar dari kamar mandi.
Setelah dia sadar sepenuhnya, sarah lalu segera mandi membersihkan seluruh tubuhnya dan mengejar Bintang ke bawah setelah dia selesai dengan pakaiannya. Dia bahkan hanya make up seadanya karena takut Bintang sudah berangkat ke kantor.
“Sayang, apa kau marah karena kemarin? Aku benar-benar minta maaf. Mereka klien besarku dan aku tidak mungkin mengusir mereka” kata Sarah memberi oebjelasan pada Bintang.
“Aku mengerti” balas Binytng dengan singkat. Dia selesai dengan sarapannya.
“Aku pergi dulu” katanya mencium pucuk kepala Sarah. Sarah berdiri dan mengantar suaminya sampai ke depan pintu, hal yang dia lakukan hanya di awal pernikahan saja.
Sarah terlihat cemas dengan sikap Bintang, dia tidak pernah menolak tubuhnya. Bahkan saat lelahpun Bintang masih bisa agresif, apalagi saat Sarah yang memulai.
Sarah melanjutkan sarapannya seorang diri, dia makan sambil memikirkan bagaimana caranya Bintang bisa memaafkannya.
‘Aku coba nanti malam lagi saja’ katanya dalam hati.
‘Sial, kalau tidak ada jalan lain meredakan kemarahannya apa aku harus benar-benar mengandung dan melahirkan anaknya’
Sarah meletakkan sendok dengan kasar di atas meja sehingga menghasilan dentingan yang cukup nyaring. Dia sudah tidak punya selera makan lagi, dia lalu kembali ke kamarnya untuk bersiap ke butiknya.
Diam-diam Tuti memperatikan kedua majikannya itu. Mereka terlihat tidak harmonis seperti biasanya. Pemandangan yang tidak pernah terjadi selama dia bekerja di rumah itu. Dia tidak pernah melihat Bintang sedingin itu pada istri yang sangat dia sayangi. Apapun masalahnya, dia selalu ramah dan hangat pada istrinya. Tuti jadi menebak-nebak apakah ini ada hubungannya dengan Nadia, dengan apa yang dia lihat kemarin dan juga tadi pagi. Apakah Tuan Bintang sudah tidak lagi mencintai istrinya karena sudah berpaling pada Nadia.
‘Tapi apa yang Tuan Bintang inginkan dari gadis sekecil Nadia, Nyonya Sarah sudah sangat sempurna sebagai istrinya, kenapa malah menginginkan anak kecil’ Tuti membatin.
‘Tidak mungkin , Tuan Bintang tidak mungkin meninggalkan istrinya hanya karena Nadia. Mereka mungkin bertengkar karena hal lain. Tapi aku harus tetap memperingatkan Nadia agar menjauhi Tuan Bintang. Jangan sampai dia menjadi perusak rumah tangga orang. Masak kecil-kecil sudah jadi pelakor sih’
Tuti menghela nafasnya, dia jadi tidak bisa melakukan pekerjaan dengan baik mengingat masalah yang ada dalam rumah ini.